Hallo semua...
Happy mother's day yaa^_^
Karena ibu, kita semua terlahir di dunia ini
Thank you mom>.<~Happy Reading~
Membiarkan kakinya menyentuh angin, duduk di pinggir rooftop tak membuatnya takut akan gedung yang tinggi itu. Kesendiriannya membuat tenang, namun juga kesendiriannya bisa membuat Zeya kesepian.
Zeya membutuhkan seseorang yang hangat, bisa menjaganya, memeluknya ketika dia sendiri. Apakah tidak ada orang lain yang peduli dengannya?
Kini dirinya berada di rooftop sekolah, ingin menenangkan hati dan pikirannya. Air matanya selalu berhasil lolos, menyirat kesediaan yang amat dalam. Zeya terluka, Zeya membutuhkan obat untuk menyembuhkan lukanya, luka hatinya.
Tuhan, apakah Zeya harus menyerah saat ini juga? Zeya terlalu sabar, Zeya sudah terlalu baik menyikapi mereka semua. Zeya membutuhkan jawaban, tapi sulit untuk menemukannya.
"Apa gue harus jauhin Arsa bodoh itu?" gumamnya.
Ah rasanya sangat sulit, tapi harga diri Zeya lebih penting. Dia kembali memejamkan matanya, sebulir air mata kembali menetes. Rasa sakitnya juga tak kunjung hilang, berusaha menepis ingatan yang berputar di otaknya.
"Selama ini, gue gak pernah tau mulut lo sekejam ini Zeya!" tegas Arsa.
"Gue juga gak nyangka Sa, lo bisa sebodoh itu menyimpulkan sesuatu, lo sejahat itu sama gue, gue gak nyangka, lo terpengaruh dengan ucapan-ucapan mereka, ternyata seorang Arsakha Keenandra sangat amat bodoh!"
Samar-samar perkataan Arsa berputar lagi di kepalanya. Gadis itu belum juga membuka matanya. Menikmati semilir angin yang menerpa wajah cantiknya.
"Berhenti di sana, gue lagi gamau di ganggu, pergi lo," tukas Zeya saat merasakan ada suara langkah kaki seseorang.
Orang itu tersenyum tipis, menghela nafasnya. Mengerti keadaan gadis itu sekarang, Zeya tidak ingin di ganggu. Tempat ini adalah waktu kesendiriannya, salah satu tempat favoritnya di sekolah, jadi Zeya tidak ingin ada orang lain selain dirinya saat ini.
Tampak seorang pria yang satu langkah lagi sampai di lantai rooftop, kembali membalikkan badannya meninggalkan rooftop. Zeya tidak tahu siapa orang itu, karena dirinya tidak menoleh. Zeya lebih memilih diam, menikmati keindahan dan angin sepoi-sepoi yang beradu dengan benda yang mempertahankan posisinya.
•••
Keenam pria itu kini saling menatap satu sama lain. Siapa lagi jika bukan Arsa dan kawan-kawan. Suana begitu canggung setelah perdebatan mereka semakin panjang. Bisma yang sedari tadi diam melihat kedua ketiga sahabatnya itu bertengkar.
Ketiga manusia bernama Arsa, Jingga dan Azka itu sedari tadi saling menatap tajam. Lebih tepatnya Jingga dan Azka yang menatap Arsa dengan intens. Jingga murka begitu juga Azka.
Mereka bergulat karena menasehati Arsa yang sudah melewati batas, memperlakukan gadis bernama Zeya dengan fisik. Keduanya tidak mengira mempunyai teman sebodoh itu.
Dimana harga dirinya sebagai cowok? Sedari dulu keluarganya tidak pernah mengajarkan Arsa untuk menyakiti hati perempuan, terutama dengan ucapan dan main tangan.
"Kalau lo gabisa jaga dia, setidaknya lo gausah sebodoh itu memperlakukan dia layaknya mainan," ujar Jingga mempertegas ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
She Is Zeya [Revisi]
Fiksi Remaja[completed] Diharapkan Follow sebelum baca! "Gue sendiri, gue gak punya siapa-siapa--" _Ranting yang patah karena angin adalah perwakilan atas cerita Zeya. Zeya yang selalu sendiri, tenggelam atas sebuah luka. Sosok malaikat Zeya telah kalah dan ter...