Beware, 2000 word!Don't forget to give support😆
Happy reading~
Kecemasanku sebenarnya tidak terlalu berdasar.
Tapi memikirkan bagaimana nasib Y/n jika Papa turun tangan, membuatku hampir gila. Dia bukan tipe pria tua yang membiarkan sesuatu yang menghalanginya. Dan bagi Papa, Y/n itu penghalang untukku--walau aku tidak merasa begitu. Aku hanya takut Y/n terluka karena Papa. Apalagi alasannya itu aku.
Sudahlah, coba jalani saja dulu."Chan...ayo makan." Mama menyapaku yang baru saja keluar kamar dan hendak berangkat ke sekolah.
"Gak, aku makan di sekolah saja."
"Berhentilah jadi pembantu anak cacat." Papa yang sejak tadi membaca koran menyahut. Membuatku semakin kesal dan ingin sekali marah.
"Kalau tidak ?"
"Kau akan tahu akibat karena melawan Papa."
Aku terdiam. Ingin sekali rasanya memukul Papa, tapi percuma. Aku melangkah pergi dan keluar rumah. Tidak ada gunanya berdebat dengan Papa.
Setiba di sekolah--yang terbilang sepi karena masih pagi-- aku melangkah menuju kantin untuk membeli makan. Menunya memang tidak banyak, tapi labih baik daripada tidak sama sekali.
Puk!
Aku menoleh saat seseorang menepuk pundakku, "Y/n, pagi!" Sapaku. Gadis ini terlihat tersenyum dan memberiku sesuatu.
"Bunda Anna bilang buat kamu!" aku menerimanya. Ternyata kotak bekal.
"Tahu aja aku belum makan, untung belum beli." Tawaku.
"Tidak sarapan di rumah ?" Y/n terlihat bingung sambil mengarahkan tangannya ke arah mulut.
"O-oh iya, Mama..ku sedang keluar kota." Jawabku. Bohong. Y/n terlihat ber-o-ria, ia lalu menarikku untuk duduk di meja kantin.
"Ayo makan sama-sama." Senyum Y/n. Setidaknya, karena gadis inilah, hari-hari beratku bisa terasa ringan. Padahal hanya melihat senyumnya, tapi bisa berpengaruh sampai segininya. Bucin ya ?
Y/n PoV
Hari ini tidak ada kelas khusus. Aku duduk sendirian di depan gerbang sekolah. Bunda Anna katanya ingin menjemput tapi sedikit telat. Jadi, kuputuskan menunggu di depan agar Bunda Anna bisa mencariku.
Disaat seperti ini, aku jadi terpikirkan seseorang. Iya, seorang yang selalu baik dan membantuku, Haechan.
Biasanya, anak lelaki itu akan datang untuk mengantarku.
Aku tersenyum saat memikirkan bagaimana lucunya Haechan, tawanya, kebaikannya, sikapnya, cara bicaranya dan semuanya.
Haechan bukan anak lelaki biasa bagiku. Dia luar biasa. Menemukan seseorang dengan hati selembut dia, tentu seperti menemukan permata dalam hidupmu.Selain pagi tadi, aku tidak melihat Haechan lagi. Entah sudah pulang atau tidak.
"Permisi, nona ?" Seseorang memanggilku. Aku yang menunduk seketika mendongak dan melihat seorang pria tua berbadan tegap dan dia tersenyum padaku. Senyumnya terlihat aneh. Mungkin... sedikit...sarkas ?
"Y/n ?" Tanyanya. Aku mengangguk ragu.
"Kau kenal aku ?" Tanyanya lagi.
Aku menggeleng. Kemudian pria itu tertawa sebentar.
"Aku Papa dari Haechan." Ucapnya.
"Dan aku tahu kau bisu, nona muda." Seringainya.
Aku terbelalak mendengar pria ini berbicara. Terkejut karena dia ternyata Papa dari Haechan dan dia tahu soal aku. Entah kenapa, perasaanku tidak baik soal ini. Aku yang memang terlahir bisu, sering sekali memperhatikan cara orang lain berbicara. Dari situ, aku paham mana orang yang baik dan jahat.
Tapi, anak sebaik Haechan ternyata memiliki Papa yang seperti ini ? Auranya sangat mencekam.
KAMU SEDANG MEMBACA
IMAGINE || Nct with sad ending- short story [ TAHAP REVISI]
Historia CortaNCT ot23 imagine with sad ending 💔 || Short Story|| Prepare your hearts Special note Ga semua sad end ya...variatif aja