Happy reading-!!
-o0o-
Pagi hari yang cerah. Matahari tersenyum, bunga bunga bermekaran, burung burung berkicau membuat sebuah alunan musik yang indah, embun embun menetes di dedaunan.
Momen yang indah untuk dirasakan.
Vina tersenyum saat hidungnya dapat menghirup aroma segar di pagi hari. Demamnya sudah turun walau tubuhnya masih hangat, kepalanya sudah terasa sedikit tidak pusing.
Bibir tipisnya mengulas senyuman. Ia memandang langit dengan mata yang menyipit karna panasnya matahari.
"Sebelum ibu pergi ibu pernah bilang. Kalo kangen liat langit, disana ada ibu. Apa mommy juga ada di langit?" Ia bermonolog sendiri.
Tangannya yang sedang memegang balkon terangkat menarik satu daun dari pohon yang ada tepat disamping balkon kamarnya.
"Mommy, ibu. Vina kangen." Lirihnya sendu.
"Mommy..." Ucap Vina.
"Bahkan Vina gak inget wajah mommy," katanya sendu.
Ia menyimpan dagunya di pembatas balkon, menatap beberapa bodyguard dan maid yang sedang bekerja di taman.
Mereka menyiapkan meja makan yang sepertinya akan dijadikan sebagai tempat sarapan. Matanya menatap Abang tertuanya, Nathan.
"Abang Nathan kok mukanya gitu gitu aja." Tanyanya entah pada siapa.
Vina menegakkan tubuhnya. Matanya menatap Abang Abang nya yang sedang duduk diam di kursi masing masing.
Badannya sedikit tersentak saat merasakan sepasang tangan kekar yang melingkar di pinggangnya. Ia sedikit memberontak ketakutan.
"Sttttt. Ini Abang." Suara itu, Rizal.
Vina menyandarkan kepalanya di dada bidang Rizal, mencari kenyamanan disana. Rizal tersenyum tipis dan mengecup puncak kepala Vina.
"Masih sakit kepalanya?" Tanya Rizal lembut.
Vina menggeleng.
"Udah mendingan." Jawab Vina.
Rizal mengangguk lalu mengeratkan pelukannya.
"WOY. SARAPAN SINI!"
Keduanya kompak menoleh ke bawah, menatap Leo yang memanggil.
"Turun yuk. Sarapan dulu." Ucap Rizal.
Vina mengangguk. Ia merentangkan tangannya disambut hangat oleh Rizal. Pria itu menggendong Vina di depan dan membawanya ke taman tempat berlangsungnya sarapan.
"Abang. Abang selama ini tinggal di mana?" Tanya Vina terendam di celuk leher Rizal.
Rizal duduk dengan Vina di pangkuannya. Tak mempedulikan yang lainnya.
"Abang tinggal di Jerman." Jawab Reza lembut.
"Waaaah. Kapan kapan ajak Vina ke Jerman. Itu negara impian Vina." Gadis itu sedikit antusias saat berbicara.
"Nanti kamu jalan jalan sama Abang keliling dunia." Ucapan Nathan membuat Vina menatapnya berbinar.
"Beneran? Vina mau ke Korea ya bang!" Ucapnya antusias.
"Kenapa harus Korea. Ada apa di sana?" Tanya Jack.
"Ada masa depan saya Tante!!" Jawaban Louis membuat mereka terdiam.
"Idih. Lu pada kagak tau yang lagi ngetren ngetrennya ada masa depan saya Tante!!" Ucap Louis kesal.
"Idih. Udah ga jaman lagi bego!" Kesal Gibran.
Pletak!
"Anjing!"
Brukk!
"Bangsa-"
"-Ku rakyatku semuanya." Louis memotong ucapan Gibran yang hendak mengumpat.
"Jangan mengumpat di depan adikku." Ucap Nathan dingin.
"Dia masih kecil." Timpal Rizal tak kalah dingin.
Tiba tiba Vina yang masih ada di pangkuan Rizal memegang pipi Abang sepupunya.
"Gak dingin." Gumamnya tapi masih bisa di dengar.
"Ada apa princess?" Tanya Leo lembut.
"Kata Abang Gibran. Kalo ada yang ngomongnya kaya Abang Rizal sama Abang Nathan, itu berarti orangnya dingin. Tapi kok Abang Rizal ga dingin." Jawab Vina panjang lebar.
Mereka semua terdiam. Eh, gimana nih?
"Udah udah. Mending sekarang kita sarapan." Ucap Daddy melerai.
See you next chapter ✨
I love you all
[SUDAH DIREVISI]
![](https://img.wattpad.com/cover/250655034-288-k657586.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Gevina and Brothers
De TodoAlcatraz Series (First story) Gevina Aurelia. Ternyata memiliki nama belakang Alcatraz. Wah, bagaimana ceritanya?? INI CERITA REVISIAN, JADI EMANG KOMENTAR SAMA CERITANYA GK NYAMBUNG😭😭😭😭😭🙏🏻🙏🏻🙏🏻💪🏻💪🏻💪🏻