30. Study Tour

31.6K 2.6K 72
                                    

"Laporan pemimpin upacara, kepada pembina upacara, bahwa upacara telah selesai."

"Akhirnya..." Anton melemaskan tubuhnya yang sejak tadi belum diri tegak.

"Pengumuman pengumuman."

"BEJIIIIRRRRR!" Ancia memekik kesal, rupanya masih ada yang belum terselesaikan di upacara saat ini.

"Kalian boleh sambil santai, ya? Pembicara kita hari ini belum datang," guru dari depan sana berbicara dengan suara perhatian.

Maka dengan cepat, banyak dari mereka yang kemudian memilih duduk di marmer lapangan.

"Kenapa ngga di bawa kipas-nya?"

Dengan perhatian Geo melepas topi Vina dan mengusap lelehan keringat yang membasahi wajah sang gadis.

"Ngantuk deh gue..."

Cuaca memang tak begitu terik, masih terbilang sejuk karena awan menutupi sang surya, di tambah angin sepoi-sepoi yang menyegarkan.

"Halo selamat pagi semuanya?"

"Tidak apa apa, santai saja dengan posisi kalian."

Siswa siswi yang hendak berdiri mengurungkan niat karena orang di depan sana yang berbicara mengizinkan mereka untuk tetap satai.

"Daddy! Sama Abang Nathan! Sama Abang Rizal juga!"

Geo terkekeh, mengecup gemas puncak kepala Vina.

"Baik, saya sudah melaksanakan rapat dengan beberapa pihak. Pengumuman pada hari ini adalah, akan diadakan study tour ke beberapa tempat dengan persyaratan tertentu."

"Formulir nya akan disebar melalu grup chat dan juga lembaran kertas, mohon diisi dengan sebaik mungkin." Nathan berbicara dengan suaranya yang dalam, matanya terus memicing tajam ke depan, membuat beberapa dari mereka memilih untuk mengalihkan pandangannya.

"Kalian mau ikut ngga?" Sandra bertanya, gadis itu tengah nyaman bersandar di bahu Gibran.

"Kayanya aku ngga deh." Agatha menjawab, membuat Sandra langsung melayangkan tatapan protes.

Agatha memberikan senyuman pengertian, "aku miskin, San... Mana mungkin aku minta uang sama bunda?"

Sandra melengkungkan bibirnya, "aku bayarin aja, ya? Uang tabungan aku masih banyak kok, Tahun kemarin kamu juga ngga ikut, masa sekarang ngga ikut lagi.."

Agatha mengusap gemas rambut Sandra, "dari bunda yang keluarga aku aja, aku ga berani, apalagi dari kamu..."

Setelahnya, Sandra jadi murung dan malas berbicara, tapi dengan perhatian Gibran menenangkannya.

"Hari ini juga akan ada tes hemoglobin kepada seluruh siswa siswi, jangan ada yang kabur terutama perempuan."

Kali ini, suara Rizal yang terdengar. Jika tadi Nathan tak berhenti menatap ke depan, maka Rizal terus menjelajahi manusia manusia di depannya.

-o0o-

"Normal, lanjut."

"Normal."

"Darah rendah, lebih sering konsumsi tablet tambah darah."

"Normal."

"Ketinggian."

Ancia duduk dengan gugup, ia agak kesal kenapa harus mendapat bagian dari dokter Rizal.

"Tangan?"

Ancia mengulurkan tangan mungilnya, tangan besar Rizal langsung menggenggamnya dengan lembut.

"Kecil sekali tangan kamu."

Ancia menatapnya sengit, "tangan pak dokter yang terlalu besar."

"AWW!"

Ancia berteriak, bukan karena kesakitan, hanya kaget sedikit.

"Maaf..."

Dokter Rizal meniup niup ujung jarinya yang ditusuk sebuah jarum kecil, meneteskan dua tetes pada sebuah alat yang mengukur HB.

Leo yang duduk di sebelah Ancia dengan dokter lain menatap Rizal heran, sejak kapan kakak sepupunya berlagak sok asik pada adik kelasnya itu?

"Normal, bagus..."

Ancia berdehem, menatap tangan mungilnya yang masih berada di genggaman Rizal.

"Dok, udah kan?"

"Udah."

"Saya ke kelas, ya?"

"Hm."

"LEPAS DOK!"

Rizal terkesiap, pria itu langsung melepaskan tangan Ancia, gadis itu merengut marah dan keluar ruangan dengan gerutuan kecil.

Rizal tertawa, pria itu menatap punggung Ancia dengan gemas.

"Dok, dokter bukannya ga bisa pegang perempuan, ya?"

"Dari tadi setiap siswi saya yang tanganin."

Leo terdiam di tempatnya, menatap Rizal dengan mata memicing tajam.

"Suka ya lu sama Anci?"

Hatchim!

"Hm, es terus!"

Anton mengusap usap hidung Ancia yang terus mengeluarkan cairan kental, ingus.

"Ugh kakak! Ga nyaman..." Gadis itu merengek, memeluk Anton dengan manja.

Anton menghela nafas, pria itu menggendong sang adik dengan mudah.

"Dokter dari rumah sakit masih ada kan?"

"Hm."

###

"Kak Geo tau ngga? Ternyata Abang Rizal suka sama Anci, tauuuuuu. Vina di kasih tau sama bang Leo."

"Terus kemarin kak Anton sama Abang Rizal berantem di UKS gara gara rebutan Anci."

"Ih, lucu banget kan mereka."

"Waktu itu kak Geo juga hampir dipukulin sama Abang Nathan, Vina masih inget hihihi."

Geo tersenyum lembut, menatap Vina yang terus bercerita dengan semangat padanya, pria itu mengelus tangan Vina yang terasa hangat di genggamannya.

"Kak Geo Vina liat foto kita waktu kecil tau, kakak ganteng banget padahal masih kecil."

Perlahan, semburat merah muda muncul di kedua pipi Geo. Pria dengan kulit tan itu agak salah tingkah dipuji oleh sang kekasih.

-o0o-

Gevina and BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang