SIZ - 65 Cerita ini berakhir

454 34 10
                                    

Haii, aku balik lagi.
Yang masih setia pasti masih baca hehe.
Makasih yang masih mau baca

~Happy Reading~

Setelah memutuskan untuk menginap di apartemen milik Arsa. Gadis itu langsung di hantar oleh Alvaro, awalnya Alvaro tidak mengijinkan Zeya menginap sendirian. Tetapi karena dia mengerti bahwa Zeya butuh waktu sendiri. Akhirnya pria itu memperbolehkan, dengan syarat harus menelponnya jika ada apa-apa.

Hembusan angin menerpa kulit wajahnya yang putih bersih. Meski luka itu belum sepenuhnya hilang sempurna. Mulai merasa dingin karena angin malam, tangannya bergerak memeluk tubuhnya sendiri.

Manik legam nan luas itu menatap bintang-bintang malam yang telihat bersinar. Meskipun terpancar kesedihan, gadis itu tetap tenang dalam kesendiriannya. Abangnya sudah pulang tadi, jadi tinggallah dirinya sendiri.

Tak apa, dia sudah terbiasa.

Bibirnya bersenandung kecil mengikuti alunan lagu yang di putar tetangga sebelah.

"Na...na...na...." Dia tidak hapal dengan lagunya, tetapi merasa tidak asing juga di telinganya.

Semakin mengikuti lagu itu, hatinya seakan bergemuruh. Ada keganjalan yang tak bisa Zeya jelaskan.

Pikirannya menangkap sesuatu, entahlah tapi rasa sakit langsung menyerang. Hanya satu gambaran tapi membuat Zeya merasakan sakit yang luar biasa.

"Akhhh...." Zeya menjerit kuat.

Buru-buru dia masuk ke dalam kamarnya, berniat mengambil ponselnya yang berada di kasur.

Rasa sakit yang semakin menjadi-jadi, membuat Zeya mengurungkan niatnya. Dia terjatuh lemas sambil menjambak rambutnya. Zeya berusaha membuang jauh pikiran itu.

Merasakan sakitnya mereda, Zeya terduduk dengan nafas yang masih belum teratur. Berdiri dengan perlahan, lalu mendudukkan dirinya di kasur.

Setelah meneguk segelas air, dia mencoba menetralisir degup jantungnya yang mulai kembali normal. Apa dia harus menelpon abangnya?

"Gausah deh, tidur aja, maaf ya abang Zeya ingkar janji."

Zeya membaringkan tubunya, menutupinya dengan selimut.

•••

Sore hari ini Zeya berjalan santai di sekitar apartemen, sebenarnya Zeya pergi ke Alfamart yang tak jauh dari apartemen. Sekedar membeli cemilan dan apalagi jika bukan susu kotak coklat.

Sesampainya di tempat tujuan, Zeya segera masuk ke Alfamart yang dimaksud. Mengambil beberapa barang yang ingin dibeli.

Seusai berbelanja, sepertinya dia menginginkan Es krim yang terletak di dekat taman, tak jauh dari sana kok.

Akhirnya Zeya berjalan kembali ke tempat tujuan yang berbeda. Kedai Es krim yang dulu menjadi langganan saat Zeya pulang kerja.

Matanya mengerjap pelan, melihat menu-menu yang sedikit berubah. Ah banyak sekali rasa baru di menu ini, Zeya jadi bingung.

"Bang, udah tambah menu aja nih," gurau Zeya. Penjual yang memang sudah mengenali Zeya sejak lama itu pun tersenyum.

"Kan udah lama, Zeze kan udah pernah coba semua. Masa lupa?" Katanya. Zeze adalah panggilan darinya, untuk pelanggan khusus katanya dulu. Karena adanya Zeya, kedai ini terbangun.

Zeya lah yang dulu membantu Bang Olgi untuk membangun kedai ini bersama-sama.

Zeya nampak mengerutkan dahinya. "Emm oh iya, lupa hehe." Zeya terkekeh pelan, lupa jika dirinya Amnesia.

She Is Zeya [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang