•Seven || Mommy•

76.1K 5.6K 172
                                    

Haiii🖤

Selamat membaca🧋

Jangan lupa vote dan komentar🤍

-o0o-

Keempat pemuda Alcatraz hanya bisa diam membisu. Pertanyaan dari si bungsu membuat mereka tidak bisa berkata-kata.

"Ih. Kok kalian diem aja sih?" Tanya Vina kembali.

"Daddy!!" Panggil Vina ketika melihat sosok ayahnya di pintu balkon.

Vina melepaskan dirinya dari pelukan Jack dan menghambur ke pelukan Alex. Vina mendongak dengan wajah polosnya.

"Daddy. Vina tanya dimana mommy tapi Abang pada ga jawab," ia mengerucut sebal.

Tak berbeda jauh dari putranya, Alex terdiam tak dapat membuka mulutnya.

"Kalian keluar." Perintah Daddy pada Abang Abang Vina.

Mereka hanya menurut saat mendapatkan kode dari daddy.

Alex menatap Vina sebentar lalu membawanya duduk di sofa.

"Kamu mau tau mommy di mana?" Tanyanya dibalas anggukan antusias oleh Vina.

"Maaf sayang..."

Alex memejamkan matanya sebentar sebelum berbicara.

"Mommy kamu, mommy Abang abang kamu, istri Daddy. Ada di surga." Suaranya terdengar sumbang.

Vina masih diam mencerna. Di surga? Ibunya juga di surga. Artinya...

" Mommy udah ga ada dad?" Tanyanya lirih.

Alex hanya bisa tertunduk lemas dengan mata yang memerah.

Vina menggeleng lemah. Mommy sudah tidak ada? Haha, ini hanya lelucon kan?

"Daddy jangan bohong. Sekarang bukan bulan April dad. Dad ngelucu nya hebat ya?" Vina terkekeh, namun matanya terdapat air yang siap tumpah kapan saja.

"Daddy ga bohong. Mommy meninggal karna sakit."

Nafas Vina tercekat, dadanya sesak, kepalanya pening, matanya menatap kosong ke depan, telinganya seakan tuli.

Ia terkekeh menyedihkan. Baru saja ia merasakan kehangatan keluarga dari Daddy dan abangnya. Sekarang ia dihantam sebuah batu tak kasat mata.

"Kemarin ibu Vina meninggal, Vina kira Vina bisa ketemu mommy di sini,"

Alex segera membawa Vina kedalam pelukannya, membiarkan gadis itu menangis meraung raung didekapannya.

"Daddy bohong..." Lirihnya lemah

"Mommy masih hidup"

"Mommy sekarang lagi ngumpet. Iya kan?"

"Mommy ga akan ninggalin Vina"

"Mommy"

"MOMMY!" Lirihan Vina berubah menjadi teriakkan ketika dadanya terasa di tusuk.

"DADDY. MOMMY GA PERGI!" Vina terus saja menangis memanggil mommy

"MOMMY GA BAKALAN PERGI"

"MOMMY BAKAL BALIK LAGI!!"

"DADDY. MOMMY MASIH HIDUP!"

Teriakkan Vina begitu pilu. Siapa saja yang mendengarnya ikut bersedih. Gadis itu hanya berharap bisa bertemu dengan ibu kandungnya.

"Mommy...."

Matanya memburam, tak lama kegelapan menghampiri, namun sebelumnya ia dapat melihat sosok berpakaian putih dengan senyuman lembutnya

-o0o-

"Nak, princess nya mommy, jangan nangis lagi ya sayang..."

"Maaf mommy pergi tanpa nunggu kamu pulang, nak."

"Mommy sayang Vina kok,"

"Setelah ini jangan nangis lagi ya, kan ada Daddy sama Abang,"

"Putri kecil mommy, sayang..."

Vina memejamkan matanya, merasakan kehangatan di keningnya kala wanita yang begitu cantik mengecupnya di sana.

"Bangun, nak..."



"INI SUDAH LIMA JAM DAN KENAPA ADIKKU BELUM BANGUN JUGA!!"

Samar samar Vina mendengar teriakkan kembarannya.

"Tenang dulu boy!" Itu suara Daddy.

"Bagaimana kita bisa tenang jika Vaina belum membuka matanya. Padahal sudah lima jam." Suara itu. Jack, terdengar dingin

Ingin sekali Vina membuka matanya, namun kenapa terasa sangat berat. Kepalanya berdenyut hebat apalagi yang berfungsi hanya pendengarannya.

Ia merasakan sebuah tangan kekar mengelus rambutnya. Ia hafal betul aroma parfum yang menempel di tubuh sang empu. Nathan.

Dengan perlahan Vina membuka matanya, pertama matanya bergetar lalu terbuka sedikit. Nathan yang melihatnya segera bertindak cepat.

"Sayang. Sudah bangun?" Tanyanya panik, retoris.

Vina membuka mata sepenuhnya, hal pertama yang dilihatnya adalah wajah lega milik Nathan.

"Syukurlah. Apa yang kamu butuhkan?" Tanyanya lembut.

"A...ir." Pintanya susah payah.

Dengan sigap Nathan mengambil botol berisi air lalu mengarahkannya ke mulut Vina.

Gibran mendekat lalu mencium kening Vina lama. Ia menatap kembarannya sendu. Tangannya bergerak mengelus kepala Vina.

"Jangan kaya gini lagi." Gumamnya lirih.

Nathan mengelap keringat yang keluar di pelipis dan kening Vina dengan sebuah handuk kecil.

Punggung tangan Gibran menyentuh kening Vina.

Panas.

Itu sensasi pertama saat kulitnya bersentuhan langsung. Kenapa saat ia menciumnya tidak terasa panas?

"Dad, Bang. Vina demam!" Ujarnya panik.

"Kita ke rumah sakit sekarang." Ucap Leo tak terbantahkan.

Namun Vina menggeleng lemah. Ia tidak suka rumah sakit.

"G mau!". Rengeknya memelas.

"Adik kalian tidak suka rumah sakit." Ucap Daddy.

"Lalu kita harus apa?" Tanya Jack

"Yelpon Rizal"

"APA?!!"

See you next chapter

[SUDAH DIREVISI]

Gevina and BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang