"Ibu, kita mau ketemu mama? Tapi kan belum bel pulang..."
"Ih ga di jawab. Gibran? Biasanya kan ketemu mama pas pulang sekolah, kenapa belum bel udah mau ke sana?"
"Sandra sayang ngga sama mama?" Bukannya menjawab, Gibran justru kembali bertanya.
"Sayang dong, sayaaaaaaaaang banget."
Gibran tersenyum tipis, merapikan tatanan rambut Sandra dengan perlahan. "Kalau mama Sandra pergi, San-"
"Sandra ikut pergi dong, kan mama tiap malam selalu bilang, kemanapun mama pergi, mama akan selalu bersama Sandra dan Sabrina."
Gibran diam, begitupun dengan teman temannya yang ikut bersama di satu mobil.
"Loh? Kok ke TPU?"
"Katanya mau ke mama..."
Vina menghela nafas, gadis itu menatap Geo dengan sedih, dan dengan lembut Geo menggenggam tangannya dan membantunya keluar dari mobil, menyusul Gibran yang menuntun Sandra.
"Kak, Sandra..."
"Sandra itu kuat," Geo berujar, berusaha menenangkan Vina.
Di depan sana, Sandra berdiri dengan kaki bergetar, pikiran pikiran aneh langsung menghampirinya.
"Itu mama kamu..."
Sandra menatap Gibran dengan marah, jelas ia marah karena Gibran menunjuk sebuah peti yang tertutup.
"KENAPA KE SINI? MAMA ADA DI RUMAH!"
"Sandra..."
"MAMA GUE DI RUMAH, GIBRAN!"
Suara Sandra bergetar, ia hendak berlari namun degan cepat Gibran meraihnya ke dalam pelukannya.
"LEPASIN GUE BAJINGAN!"
"MAMAAAAA!!!!"
Sandra memberontak, melihat peti tadi mulai di turunkan ke dalam tanah.
"MAMA JANGAN TINGGALIN SANDRA!"
"MAMA!"
Gibran memejamkan matanya, memeluk erat tubuh Sandra yang memberontak.
Sedangkan di sisi lain, Vina dan yang lainnya menangis melihat hal itu, Geo bahkan terlihat beberapa kali mengusap matanya.
"Mama..."
Sandra terkulai lemah di pelukan Gibran, diam diam Gibran meminta Leo untuk membawa dokter, dan kini Sandra terlelap akibat suntikan dari dokter.
-o0o-
Sandra dan Sabrina, putri putri kecil kesayangan mama
Walaupun kalian sudah besar, di mata mama kalian tetaplah kecil, seperti bayi...
Mama di sini baik baik saja nak, walau terkadang mama rindu manjanya Sandra, mama rindu saat mama menemani Sandra tertidur.
Mama rindu saat Sabrina mengadu lelah karena pekerjaannya di kantor.
Mama di sini terkadang hilang kendali, begitu yang dikatakan dokter.
Mama bisa merasakan ciuman kasih sayang yang diberikan Sandra dan Sabrina.
Mama bertahan ingin melihat kalian menjadi orang yang hebat. Tapi mama merasa sait sekali malam ini, jadi mama buru bur menulis di buku jelek ini.
Sandra, putri cantik mama, si manja tapi juga kuat dan ceria, tetap jadi ceria ya nak, mama selalu siap saat Sandra mau bercerita.
Sabrina, tuan putri yang sebentar lagi jadi ratu. Jaga adikmu ya nak, Sandra itu cengeng, mama juga selalu ada buat kamu.
Dari mama, untuk bayi bayi mama...
Sandra kehilangan semangatnya, ia hanya akan diam di atas kasurnya, menatap pada jendelanya yang mulai berdebu dengan tangan memeluk kedua boneka lusuh ibunya.
Sandra akan menangis saat teringat pada sang ibu.
Teman teman sekelas dan gurunya akan bergantian menjenguknya ke rumah.
Tapi teman teman dekatnya tak pernah absen menemaninya, bahkan beberapa dari mereka berdiam di rumah Sandra.
"Sandra, sarapan dulu..."
Sandra memutar kepalanya, namun matanya justru tertuju pada dua buah foto, foto ibunya dan kakaknya,
yang telah tiada.
Gibran dengan sabar menyuapi Sandra, pria itu seperti memberi makan bayi, ia akan meniup makannya hingga hangat dan akan menyentuhkannya pada bibirnya agar dirasa tak terlalu panas.
Vina, Agatha, dan Cia akan menemani Sandra dan bercerita dengan riang, sesekali Sandra menjawab dengan singkat.
Daddy Alex pernah sekali datang bersama Nathan dan Rizal menjenguk Sandra. Rizal sebagai seorang dokter memeriksa keadaan Sandra.
"Hari ini giliran Anton, Cia, Vando, sama Agatha yang nginep, aku sama Vina pulang, ya?"
Gibran mengelus pipi tirus Sandra, ia hanya tersenyum miris saat tak mendapat jawaban.
Gibran mendekat, memberanikan diri memberi kecupan singkat di kening Sandra.
"Aku pulang..."
###
Gibran mengelus elus kepala Vina yang menangis di dadanya. Adiknya ini sosok yang sangat ekspresif.
"Sini sayang, bilang sama Daddy."
Vina beralih menangis di pelukan Daddy-nya.
"Kemarin Agatha, sekarang Sandra, nanti besok siapa lagi? Kenapa harus teman teman Vina?"
Daddy memberi ciuman di kening sang putri, "tidak ada lagi untuk besok, sekarang Vina bantu Sandra bangkit, ya? Sandra itu anaknya ceria loh, buat dia jadi ceria lagi, ya?"
Daddy tersenyum tipis, ingatannya berputar ke beberapa tahun yang lalu saat melihat sosok kecil menatap gedung perusahaannya dengan takjub.
"Sekarang tidur, Daddy temani Vina tidur."
"Hu um, mau sama daddy."
Di dalam kamar, terjadi perbincangan kecil dari sepasang ayah anak itu.
"Kayanya Abang Gibran suka sama Sandra deh Daddy, sama kaya Geo suka sama Vina."
Daddy nampak menahan kekesalan, ia tak masalah Gibran menyukai Sandra, TAPI GEO?
Huuuuhhh, ia akan menahan sampai keadaan membaik.
Tidak lucu kalau suasana sedang duka, ia yang sudah berusia setengah abad tiba tiba mengajak baku hantam anak SMA yang 'lugu'
TBC
Besok sp lagi ya yang dibuat sedih?😁☝🏻

KAMU SEDANG MEMBACA
Gevina and Brothers
RandomAlcatraz Series (First story) Gevina Aurelia. Ternyata memiliki nama belakang Alcatraz. Wah, bagaimana ceritanya?? INI CERITA REVISIAN, JADI EMANG KOMENTAR SAMA CERITANYA GK NYAMBUNG😭😭😭😭😭🙏🏻🙏🏻🙏🏻💪🏻💪🏻💪🏻