"Dia masih kecil ya? Kok berani sih masuk ke sini."
"Anak sekecil dia mana bisa diterima di sini."
"DIAM SEMUA!"
"KAMU! Apa alasan kamu masuk ke sini?"
Gadis mungil dengan rambut diikat kuda itu mendongak, menatap pria dewasa yang menunjuknya dengan garang.
"Sandra mau jadi kuat! Sandra mau bales pukulan papa, Sandra juga mau lindungin mama dari papa!"
"Sandra..."
Badump....
Sandra tersentak, menatap sekelilingnya degan bingung.
"Yang lain udah pada pulang, nak. Kamu ketiduran lama banget."
Sandra tersenyum kikuk, "ibu, saya boleh numpang kendaraan ke ibu? Saya lagi ga pegang uang."
Wanita yang merupakan gurunya itu tersenyum lembut, "mau kemana 'nak?"
"Rumah sakit jiwa."
###
"Cantik kan? Mereka anak anakku."
Sandra tersenyum tipis, menatap seorang wanita tua yang tengah memeluk dua boneka lusuh.
"Cantik sekali, siapa nama mereka?" Sandra bertanya.
"Yang ini Sandra, anak nakal kesayangan mama, dia itu pintar, kuat, hebat, cuma dia itu cengeng."
Tanpa bisa di tahan, air matanya luruh membasahi pipinya, Sandra buru buru mengusapnya.
"Yang ini Sabrina, dia sekarang kerja di perusahaan gede, setiap pulang kerja selalu bawa makanan buat mama sama Sandra, cuma dia itu sudah tua tidak menikah menikah, padahal kan mama mau punya cucu."
Wanita itu tertawa, sedetik kemudian menangis keras dan membuang kedua boneka lusuh itu.
"PRIA SIALAN! DIA MEMUKUL ANAK ANAKKU!"
"MAMA!"
###
Sandra mengusap air matanya yang tak berhenti menetes, gadis yang masih mengenakan seragam sekolahnya itu terlihat menyedihkan.
Sandra mendekat, mencium lembut kening wanita tua yang terbaring di kasur putih gading yang terlihat tak nyaman.
"Ma, Sandra pulang... Besok Sandra ke sini lagi, ya?"
Sekali lagi Sandra mencium sayang kening wanita tercintanya.
Dengan nafas tersendat, Sandra keluar dari ruangan, "Bu Amel?"
"Mari ibu antar pulang, nak..."
-o0o-
Sandra menatap gedung tinggi di depannya dengan nanar.
"Hei nak, sedang apa di sini?"
"Sedang mencari kehebatan gedung ini, kakak Sandra katanya kalau sudah lulus mau kerja di sini!"
"Haha, memangnya kenapa kakak kamu ingin kerja di sini?"
"Katanya gaji di sini besar, uang Sandra dan kakak selalu di ambil papa, jadi kakak mau cari uang yang banyak supaya kalau di ambil masih ada."
"Sandra?"
"Kakak..."
Sandra tersenyum lebar, memeluk tubuh kakaknya yang begitu kurus dan ringkih.
"Ayo pulang, sayang... Kita beli ham burger dulu ya."
"OKE!"
-o0o-
"Akhir akhir ini Sandra suka ngelamun ya?"
Vina bertanya pada Cia dan Agatha, ketiganya ada di kantin, sedangkan Sandra ada di kelas.
"Dia tertutup banget selama ini, aku takut dia sembunyikan sesuatu yang kita ga tau."
Vina mendadak gelisah, gadis itu terus memikirkan sahabatnya.
Sedangkan Sandra di kelas, gadis itu terus mengelus elus dadanya dengan tangan bergetar, bibirnya terlihat tak bisa diam dengan mata yang menjelajah.
"Obat... Obat..."
Sandra meraih sebuah botol kecil dari tas nya, ia membuka tutupnya dengan tangan bergetar.
"AKH!"
Sandra menatap obat obatnya yang berserakan di lantai dengan tubuh yang semakin bergetar.
Dengan cepat ia memungut beberapa biji dan menelannya tanpa bantuan air.
Sandra memejamkan matanya, menahan laju air mata yang sudah menumpuk di pelupuknya.
"Mama..."
"SANDRA?!"
Tangannya di tarik dengan kuat, sedang sebelah tangannya yang lain masih mengusap usap dadanya berusaha menenangkan dirinya.
"APA APAAN LU?!"
"OBAT APA INI SANDRA? JAWAB!"
Sandra membeku, matanya yang basah melebar, menatap Gibran yang membentaknya.
Gibran... Membentaknya.
Membentak
Lalu
Memukul
"J-jangan papa..."
"Jangan pukul Sandra!"
"JANGAN!"
Sandra memberontak, menatap Gibran dengan raut wajah ketakutan, gadis itu beringsut mundur.
"Sakit..."
"Sandra..."
Agatha maju dan memeluk Sandra dengan erat, gadis itu mengelus elus rambut pendek sang sahabat.
Sandra langsung terdiam, nafasnya memburu masih dengan menatap nyalang pada Gibran.
Gibran membentaknya, sama seperti yang papanya lakukan padanya.
Vina dan Cia ikut mendekat, memeluk lembut tubuh Sandra yang lemah.
Sedangkan Gibran di tempatnya mematung, melihat kepanikan Sandra.
Teman teman sekelasnya dibuat terkejut dengan hal itu, karena Sandra biasanya terlihat ceria bahkan nakal.
"Mama..."
"Mama di mana..."
"Iya, kita ke mama ya." Agatha melepas pelukannya, menuntun Sandra agar duduk di kursi.
"OBAT AKU?" Sandra kembali panik, mencari cari obatnya dimana.
"Ini, ini Sandra.. ini."
Vando mendekat, pria itu memberikan botol obat Sandra yang isinya bertumpahan, gadis itu langsung memeluk botol itu dengan erat.
"Sandra!"
"Bu Amel?"
"Mama kamu..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Gevina and Brothers
RandomAlcatraz Series (First story) Gevina Aurelia. Ternyata memiliki nama belakang Alcatraz. Wah, bagaimana ceritanya?? INI CERITA REVISIAN, JADI EMANG KOMENTAR SAMA CERITANYA GK NYAMBUNG😭😭😭😭😭🙏🏻🙏🏻🙏🏻💪🏻💪🏻💪🏻