Zeya sebal dengan Arsa dan Alka. Kenapa mereka harus ribut di tempat umum seperti itu. Apalagi yang diperebutkan oleh mereka adalah Zeya. Tadi Arsa dan Alka tiba-tiba ribut mempermasalahkan Zeya. Entah apa yang menyebabkan mereka ribut seperti itu, Zeya tidak tahu. Yang jelas sekarang Zeya sendiri yang malu, karena kedua temannya telah membuat keributan di Cafe bosnya sendiri. Untung tidak dipecat, kalau sampai dipecat maka Zeya tidak mau berbicara dengan kedua temannya itu.
Zeya tidak mau mimpinya putus hanya gara-gara kedua teman kupretnya itu. Sudah tau di tempat umum, pakai ribut segala. Gak punya malu dasar!
Zeya mendengus kesal. Sesekali ia menatap Arsa sebal. Arsa hanya diam, ia merasa bersalah karena ulahnya tadi, jadi Zeya yang dimarahi oleh bosnya. Zeya menatap ke belakang jalan dari kaca jendela angkot. Zeya membawa Arsa pulang naik angkot bersamanya. Tapi kalian harus percaya, ini pertama kalinya Arsa naik angkot dan busway. Sedari kecil Arsa tidak terbiasa dengan kendaraan umum. Pikirnya Ia punya mobil lalu untuk apa naik angkutan umum. Tapi ia pernah naik kereta, itu pun bersama Zeya. Intinya orang yang pertama naik angkutan umum bersama Arsa adalah Zeya. Zeya senang sekaligus kesal hari ini. Senangnya ia bisa bersama Arsa sepanjang hari, dan kesalnya tadi Arsa berkelahi dengan Alka.
"Zey?"
"Hmm"
"Lo marah? Gue salah ya?" tanya Arsa.
"Kalau gue marah berarti Lo salah Sa," ucap Zeya tanpa menoleh ke arah Arsa.
"Maaf Zey, tapi gue gak suka Lo deket sama Alka," ucap Arsa merasa bersalah.
"Alasannya?" tanya Zeya.
"Gue gak suka aja, Lo deket sama Alka," ucap Arsa sekali lagi.
"Gak mungkin Sa, semua pasti ada alasannya," ucap Zeya. Benar bukan? Pasti semuanya punya alasanya. Zeya basah kuyup alasannya adalah karena hujan. Sama hal nya dengan Arsa, ia benci dengan Alka juga pasti ada alasannya.
Arsa tak menjawab, susah kalau Zeya sudah ngambek kayak gini. Zeya juga diam, nanya sama Arsa itu kayak nanya sama batu.
Selama perjalanan mereka hanya diam, di angkot cuman tinggal mereka saja dan pak supir angkot.
"Kiri pak kiri," ucap Arsa padahal mereka masih jauh dari apartemen maupun rumah Arsa. Zeya sendiri bingung dengan Arsa. Kenapa laki-laki itu berhenti disini?
"Jangan didengerin pak, lanjut aja," ucap Zeya. Pak supir pun melajukan mobilnya.
"Kiri pak," ucap Arsa tak mau kalah.
"Yang bener yang mana?" tanya pak supir.
"Udah berhenti pak," ucap Arsa. Mobil pun berhenti. Arsa langsung menarik tangan Zeya agar keluar mobil.
"Lo mau ngapain, ini masih jauh Sa," ucap Zeya. Ini sudah malam, tapi Arsa mau ngapain malam malam kayak gini.
"Udah ayok, gue tinggal nih, Lo mau tuh di culik sama supir angkot," ucap Arsa berbisik. Mereka memang tinggal berdua dan jika Arsa pergi berarti Zeya sendirian. Zeya yang merasa takutpun langsung keluar dari mobil Mengikuti langkah Arsa.
Setelah mobil angkot pergi, kini tinggal mereka berdua yang berada di pinggir jalan. Zeya yang tidak mengerti dibuat bingung oleh Arsa.
"Ngapain disini Sa, gue gak di pecat kok, gue gak mau disuruh jadi pengemis," ucap Zeya merengek layaknya anak kecil. Hal itu membuat Arsa gemas sendiri melihat Zeya seperti itu. Pengen ngarungin rasanya.
"Siapa juga yang nyuruh Lo jadi pengemis Zey," ucap Arsa.
"Terus kita ngapain di sini?"
"Udah ikut aja."
