Haiii readers...
Sorry kemarin gak up'
Lagi sibuk-sibuknya sekolah:'(
Oke langsung baca aja!~Happy Reading~
Matahari telah menampakkan diri dari arah terbitnya. Menyoroti kulit putih gadis berumur 17 tahun itu, membuat sang pemilik mata indah itu sedikit merengut karena silauan mentari. Dengan bibir yang sedikit pucat pasi, gadis itu pun tersenyum.
Zeya melangkahkan kakinya menuju taman rumah sakit. Menghirup udara segar yang belum tercemari polusi dipagi hari. Zeya menghembuskan nafasnya secara perlahan, menikmati udara pagi hari yang sangat dingin.
Sejuk
Itulah yang Zeya rasakan setelah kebebasan dirinya dari rumah sakit. Gadis itu akan pulang ke apartemennya, rindu dengan boneka dan kasur empuk miliknya.
Zeya sudah tidak sabar ingin pulang. Setibanya di Apartemen, Zeya akan mengisi waktu luangnya dengan sebaik mungkin. Tidak akan membuang sisa-sisa waktunya dengan hal yang membuatnya lelah, bisa saja Zeya balik lagi ke rumah sakit. Tapi Zeya tidak ingin kembali ke penjara orang sakit lagi. Baginya rumah sakit adalah penjara.
Zeya melirik sekilas taman rumah sakit yang cukup luas. Gadis itu melihat banyak pedagang makanan yang berjejer di tepi jalan luar rumah sakit. Matanya melirik ke salah satu gerai yang berdiri disana, ia tergiur dengan batagor, biasanya hampir setiap hari Zeya memakan batagor di kantin sekolah. Ah gadis itu sangat rindu batagor Bi Arun.
Zeya mengeratkan genggaman pada tas ransel sekolahnya. Seperti anak kecil yang akan berangkat sekolah. Kebetulan Zeya juga masih memakai seragamnya. Zeya berlari kecil ke arah pedagang batagor itu. Seraya tersenyum lebar penuh kesenangan hanya karena batagor.
"Mas, batagor satu porsi ya," ucap Zeya kepada penjual batagor. Lalu duduk ditempat yang di sediakan.
"Oh iya neng, mau makan di sini? Pedes gak?" tanya penjual batagor tersebut.
"Iyh makan di sini, jangan pedes mas, baru juga saya keluar dari rumah sakit, mau saya masuk rumah sakit lagi?" ucap Zeya dengan nada bercandanya membuat penjual itu tertawa.
Baru saja Zeya keluar dari rumah sakit, menderita penyakit maag. Tidak boleh telat makan dan memakan makanan yang terlalu pedas.
"Engga atuh neng, si eneng mah aya-aya wae," ucap penjual batagor itu sambil menyiapkan pesanan Zeya.
"Mas orang Sunda ya?" tanya Zeya.
"Iyah, Abah saya teh belasteran Perancis, perapatan Ciamis," ucapnya membuat keduanya tertawa. Setidaknya ada kebahagiaan di gadis cantik itu, sebelum apa yang akan terjadi selanjutnya Zeya pasrah, takdir apa yang akan terjadi untuknya nanti.
Penjual itu menaruh pesanan Zeya di atas meja. Mata Zeya berbinar tak sabar menyantap batagor dihadapannya itu yang tampak menggiurkan. Alih-alih menggunakan sendok, gadis itu malah menggunakan garpu. Zeya menyuapkan batagor itu kedalam mulutnya, memang tak kalah enak dengan batagor buatan Bi Arun.
"Saya juga blasteran Indonesia-Korea, Bunda saya soalnya mirip sama Lisa blackpink," canda Zeya. Namun membuat penjual itu mengerutkan keningnya. "Perasaan Lisa blackpink lahir di Thailand bukan di Korea," ucap sang penjual batagor tersebut membuat Zeya terkejut.
"Mas kok tau?"
"Ya tau atuh, kan saya teh Blink," ucapnya membuat Zeya setengah tak percaya. "Saya juga tau semua lagu-lagu blackpink." Penjual itu menunjukan list lagu blackpink di handphonenya, Zeya hampir tersedak melihatnya.
"Mas kok bisa suka blackpink? Udah tua tapi sukanya blackpink," cibir Zeya membuat penjual batagor itu terkekeh. "Saya kebawa anak perempuan saya, kamarnya gambar blackpink semua neng, jadi saya ikut-ikutan hehe," ucap penjual batagor sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Zeya mengangguk, tidak di sangka lelaki yang sudah beranak pun masih suka idol K-Pop blackpink.
KAMU SEDANG MEMBACA
She Is Zeya [Revisi]
Ficção Adolescente[completed] Diharapkan Follow sebelum baca! "Gue sendiri, gue gak punya siapa-siapa--" _Ranting yang patah karena angin adalah perwakilan atas cerita Zeya. Zeya yang selalu sendiri, tenggelam atas sebuah luka. Sosok malaikat Zeya telah kalah dan ter...