Vote dulu biar gak lupa hehe><~Happy Reading~
Zeya berlari mengejar pria itu, dia ingin berterima kasih. Sekaligus ingin bertanya sesuatu yang membuat Zeya sedikit janggal dengannya.
Yap pria itu, pria yang membelanya tadi. Dia sangat penasaran, sungguh. Jadi, Zeya berniat mencarinya, karena tadi pria itu langsung pergi dari ruang BK.
Zeya tersenyum lega saat pria itu tengah berada di parkiran, sepertinya dia akan pulang karena pelajaran sudah habis.
"Eh tunggu," seru Zeya dengan suara nyaringnya. Dia pun menoleh ke arahnya yang sedang berlari.
"Hhhh, tunggu dulu, capek tau gak," ucapnya dengan nafas tersengal.
"Suruh siapa lari? Kan gue gak nyuruh," jawabnya datar.
"Kok nyebelin?"
"Cewek gak jelas!" sungutnya sambil menaiki motor besar miliknya.
"Gue cuman mau bilang makasih," ucapnya. Namun diacuhkan oleh pria itu, lalu menyalakan motornya, melenggang pergi dari sana.
"Sama-sama," ucapnya sebelum menjauh.
"WOY, JANGAN PERGI GUE MAU NANYA, WOY ASEP, EH MAMAT!" teriaknya sambil berseru kesal. Namun sayang motornya sudah menjauh pergi.
Zeya berdecak kesal. "Cowok kampret, pengen gue gorok, liat aja nanti," gerutunya sambil menghentakkan kakinya.
Zeya sempat termenung sebentar, memikirkan pria yang menurut Zeya nyebelin tadi, sebelum seorang pria yang mengejutkan dirinya. Gadis itu terpelonjak kaget saat pria itu menarik tangannya.
"Gausah bengong, ayok pulang," ujar pria itu.
Zeya mendengus, lalu menghentakkan tangannya agar terlepas dari genggaman Arsa.
"Apaan sih lo! Sok kenal!" sinis Zeya.
"Kenal, lo sahabat gue," ucapnya, "buruan masuk! Penting!" tekan Arsa.
"Gak!"
"Masuk, mau gue panggul kayak beras?"
"Emang berani? Udah deh awas, gue mau pulang sama bang va—" ucapan Zeya terpotong saat Arsa sudah membawanya seperti karung beras.
"Anjing, huaaaaa tolong gue diculik!"
Arsa menurunkan Zeya di kursi mobil depan, lalu menutup pintunya kencang. Kemudian, dia jalan memutar, ikut mendudukkan tubuhnya di kursi kemudi.
"Apa-apaan sih lo? Motor gue gimana?" tanya Zeya mendengus kesal.
"Nanti dianterin Jingga," ucapnya kembali membuat Zeya pasrah saja.
Arsa melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Meninggalkan parkiran sekolah, entah akan pergi kemana.
"Mau kemana sih?"
"Ke rumah, mama sakit!"
"Mama sakit? Kok gak bilang dari tadi, kan gak usah ribut!" sungut Zeya membuat Arsa tersenyum kecut.
"Makin galak ya sekarang, berubah," ujar Arsa tiba-tiba.
"Apa sih." Zeya berusaha bersikap biasa saja. Namun di dalam hatinya terus-terusan mengumpat.
"Gue cuman mau bilang maaf atas tuduhan dari Salma, gue udah putus sama dia," jelasnya membuat Zeya sedikit terkejut. Sampai putus?
"Iya, gak pengen diperpanjang juga," balasnya sedikit canggung karena Arsa membahas hubungan Arsa dan gadis itu tentunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
She Is Zeya [Revisi]
Fiksi Remaja[completed] Diharapkan Follow sebelum baca! "Gue sendiri, gue gak punya siapa-siapa--" _Ranting yang patah karena angin adalah perwakilan atas cerita Zeya. Zeya yang selalu sendiri, tenggelam atas sebuah luka. Sosok malaikat Zeya telah kalah dan ter...