28. Udah

31.9K 2.6K 294
                                    

"Hmm..."

Vina menggeliat pelan, ia kembali tertidur begitu merasakan usapan usapan lembut di punggungnya.

"Sayang?"

Vina tetap diam, walau merasa aneh dengan suara kakaknya itu.

"Katanya mau ke rumah Sandra?"

Perlahan, mata bulatnya terlihat begitu lucu.

"KAK GEO?!"

Geo, pria itu tersenyum tipis. Tangannya terangkat mengelus pipi bulat milik sang gadis.

"Kakak keluar! Kalau ketauan Abang nanti kakak dimarahin!"

Vina langsung panik, tak ada lagi kantuk di wajahnya. Sedangkan Geo tertawa kecil melihat betapa menggemaskannya tingkah laku Vina.

"Jangan panik begitu... Dengarkan dulu."

Geo menarik pinggang Vina dan membawanya mendekat ke arahnya.

"Abang abang kamu ga akan marah, jadi tenang, hm?"

Vina diam, menatap wajah Geo yang sangat tampan.

"Lucunya pacarkuuu."

"Apa? Pacar? Kan belum i-"

"Udah!" Geo memotong ucapan Vina, pria itu tersenyum tipis melihat raut wajah gadisnya.

"Aku datang langsung menghadap Daddy sama Abang Abang kamu."

Vina melebarkan matanya terkejut.

"Kok bisa? Kakak ga papa 'kan? Kakak dipu-"

"Sht sht sht."

Geo melebarkan senyumnya, "emang ngga mudah, tapi bukan ngga mungkin," katanya dengan mata teduh.

"Now, you're mine..."

-o0o-

"Cantik, hati hati di jalan ya... LO! Awas kalau adek gue kenapa napa."

Louis menatap Geo dengan sengit yang di balas dengan tatapan santai.

Nathan mencium kening Vina dengan lembut, "Gibran udah berangkat duluan, dia langsung pergi pas denger Sandra ngamuk.."

Vina melebarkan matanya, "kenapa ngga bilang sama Vina?!" Katanya protes.

Nathan mengelus rambut adiknya dengan lembut, "kamu tidur, sayang... Abang ngga tega." Katanya, sekali lagi Nathan mencium kening Vina sebelum membiarkan Geo membawanya.

"Kuat juga mental anak itu," Rizal berkata sambil tertawa pelan, pria itu menghisap teh panas miliknya dengan pelan.

"Kalau Daddy sudah berkehendak mana bisa kita menolak."

-o0o-

"Sudah cukup, jika terus begini ia bisa menyerah kapanpun."

Gibran menghela nafas, mengelus rambut Sandra dengan pelan.

"Entah berapa suntikan lagi yang bisa dia tahan, aku tidak mau memberinya suntikan penenang lagi." Dokter wanita itu langsung pergi.

"Ini namanya pembunuhan berencana." Vando berujar dengan suara pelan.

Lagi lagi Gibran menghela nafas. Kakaknya, Rizal yang seorang dokter saja sudah tak berani memberikan suntikan penenang pada Sandra.

"Sandra..."

Gibran berbisik dengan suaranya yang serak, pada akhirnya pria itu menangis di atas tangannya yang menggenggam tangan Sandra.

"Cia, ambilin plester penurun demam di laci."

Gibran hanya diam di posisinya, membiarkan teman temannya yang mengatasi Sandra.

Lama di posisi itu, Gibran akhirnya tertidur.

###

"SANDRA?!"

Gibran panik, pria itu terbangun dan tak mendapati Sandra di kasurnya.

Dengan tergesa gesa Gibran berlari ke luar kamar.

Ia menghembuskan nafas lega melihat punggung Sandra yang sedang berkutat di dapur.

"Sandra," panggilnya lirih.

Sandra berbalik dan tersenyum, senyuman yang membuat Gibran membeku.

"Bangunin yang lain, makan dulu aku udah masak."

"..."

Cie Vina Geo Official😍❤️

Gevina and BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang