Jangan lupa Follow Author yya!
Love You All❤️~Happy Reading~
Mentari menyambut Kamis pagi, semburat cahaya menyoroti gadis cantik yang masih menutup tubuhnya dengan selimut biru kesayangannya.
Gadis itu mulai membuka matanya, beranjak dari tempat tidurnya. Muka bantalnya tidak pernah membuat kecantikan Zeya meluntur. Gadis itu sangat cantik dengan wajah naturalnya.
"Njirrr, gue telat." Zeya mengumpat. Zeya benar benar-benar sudah telat. Bagaimana jika dirinya sampai dihukum lagi.
Zeya berlari ke kamar mandi, selang beberapa menit Zeya sudah selesai mandi dan menggunakan seragam sekolahnya, seragam putih dan rok abu selutut. Zeya hanya merapihkan rambutnya, tak sempat untuk memoleskan make up sedikitpun.
"Ah sial," ucapnya melihat jam tangannya. 20 menit lagi biasanya bell sudah berbunyi, Zeya sangat panik.
Ia bergegas turun ke bawah, menaiki lift yang menghubungkan lantai ke lantai lainnya. Setelah sampai di bawah, Zeya mencari angkutan umum yang lewat. Namun tidak menemukannya, gadis itu semakin panik.
Zeya mengambil benda pipih dari sakunya, lalu mencari nomor Arsa. Setelah ketemu Zeya menekannya, nomor Arsa berdering. Seharusnya lelaki itu mengangkatnya, tapi ekspektasinya harus terkubur dalam-dalam. Lelaki itu tidak mengangkatnya, jadi Zeya harus berbuat apa sekarang?
•••
Nafas Zeya terengah-engah, dadanya sangat sesak. Zeya berlari ke arah gerbang sekolahnya, ternyata masih terbuka. Zeya masuk ke dalam sekolah, ternyata Bu Dea telah menyambutnya dengan tatapan sinis.
"Ah, gue kira belum bell," ucap Zeya. Ternyata bell sudah berdering sejak 5 menit yang lalu.
"Kenapa terlambat?"
"Anu Bu, saya semalem--" ucapan Zeya terpotong.
"Tidak ada alasan, terlambat tetap terlambat," tegas Bu Dea membuat Zeya menghela nafas lalu memejamkan matanya.
Lelaki bertubuh atletis bermotor moge masuk ke pekarangan sekolah. Memarkirkan motornya yang tak jauh dari gerbang sekolah, dirinya juga kesiangan. Lelaki itu membuka helmnya, Zeya mengenali lelaki itu. Ternyata dia adalah Jingga, anggota Creever salah dan satu teman Arsa.
Melihat Zeya dan Jingga terlambat, Bu Dea memberi tatapan kurang mengenakan kepada mereka. Zeya sudah mengerti tatapan Bu Dea, ini akan membawanya mandi keringet.
"Pagii Bu Dea," ucap Jingga tersenyum. Berusaha menyapa guru BK itu agar tidak mendapat hukuman.
"Pagi, kenapa terlambat?"
"Saya tadi abis ke--" ucapan Jingga pun harus terpotong.
"Gak ada alasan, peraturan tetap peraturan," tegas Bu Dea lagi.
Dijawab salah, gak di jawab apalagi-batin jingga
"Zeya, kamu ikut saya untuk menulis catatan siswa," ucap Bu Dea. "Lalu kalian keliling lapangan 5 putaran."
Zeya hanya pasrah saja dengan hukuman yang di berikan Bu Dea. Tapi tetap saja Zeya tidak suka hukuman, sangat melelahkan ditambah lagi catatan siswanya. Bisa-bisa beasiswanya dicabut.
•••
"Huh cape bngst," umpat Jingga ngos-ngosan. Ia berhenti sejenak untuk mengatur nafasnya. Jingga melihat Zeya yang masih mengelilingi lapangan yang cukup besar itu. Sebenernya Zeya sangat sudah letih. Namun ia ingin segera selesai membayar hukumannya.
"Zey, Lo gak cape hah?" tanya Jingga namun tidak di dengar Zeya, gadis itu hanya berlari mengelilingi lapangan sekolah yang cukup elite dan besar. Jadi satu putaran saja sudah sangat membuat orang kewalahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
She Is Zeya [Revisi]
Teen Fiction[completed] Diharapkan Follow sebelum baca! "Gue sendiri, gue gak punya siapa-siapa--" _Ranting yang patah karena angin adalah perwakilan atas cerita Zeya. Zeya yang selalu sendiri, tenggelam atas sebuah luka. Sosok malaikat Zeya telah kalah dan ter...