Arsa menarik pergelangan tangan Zeya, bersiap siap untuk menyebrang jalan. Zeya hanya mengikuti langkah Arsa, ia takut melihat mobil-mobil besar yang melintas disana. Ketakutan Zeya saat di jalan adalah mobil besar yg melintas di hadapannya. Ia sangat takut mobil itu menimpanya atau menabraknya. Pokoknya ia takut, selain itu Zeya tidak suka pada klakson mobil-mobil besar seperti itu. Karena bunyinya yang selalu mengagetkan Zeya, untung Zeya tidak jantungan. Terkadang jika ada mobil truk yang melintas, ia akan berlari atau menutup matanya sampai mobil truk itu hilang dari pandangannya. Jika ada mobil seperti itu, ia selalu terbayang-bayang dengan kecelakaan yang membuat banyak orang kehilangan nyawanya.
Setelah mereka ada di tepian sisi jan lainnya, Arsa tidak melepaskan tangan Zeya. Lelaki itu terus saja menuntun Zeya sampai mereka berhenti di sebuah pasar malam yang cukup ramai.
"Lo ngajak ke pasar malam?" tanya Zeya sambil menatap serius mata Arsa.
"Hmm, Lo suka kan?" Zeya mengangguk senang. Lalu melepaskan tangan Arsa, menatap sekitar dengan antusias.
"Naik bianglala yuk," ajak Zeya.
"Yang lain aja yuk, naik kereta-keretaan aja Zey," ucap Arsa. Zeya tau Arsa takut ketinggian, tapi Zeya sangat ingin sekali naik bianglala, ia sudah lama tidak ke pasar malam.
"Gue udah besar Sa, udah ayok ah." Zeya menarik tangan Arsa untuk naik bianglala yang dihiasi lampu warna warni.
"Lo yakin Zey?" tanya Arsa takut.
"Udah ayok, gausah takut, itu gak tinggi kok," ucap Zeya. Gak tinggi darimana coba? Jelas jelas bianglala itu tinggi banget menurut Arsa.
Keduanya masuk ke dalam bianglala. Dengan perasaan senang Zeya mengambil beberapa foto bersama Arsa di atas ketinggian. Entah kenapa, ketakutan Arsa kini tergantikan dengan rasa takjub saat melihat pemandangan dari atas bianglala. Zeya tersenyum lebar, dirinya bisa bersama Arsa sepenuhnya hari ini. Tidak tahu besok atau nanti, tapi Zeya akan menikmati malam ini dan tidak akan melupakannya.
"Indah banget," gumam Zeya seraya tersenyum simpul.
"Zey," panggil Arsa. Zeya bergumam.
"Maaf," lirihnya.
"Maaf, gue selalu bikin Lo sedih, maaf atas sikap gue yang selalu egois, maaf gue yg selalu ingkar janji," ucap Arsa.
Senyuman Zeya kini seketika pudar, dadanya tiba-tiba sesak, baru saja Zeya senang. Kenapa sekarang Arsa harus mengingatkan itu kembali?
"Bukan salah Lo Sa," ucap Zeya tenang, berusaha tersenyum kecil menandakan dirinya baik-baik saja.
"Makasih udah buat gue senang hari ini," lanjut Zeya.
"Tapi ini gak sebanding sama kesalahan gue Zey," ucap Arsa merasa bersalah.
"Jangan bikin gue sedih Sa, gue pengen senang, kali ini aja Sa, ya?" ucap Zeya seakan dirinya tak pernah bahagia hidup di dunia ini.
"Okeyy," ucap Arsa seraya mengelus rambut Zeya lembut.
Setelah puas bermain, Arsa menghantarkan Zeya pulang. Karena besok mereka sekolah, jangan sampai mereka terlambat untuk bangun pagi. Besok Zeya harus latihan bernyanyi untuk lomba yang semakin hari semakin dekat saja. Zeya tidak mau menghabiskan kesempatan itu untuk bermalas-malasan. Hanya karena Arsa saja, Zeya tidak boleh malas untuk belajar.
•🌸🌸•Arsa?
Zeya?
Alka?
Komentar untuk part ini❤️
~SIZ~
KAMU SEDANG MEMBACA
She Is Zeya [Revisi]
Dla nastolatków[completed] Diharapkan Follow sebelum baca! "Gue sendiri, gue gak punya siapa-siapa--" _Ranting yang patah karena angin adalah perwakilan atas cerita Zeya. Zeya yang selalu sendiri, tenggelam atas sebuah luka. Sosok malaikat Zeya telah kalah dan ter...