1.5 Spin Off- Taeyong

4.8K 409 16
                                    

"Kebahagiaan terbesar seseorang itu kadang adalah melepaskan orang yang dicintai dengan ikhlas."

-IMAGINE-

   Sebuah hal ajaib saat aku menangis di tengah hujan dalam keadaan sakit, sekarang justru aku sembuh.
Dihari aku kembali ke kedai ramen Pak Nakamoto dalam keadaan basah dan menyedihkan, Kak Chanyeol panik setengah mati. Apalagi ada acara aku pingsan saat tiba.

Dua hari kemudian aku sembuh dan sekarang bisa kembali ke kampus.
Belum rasa lelah pasca sakit hilang, aku sudah diberikan tumpukan tugas oleh dosen untuk mengejar ketinggalanku.
Aku bukan orang yang gampang akrab dengan orang baru, bahkan jujur aku tidak memiliki teman yang bisa dianggap sangattt baik. Makanya tidak ada yang berbaik hati membantuku mengerjakan tumpukan soal ini.
Ya, bahkan hubunganku dengan teman sekelas tergolong biasa saja. Makanya, mendapat Taeyong sebagai kekasih adalah berkat tersendiri bagiku. Tapi, nyatanya tidak begitu juga.

     Hari-hariku tidak banyak berubah. Mungkin karena sebelum putus, Taeyong sudah terlebih dulu menjauhiku.
Ada bagusnya juga, sebab setidaknya aku bisa sedikit membiasakan diri.

"Tapi, bukan hal mudah untuk menghilangkan perasaan..." Gumanku. Ya, kenyataan aku ditinggalkan menimbulkan lubang dalam hati dan pikiranku.
Singkatnya, aku merasa hampa.

   Aku saat ini sedang duduk dan melamun di atas meja taman kampus. Kebetulan cuaca tidak terlalu panas, jadi tidak masalah jika duduk di sini. Apalagi kursinya dekat barisan pepohonan.

"Y/n." Sapa seseorang. Aku mendongak, mendapati alasan pikiranku melayang jauh berdiri dengan sorot mata senduh.

Lee Taeyong.

Ck, aku tidak ingin bertemu dengannya.

Kubereskan buku-buku dan hendak pergi dari tempat itu. Tapi, Taeyong sudah duluan manahan lenganku, "Y/n!"

"Lepas!" Tepisku.

Aku diam di tempat. Tapi tidak menatapnya.
Taeyong mendekatkan diri, "kumohon, ayo kita bicara..." Katanya pelan.

"Tidak ada hal yang bisa kita bicarakan."

"Y/n, kau tahu aku mencintaimu ?"

"Kau sebut tindakanmu selama ini itu cinta ?"

Dia terdiam. Aku membalikkan badan, menatap netra yang ternyata melihat ke arah bawah itu. Ekspresinya terlihat sedih, sangat menggambarkan apa yang Taeyong rasakan sekarang.

Jujur hatiku ikut sakit melihatnya begini. Karena aku tahu, hubungan ini berakhir bukan karena kemauan kami berdua. Bukan sepenuhnya salah Taeyong, tapi tindakan Taeyong tidak bisa dibenarkan.

"Aku merasa dibohongi...." Ucapku yang lalu menarik atensinya.

"Dua bulan kau hilang tanpa kabar, aku juga mencarimu kesana-kemari tapi tidak membuahkan hasil. Setelah hampir menyerah, aku mendengar kau bersama wanita lain itupun dari orang lain! Itu sangat menbuatku stress, kau tahu ?! Bodohnya lagi, aku masih bisa berpikir untuk percaya padamu!! Tapi...tapi ternyata..." Kalimatku terputus. Setetes air mata turun.

"Kau... benar-benar bersama wanita lain, Taeyong." Isakku.

"Aku sangat paham ini karena orangtuamu. Aku paham kau tidak bisa menolak...tapi...bukankah dalam hubungan tidak ada pemikiran sepihak begini ? Kau harusnya memberitahuku!!"

Kuusap mataku. Emosiku kembali meluap. Ini sangat menyedihkan.

Taeyong mengulurkan tangannya, ia mengusap ujung mataku dengan lembut.
Ia menatapku lembut.

"Y/n...aku hanya tidak rela untuk melepasmu." Ucapnya.
Aku tertegun, kini giliranku untuk diam.

"Perasaanku padamu itu nyata. Tidak pernah ada dalam pikiranku untuk mempermainkanmu. Aku tidak memberitahumu, karena aku takut..takut membuatmu menangis. Aku takut meninggalkanmu dan jauh lebih takut lagi kalau kau meninggalkanku. Perpisahan semacam ini bahkan tidak pernah terlintas dalam pikiranku, Y/n..." Ucap Taeyong seperti menahan tangis.

"Ternyata apapun keputusan yang kubuat, itu membuatmu menangis. Maafkan aku...Y/n, tolong dengarkan, aku sayang padamu... kumohon maafkan aku...akan kulakukan segala cara agar perjodohan ini batal, please...please... don't go...jangan tinggalkan aku..." Taeyong memelukku. Ia ternyata menangis.

     Air mataku kembali mengalir deras. Pengakuan Taeyong membuatku runtuh. Kami berdua dipaksa berpisah...apa ini salah takdir ? Apa ini salah kami ?

Aku melepaskan rengkuhan Taeyong pelan. Mengusap air matanya, dan mengatur rambutnya, "apa kau sengaja seperti ini untuk membuatku luluh ?" Ucapku dalam senyum dan juga tangisan. Taeyong menggeleng, "maaf..." Katanya.

"Ini awal ini bukan salahmu...tapi perbuatanmu itu salah..."

"....maaf..."

Hening. Dalam suasana diam ini, entah kenapa semuanya terasa sesak.
Kalian tahu kan pernikahan bukan hal sepeleh ?
Pernikahan itu sakral dan suci.

"Jangan menunduk, aku juga minta maaf." Ucapku sambil mengusap pipinya. Ia menatapku seakan tidak percaya, "kamu...memaafkanku ?" Tanyanya.

Kedua sudut bibirku naik, membentuk sebuah senyum kecil yang tulus dari hatiku, "iya."

"Tapi kita tidak bisa kembali."

Raut wajah Taeyong langsung berubah. Senyumnya hilang, bahkan kedua alisnya tertaut, "ap-kenapa ?"

"Kalau pun perjodohanmu batal, aku yakin orangtuamu tidak akan menerima dengan lapang dada, minimal mungkin kau akan disusahkan. Dan aku tidak mau kau melawan orangtuamu." Senyumku pasrah.

"Y/n... tolong..." Isak Taeyong.

"Egois ya...maaf Kak..." Air mata sukses jatuh dari kedua mataku. Kuusap pipi kanan Taeyong dengan lembut. Mencoba menyalurkan kehangatan, mencoba mengatakan bahwa ia akan baik-baik saja.

"Mirae mencintaimu, jaga dia..."

"Y/n, aku mencintaimu." Suara Taeyong gemetar.

"Aku juga, maaf...terima kasih, selamat tinggal."

****

IMAGINE || Nct with sad ending- short story [ TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang