SIZ - 7. Alvaro?

529 49 1
                                    

[ Jangan lupa tinggalkan jejak vote dan komennya! ]

Zeya sudah cukup sehat hari ini. Ia sudah kembali pulih setelah satu hari tidak masuk karena sakit. Zeya tidak mau ketinggalan pelajaran jauh. Ia tidak boleh bermalas-malasan.

Zeya turun dari mobil angkot. Menuju pos satpam untuk berteduh sebentar. Hari ini hujan sangat deras, namun Zeya lupa tidak membawa payung dan jaket. Jarak gerbang dan kelas Zeya lumayan jauh. Jika ia menembus hujan, kemungkinan seragamnya akan basah. Zeya baru saja sembuh, ia tidak mungkin untuk hujan-hujanan.

Matanya berbinar ketika Arsa turun dari mobilnya. Arsa membuka payung yang ia bawa.

"Arsa," panggil Zeya. Arsa menoleh ke arah Zeya. Ia tersenyum simpul.

Saat itu juga, Salma turun dari mobilnya. Membuat Zeya menatapnya jengah.

"Arsa," panggil Salma kepada Arsa. Arsa menoleh ke arah gadis itu. Salma langsung mendekat ke arah Arsa. Merapatkan tubuhnya agar tidak terkena guyuran hujan.

"Lo tunggu disini dulu ya Zey, nanti gue balik lagi," ucap Arsa sepintas. Lalu berjalan memayungi Salma, menghantarkannya ke kelas.

Zeya menatap kepergian Arsa dengan tatapan kosong. Rasa bencinya kini muncul dipikiran Zeya. Ia menghembuskan nafasnya gusar. Lelah juga kecewa selalu terlintas di dalam benaknya. Tidak hanya lelah hati, ia juga lelah fisik, yang membuat gadis itu selalu sakit.

"Bareng gue aja," ucap seseorang. Zeya hanya diam ketika lelaki itu tiba-tiba datang memayunginya agar tidak terguyur air hujan.

"Kak Alvaro."

"Udah ayo, bentar lagi bel," ucap Alvaro tersenyum kecil. Hal itu membuat Zeya ikut tersenyum, ternyata masih ada orang baik dalam hidupnya.

"Kak Alvaro gak benci Zeya?" tanya Zeya bingung. Diatas kebencian teman teman Arsa, kenapa Kak Alvaro membantunya? Entahlah.

"Gak ada alasan buat benci sama Lo," ucap Alvaro. Dia adalah orang kedua yang tidak benci Zeya di geng Creever setelah Arsa. Zeya tersenyum tidak percaya bahwa Alvaro akan baik padanya. Sebelumnya mereka tidak pernah berkomunikasi, hanya sebatas tegur sapa. Itu pun jarang.

Zeya terlalu takut untuk berkomunikasi dengan teman-teman Arsa. Apalagi Ryan--kakak Salma, yang sudah jelas Ryan membenci Zeya. Karena Zeya, Arsa tidak punya waktu untuk Salma. Namun kenyataannya, Zeya yang tidak punya banyak waktu untuk bersama Arsa karena alasan utamanya adalah Salma. Zeya benar-benar bingung dengan semua ini. Fakta yang selalu bersifat terbalik dengan kebohongan.

"Udah ayo," ucap Alvaro. Mereka pun berjalan beriringan layaknya seorang kakak yang memayungi adiknya.

•🌸•

"Bekelnya jangan lupa dimakan," ucap Zeya kepada Arsa. Arsa tersenyum lalu beranjak pergi membawa bekal yang diberi Zeya.

Arsa melangkahkan kakinya menuju kantin. Disana ada Salma dan teman-teman Arsa, Ryan juga ada sudah menunggunya. Arsa duduk disamping Salma.

"Itu bekel dari mama kamu Sa?" tanya Salma.

"Dari Zeya," ucap Arsa.

"Mendingan kamu makan bekel aku aja, kan lebih enak," ucap Salma.

"Aku makan bekel Zeya aja, aku alergi udang, masakan Zeya juga enak kok, kamu mau?" ucap Arsa. Salma yang mendengarnya malah kesal sendiri. Zeya lagi, Zeya lagi. Ia melangkahkan kakinya ke kamar mandi. Dari pada harus bersama Arsa tapi selalu ada kata Zeya yang terbawa dalam percakapan mereka berdua.

She Is Zeya [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang