SIZ - 23. Mencintai sebelah pihak

445 34 6
                                    

Haii...
Ayok coment biar rame!!

~Happy Reading~

"Congrats Zey, cantik banget lo pake baju dari gue."

Zeya menatap lelaki itu dengan tatapan tidak percaya, ternyata lelaki yang berada di hadapannya itu adalah Arsa. Jantung Zeya berdegup dengan kencang. Arsa semakin mendekat ke arah Zeya. Menatap lekat mata Zeya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan .

"Cantik, lo cantik Zey." Arsa menunjukkan senyum manisnya. Membuat Zeya tidak bisa mengucapkan apapun.

"Ah jantung gue kok malah disko gini," gumam Zeya dalam hati.

"Lo kok bisa ada di sini?" tanya Zeya ragu.

"Gue pengen liat lo, tadi suaranya merdu banget, bisa-bisa gue pingsan." Arsa terkekeh setelah mengucapkan itu. Zeya memukul dada Arsa pelan. "Mana ada Keenandra!"

Arsa kira Zeya akan tetap marah kepadanya. Karena kejadian kemarin itu pasti membuat Zeya sakit hati. Tetapi Zeya begitu cepat melupakan sesuatu.

"Mau pulang sekarang? Gue anterin lo pulang," ucap Arsa.

Zeya berpikir sejenak sambil menggigit jari telunjuknya. "Eumm, gue mau mampir ke Cafe 'ke hatimu' dulu sa, gue mau makan es krim," ucap Zeya penuh semangat. "Kalau lo mau pulang duluan silahkan, gue terbiasa sendiri."

Kenapa Arsa sedikit tak terima ketika Zeya mengucapkan 'gue terbiasa sendiri'. Merasa bersalah karena tidak selalu ada untuk Zeya seperti janjinya dulu. Arsa merasakan hatinya teriris, sedikit miris mendengar ucapan Zeya.

"Yaudah ayok."

"Kemana?" Zeya mengernyitkan dahinya. Arsa akan membawanya kemana?

"Ck, Oon." Arsa berdecak. "Udah buruan ikut gue." Arsa menarik lengan Zeya.

Mereka berdua berjalan keluar gedung, meninggalkan aula yang cukup besar itu. Tibalah mereka di tepi jalan.

"Mobil lo dimana?" tanya Zeya saat tiba di trotoar jalan.

"Gak ada, mobil gue lagi di sita," ujar Arsa. Pasti lelaki itu berbuat ulah lagi, pikir Zeya.

"Lo bawa motor?" Arsa menggeleng. "Gue ke sini naik angkot," ujar Arsa membuat Zeya terkejut. Tidak biasanya lelaki itu naik angkutan umum.

"Serius?" Zeya menatap Arsa, mencari kebohongan di manik matanya. Namun hasilnya nihil, sepertinya Arsa sedang tidak berbohong.

"Menurut lo, gue keliatan bohong?" tanya Arsa. Zeya menggeleng cepat.

"Yaudah ayok, mau es krim kan?" Zeya mengangguk.

Kemudian, setibanya di Cafe tersebut mereka langsung masuk ke dalam. Nuansa klasik yang di suguhkan sangat terlihat Instagramable.

Mereka memilih meja di dekat jendela agar bisa melihat bagaimana keadaan di luar Cafe tersebut. Zeya memesan beberapa rasa es krim, tentunya rasa coklat yang wajib ia pesan.

"Lo gak mau pesan apa-apa?" tanya Zeya pada Arsa. Lelaki itu sedang tidak ingin makan.

"Engga, lo aja yang makan," jawab Arsa datar. Zeya mengangguk sebagai jawaban. Arsa itu seperti es, namun terkadang hangat.

Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya pesanan Zeya datang. Pelayan itu meletakkannya di atas meja. Mata Zeya berbinar saat melihat es krim yang dia impikan sudah tersaji di depan mata.

Zeya mulai menyuapkan sesendok es krim ke dalam mulutnya. Rasa dingin bercampur manisnya coklat meleleh di mulutnya.

"Nyam, nyam, nyam, enak," cicit Zeya. Tingkah Zeya yang seperti anak kecil, membuatnya tersenyum gemas. Ingin rasanya Arsa membuat Zeya menangis dengan cubitan dari Arsa di pipi bulatnya.

She Is Zeya [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang