"Dia melupakan tentang aku tanpa aku memintanya, bahkan tanpa di rencanakan, kenangan itu tenggelam begitu saja. Tak memperdulikan aku yang masih berlayar di tengah ganasnya lautan."
~Alka dan kenangannya
~Happy Reading~
Ini bukan kisah Sang putri tidur dan ketujuh kurcaci yang berada di dalam sebuah dongeng. Ini adalah seorang gadis yang tengah terbaring, dengan setianya masih menutup matanya.
Di kelilingi para pria tampan yang menunggu gadis itu terbangun dari tidur panjangnya. Berharap ada keajaiban yang membuat Sang gadis sadar.
Alka menghembuskan nafas berat, memijat pelipisnya pelan, merasakan pusing yang begitu kentara. Diraihnya tangan Zeya yang seputih salju. Mungkin, karena sudah 1 minggu tak terkena cahaya matahari.
"Jangan tidur terus, lihat badan kamu kurus kayak gitu, gabisa di cubit-cubit lagi pipinya, pipi kamu tirus banget Zey." Tak ada jawaban dari gadisnya. Alka tersenyum miris.
"Gue yakin Zef, adek gue itu kuat, dia pasti bangun." Alvaro menepuk bahu Alka. Padahal, Alvaro pun sama terpuruknya dengan Alka, bahkan lebih parah, hanya saja Alvaro pandai menyembunyikannya.
Mata Alka memanas, kala melihat wajah Zeya yang pucat pasi, tangannya pun terasa sangat dingin. Air matanya sudah membasahi area matanya, tidak tahu kapan, yang jelas Alka tampak sangat terpukul.
"Aku kangen kamu yang galak, aneh, petakilan, berisik. Aku kangen semuanya, kamu masih mau nemenin aku kan? Masih mau buktiin ucapan mama?"
Jingga yang sedari tadi diam membisu, kini mendekat ke arah Zeya. Gadis yang selalu membuat Jingga gemas, adik kecil yang menyebalkan, tengah berjuang melawan koma. Membuat Jingga kehilangan sosok Zeya yang selalu menggerutu kesal karena ulahnya.
"Cepet sembuh dedek gue, apa lo gak kangen ribut sama gue, sama si Bontot juga?" Jingga terkekeh pelan, hatinya berdenyut nyeri.
"Lo mau susu kotak sekamar kan? Nanti gue beliin kalau lo bangun," lanjutnya.
Azka diam-diam ikut terpukul, bahkan pria itu menangis tanpa suara. Tidak ingin terlihat, akhirnya Azka segera menyeka wajahnya.
Menghembuskan nafasnya, Arsa tampak seperti gembel dengan rambut acak-acakan, baju lusuh, kantung matanya menghitam karena tidak bisa tidur memikirkan Zeya.
"Kenapa gak gue aja yang ada di posisi lo Zeya, gue penyebab masalah ini," gumam Arsa, merasa bersalah atas kejadian ini.
Salma, Arsa dan Zeya, hubungan ketiganya sudah seperti cinta segitiga. Zeya yang mencintai Arsa dulunya dan Salma juga yang mencintai Arsa, dia yang mampu menaklukkan hati Arsa. Namun Salma yang terlalu ambisius, membuat semuanya menjadi kacau.
"Gak ada yang salah disini, jangan nyalahin diri sendiri, gue emang ngakuin kalo lo bodoh, tanpa sadar lo nyakitin hati adik gue, sekaligus membuat posisinya dalam bahaya," ujar Alvaro membuat Arsa tertampar batu keras yang membuatnya sadar, dirinya sebodoh itu.
"Salma sedikit-sedikit menggeser Zeya dari dulu, lo aja yang gak nyadar," lanjut Alvaro.
"Dan sampai puncaknya saat adik gue di tuduh sebagai pembunuh saat itu, dia cerita, dia bahkan menderita," ujarnya, dengan menahan kesal. "Creever bajingan!" hardiknya.
Gadis itu memang selalu cerita, abangnya harus tau semuanya. Mulai dari saat Zeya di adopsi hingga kecelakaan itu terjadi. Salma adalah benalu bagi Zeya, dia parasit yang merugikan.
Bahkan teror yang sering dia dapatkan pun, selalu menjadi bahan pembicaraan mereka. Alvaro senantiasa melindungi adiknya, dia tidak bisa diam saja kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
She Is Zeya [Revisi]
Novela Juvenil[completed] Diharapkan Follow sebelum baca! "Gue sendiri, gue gak punya siapa-siapa--" _Ranting yang patah karena angin adalah perwakilan atas cerita Zeya. Zeya yang selalu sendiri, tenggelam atas sebuah luka. Sosok malaikat Zeya telah kalah dan ter...