Haii, aduh maaf hihi aku agak kurang sehat. Jadi kalau ada typo banyak maklumin aja lah ya.
Tandain aja yap!
Jgn lupa vomment ♥️!~Happy Reading~
Pagi hari ini Zeya kembali sekolah, tetapi gadis itu tidak menggunakan seragam. Melainkan menggunakan celana kulot jeans hitam dan jaket yang dibelinya bersama Alvaro saat itu, tak lupa menggunakan sepatu sneakers berwarna putih kesayangan Zeya.
Zeya berlari ke arah garasi, takut jika ditinggal abangnya. Gadis itu selalu memikirkan apa yang akan terjadi nanti di sekolah. Pasti akan ada murid yang membully Zeya dengan sebutan pencuri.
30 menit kemudian, mereka telah sampai di gerbang sekolah, memarkirkan motornya masing-masing di parkiran. Zeya tersenyum ke arah pa satpam yang sedang berjaga di depan gerbang.
"Bang, takut," cicit Zeya.
"Takut kenapa?" Alvaro menghembuskan nafas berat. Dia tahu kenapa adiknya seperti itu.
"Dek, ngapain takut, kan ada gue, lagian lo gak salah kan?" Alvaro menatap adiknya yang hanya mengangguk.
"Lah iya, ngapain takut," ucapnya pada diri sendiri. Alvaro terkekeh geli melihat Zeya.
"Yuk ah masuk," ajak Alvaro menarik tangan adiknya.
Keduanya berjalan gontai di koridor sekolah, entah sudah ke beberapakali murid menatap sinis ke arahnya, bahkan ada yang mengatainya.
"Masih berani lo sekolah disini," cibir salah satu adik kelasnya. Tapi sepertinya Zeya tak ingin mempunyai adik kelas semacam Salma.
"Apa masalah?" sinis Zeya.
"Sure, lo itu maling gak mau ngaku hahaha." Salma tertawa renyah membuat sudut bibir Zeya tersenyum miring.
Bugh
Brak
Zeya meninju mulut Salma, lalu mendorongnya hingga punggungnya beradu dengan tembok. Hanya lebam saja, tidak sampai berdarah.
"Jadi ini si bermuka dua, yang berlagak sok polos di depan Arsa, kalian berdua itu sama-sama bodoh," sarkas Zeya sengaja agar Salma naik pitam.
"Sialan lo, manusia kayak lo tau apa tentang gue?" Salma mendelik, menatap tajam ke arah Zeya.
"Lo itu adik kelas, tapi gak ada sopan santunnya ngomong kayak gitu. Gak sudi gue punya adik kelas macem lo gitu."
Sungguh, Zeya ingin mencabik-cabik mulut Salma. Adik kelas tak tahu diri yang egois, tidak beretika, ingin selalu menang sendiri.
"Dek udah yuk masuk ke kelas, saiton kayak dia jangan di temenin," ujar Alvaro membuat Zeya tertawa.
"Iya bener bang, nanti ketularan sifat iblisnya lagi," seru Zeya lalu menarik tangan abangnya agar menjauh dari Salma.
Salma sudah mengepalkan kedua tangannya, giginya menggertak, bahkan kakinya dia hentakan di lantai.
•••
"Zeya," pekik Visya. Melihat Zeya sedang berjalan ke arahnya.
Gadis itu mundur dua langkah, bahkan hampir terhuyung ketika Visya menubruk tubuhnya.
"Kangen," rengek nya.
"Asyu tenan, kangen si kangen, tapi gausah heboh juga kali! Kayak dikejar Sasaeng aja!" gerutu Zeya memutar bola matanya jengah, sahabatnya itu malah cengengesan.
KAMU SEDANG MEMBACA
She Is Zeya [Revisi]
Fiksi Remaja[completed] Diharapkan Follow sebelum baca! "Gue sendiri, gue gak punya siapa-siapa--" _Ranting yang patah karena angin adalah perwakilan atas cerita Zeya. Zeya yang selalu sendiri, tenggelam atas sebuah luka. Sosok malaikat Zeya telah kalah dan ter...