Hai gysss
Selamat membaca 🎉
-o0o-
"Di mana adikku?"
"Rizal?"
Sang pelaku hanya menatap datar mereka. Tatapannya jatuh ke arah gadis kecil yang sedang menatapnya heran.
Rizal berjalan mendekati Vina. Ia sedikit mendorong bahu Jack yang menghalanginya.
Tangannya bergerak mengelus puncak kepala Vina. Ia menarik tubuh Vina kedalam pelukannya, menghirup aroma yang menguar dari sana.
Pria itu sedikit menggeram merasakan tubuh Vina yang agak kurus. Ia mengeratkan pelukannya walau Vina tak membalas sama sekali.
"Om..." Panggil Vina.
Panggilan itu membuat Louis dan Gibran tertawa terbahak bahak. Rizal mendengus menatap tajam mereka yang sama sekali tidak memberhentikan tawanya.
Hey, apakah ia terlihat sudah tua? Umurnya masih 28 tahun. Ingat?
"Abang Gibran kenapa ketawa?" Tanya Vina pelan.
"Jangan panggil om. Panggil Abang!" Tegas Rizal.
Vina mengerutkan keningnya.
"Vina punya Abang berapa?" Tanya Vina lugu
Rizal merapihkan rambut Vina, mengelap keringat didahinya dengan lembut.
"Abang Vina ada tujuh. Tapi tiganya Abang sepupu." Jelas Rizal lembut
Vina hanya mengangguk lemah. Jika ia mengangguk dengan antusias kepalanya akan terasa sakit.
"Nama Abang Rizal, yang tadi teriak namanya Louis dan yang dari tadi diem Mulu namanya Daniel." Jelas Rizal.
Vina hanya diam. Ia beringsut mengeratkan pelukannya pada selimut tebal yang membungkus tubuh mungilnya saat rasa dingin kembali menjalar.
Rizal menempelkan punggung tangannya ke arah kening Vina dan merasakan suhu tubuhnya yang panas.
"Sudah makan belum?" Tanya Daniel yang sejak tadi hanya diam.
"Vina tidak mau makan." Jawab Leo.
"Kenapa?" Tanya Rizal pada Vina.
"Makanannya pahit. Ga enak," jawab Vina.
Rizal menghela nafas. Ia mengeluarkan alat alatnya untuk memeriksa kondisi Vina.
"Abang dokter?" Tanya Vina. Rizal hanya mengangguk.
Vina menyunggingkan senyum lebar membuat Rizal ikut tersenyum walau tipis.
"Cita cita Vina juga mau jadi dokter, boong deh" Ucap Vina sedikit bersemangat
Rizal tertawa pelan, "harus sembuh dulu sekarang."
Vina mengerucutkan bibirnya.
"Terus Vina harus apa biar cepet sembuh?" Tanya Vina
"Kamu makan terus minum obat. Abang suapin." Jawab Rizal.
Vina mengangguk. Ia duduk dibantu Gibran. Dengan telaten Rizal menyuapkan bubur pada Vina, juga memberikan obat.
Hingga saat ini Vina sudah terlelap merasakan efek samping dari obat tadi. Rizal mencium kening Vina lama kemudian menatap yang lainnya.
"Handuk dan air." Ucapnya datar.
Ha?
Daniel yang turun tangan. Ia pergi dan kembali membawa handuk dan baskom kecil berisi air.
Rizal mengambilnya, ia mulai mengompres kening Vina agar panasnya turun.
"Ga ada yang serius kan bang?" Tanya Gibran cemas.
"Cintaku padamu serius," sahut Louis membuat Gibran menatapnya kesal.
Rizal tersenyum tipis dan menggeleng, "syukurlah hanya demam, setelah beberapa jam demamnya akan turun," pria itu menjelaskan dengan tenang.
Gibran mengangguk.
Nathan yang sejak tadi diam memilih mendekat, mencium lembut pipi sang adik.
"Bang?" Louis memanggil.
"Hm?"
Lois mendekati Nathan, "mau di cium juga dong."
Nathan menatapnya tajam, "sarap!"
"Jauh jauh lu jelek!" Kini Leo mendorong Louis.
"Astaga, muka seganteng Cha Eun Woo gini dibilang jelek."
"DIH?"
***
[SUDAH DIREVISI]
KAMU SEDANG MEMBACA
Gevina and Brothers
De TodoAlcatraz Series (First story) Gevina Aurelia. Ternyata memiliki nama belakang Alcatraz. Wah, bagaimana ceritanya?? INI CERITA REVISIAN, JADI EMANG KOMENTAR SAMA CERITANYA GK NYAMBUNG😭😭😭😭😭🙏🏻🙏🏻🙏🏻💪🏻💪🏻💪🏻
