•Sixteen || Maaf•

54.9K 4.2K 520
                                        

Hai gys

Gimana kabarnya?

Disini aku mau minta maaf

Minta maaf yang sebesar besarnya

Karena Gevina and Brother's bakal dihapus

Maaf banget gys

Alasan aku ngehapus cerita ini biarlah jadi rahasia oke:)

Maaf banget. Say good bye to my Possessive Brother's

































Tapi boong

Happy reading!

-o0o-

Setelah menghabiskan waktu tiga jam lamanya, mereka akhirnya kan melihat langsung bunga Mugunghwa

"Sudah siap semua?" Ucap Daddy Alex.

"SIAP!!" Ucap semuanya serentak.

Akhirnya mobil berjalan dengan santai, perjalanan kembali diisi dengan ocehan dan leluconan membuat suasana sedikit cair.

"Eh, gue mau tanya!" Ucap Louis.

"Apaan?"

"Nih kan ya-" Ucap Louis menggantung.

"Iya apa?" Tanya Vina.

"Kan gini ya-" Ucap Louis kembali menggantung.

" Iya gimanaaaaa, buset dah!" Geram Gibran.

"Dasar gila." Umpat Vando.

"Bloon." Umpat Anton.

"Shut the fuck up." Umpat Geo ikut ikutan.

"You! Fuck you!" Vina membalas ucapan Geo.

Geovano, pria itu melongo. Bukan hanya dirinya, tapi mereka yang aad di mobil langsung terdiam.

"Don't speak rudely again, dear..."

Vina menyengir, gadis itu menatap Gibran dengan lugu, "sorry," katanya gugup.

Gibran mengelus rambut Vina dengan lembut.

"Can you speak English?"

"Yeah, ish." Vina tersenyum membalas Sandra yang bertanya.

"Sampeyan pancen pinter lan ayu. Aku seneng bocah wadon kaya ngono." Ucap Geo.

Ia merutuki mulutnya yang asal ceplos berkata seperti itu.

"HAH?" Vina melongo mendengar ucapan Geo.

Geo menggeleng panik, diam diam menghela nafas lega. Ia dapat menyimpulkan jika Vina tidak bisa bahasa Jawa.

Tapi Vando, pria itu mesem mesem tak jelas mendengar ucapan Geo. Sebenarnya Geo ini tak memilikinya darah Jawa Tengah ataupun Jawa Timur. Pria itu sama seperti Sandra, hanya saja Sandra lahir dan tinggal sebentar di Kanada, sedangkan Geo lahir dan tinggal sebentar di Australia, jelas jelas tidak ada Jawa Jawanya, kecuali ibu dari Geo yang memang orang Sunda asli.

Vando. Pria satu itu salah satu keturunan Jawa. Vando tau Geo cukup pintar berbahasa Jawa. Karena sekolah mereka juga merupakan sekolah internasional, jadi beberapa bahasa dipelajari di klub khusus.

Vando mendorong dorong bahu Geo. Masih dengan mesem mesem tak jelas.

"Es batu es batu!" Gumamnya menggeleng gelengkan kepalanya.

Geo menatap tajam Vando yang masih mesem mesem.

"Vin, mau tau ga arti ucapan Geo tadi?" Tanya Vando iseng.

Vina mengangguk.

"Apa itu?" Tanya Vina.

Dengan gerakan cepat Geo menjepit kepala Vando di ketiaknya.

"Ja-jangan didengerin." Ucap Geo terbata bata.

Vina yang memang lugu mengangguk patuh dan kembali bermain ponsel milik Gibran.

"Aja ngomong maknane." Bisik Geo pada Vando.

Vando terkikik kecil.

"Ya, ya. Ora bakal." Jawabnya.

Perjalanan masih sedikit panjang, beberapa dari mereka mengobrol dengan santai.

"Sandra itu lahirnya di Kanada, kan? Kanada kaya gimana sih, kakak rencananya mau kuliah ke sana."

Sandra menggaruk kepalanya bingung, "ya, gitu." Katanya tak tau mau menjelaskan apa.

"WOW! YOU ARE KANADA?!"

"Yeah," Sandra tertawa canggung pada Anton yang baru saja berteriak.

"Gue sama adek gue sih lahir di Indonesia, makanya jiwa nasionalisme kita sudah mendarah daging."

Sandra tak tau mau menjawab apa. Agak masuk akal karena nilai PKN Cia paling tinggi. Di antara mereka semua, banyak yang mengambil jurusan dengan prospek masa depan ilmu sosial.

Yang mempelajari Sains hanya Sandra, Vina, dan Vando. Namun mereka masih di satukan si satu kelas dengan pembelajaran khusus yang dibagi rata.

"Kamu lahirnya di Kanada sebelah mana?" Tanya Cia iseng.

"Toronto."

"MARK!" Sandra berjengit kaget saat tiba tiba Cia memekik di sebelahnya.

Anton menyentuh bahu Sandra. "San, TO RON TO, bukan Toronto. Kewarganegaraan kamu sekarang Indonesia, biasakan bicara dengan nada keindonesiaan."

Sandra merasa frustasi dikelilingi oleh mereka semua, sedangkan Vina tertawa tawa saja sejak tadi, tak menolong sama sekali.

"Kalau kak Geo lahir di mana?" Vina menatap Geo dengan raut wajah penasaran.

"Newcastle, New South Wales"

"DANIELLE!" Kali ini Vina yang terlonjak karena pekikan dari Anton.

"O ma o ma ga."

Sandra hampir menangis karena duduk di sebelah Anton dan Cia, tapi untungnya ada Gibran yang menariknya menjauhi dua manusia itu.



Sampai jumpa di part selanjutnyaaa😗

[SUDAH DIREVISI]

Gevina and BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang