29. Road to Ending

4.8K 240 0
                                    

"Jadi, sejak kapan kalian pacaran?"

Vina menggaruk kepalanya bingung, sedangkan Geo masih santai melahap sarapan yang di buat Sandra.

"Geo! Jawab!"

"Tadi," kata Geo singkat, pria itu kembali menyuapkan menu makanan paginya.

"Gibran, lu sama Abang Abang lu yang lain ga masalah kah?"

Gibran mengangkat bahunya cuek, membuat Vando yang bertanya menjadi kesal.

"Vando, makan..."

"Iya, San." Vando langsung makan makanan di depannya yang terasa sangat lezat.

Mereka semua diam, tak ada yang berani membuka suara tentang keadaan Sandra, karena Gibran yang meminta mereka agar tak berucap apapun.

"Mau main ngga? Gue bawa mainan ini."

Ancia dengan semangat mengeluarkan sebuah mainan balok.

"Widih! Gas!" Vando bersemangat, mereka semua duduk di ruang tamu rumah Sandra.

Geo mendapat giliran pertama, pria itu mengambil satu balok di tengah yang ternyata terdapat sebuah kalimat di sana.

Satu kelebihan kamu yang orang lain ga tau

Geo tersenyum miring, "Meluluhkan hati om Alex," katanya dengan bangga.

Samar samar terdengar Gibran mengumpat melihat kebahagiaan dari teman seperjuangannya itu.

Giliran Anton yang mengambil balok.

Sebutkan satu orang yang paling kamu cintai

"Ancia." Kata Anton singkat, tak ada maksud apapun.

Mereka semua bergantian mengambil balok tersebut.

Hal yang paling kamu syukuri di dunia ini

Vina tersenyum lebar, "Vina bersyukur punya keluarga yang baik, Vina bersyukur punya temen temen yang hebat, Vina juga bersyukur punya pacar ganteng."

Geo tertawa lepas, pria itu mengacak acak rambut Vina dengan gemas, sedangkan Gibran menatapnya kesal.

Mereka melanjutkan permainan selanjutnya ke bermain gigi buaya.

Di tengah permainan, Gibran menoleh pada Sandra saat merasakan sentuhan di pinggangnya.

"Ngantuk..."

Gibran tersenyum, meraih Sandra ke pelukannya dan menggendongnya, membawa gadis itu ke kamarnya di lantai dua.

Sandra menatap wajah Gibran yang menurunkannya di kasur.

"Tidur yang nyenyak," Gibran mengelus elus kepalanya dengan lembut.

Cup

"I love you San..."

-o0o-

"Kenapa kakak suka sama Vina?"

Geo tersenyum lembut, mencium singkat pipi cabi di depannya.

"Karena suka?"

"Ih!" Vina melengkungkan bibirnya ke bawah saat jawaban Geo tak sesuai yang diharapkannya.

Geo tertawa lepas, pria itu membalikan tubuh Vina dan memeluknya dari belakang, membuat mereka melihat pada awan jingga yang begitu menakjubkan.

"Mungkin kamu ngga ingat, dulu waktu kita masih sangat kecil bahkan kamu yang minta aku nikahi."

"Hmm??"

Geo mengecup puncak kepala Vina dengan gemas.

"Aku bukan cuma suka sama kamu, Vina... Aku juga cinta sama kamu, kalau boleh jujur, sejak kita bahkan belum lima tahun."

"Waaaaawww..."

Geo tertawa, keduanya saling menatap dengan senyuman yang lebar.

"Tapi jangan bohongin Vina ya!"

Geo mengangguk, kembali memeluk Vina dengan penuh kasih sayang.

"I love you, Vina...."

Gevina and BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang