Kondisi Zeya sudah baik, namun masih membutuhkan istirahat yang cukup agar kondisi tubuhnya tidak turun lagi.
Sedari tadi gadis itu merengek, entah kenapa Zeya sangat manja setelah tahu bahwa Alvaro adalah kakak kandungnya. Tentu Zeya sangat senang, bahkan gadis itu selalu menatap Alvaro sembari tersenyum manis.
Alvaro sesekali mencubit pipi Zeya karena gemas atas kelakuan gadis itu. Kedatangan Alvaro sangat berpengaruh besar bagi Zeya.
"Kak, Zeya mau pulang," rengeknya. Namun mendapat penolakan dari Alvaro.
"Gak usah minta yang aneh-aneh," tukas Alvaro.
Tentu saja Alvaro tidak ingin Zeya kenapa-napa. Bagimana kalau Zeya pulang, bukannya gadis itu sembuh malah tambah buruk. Alvaro menginginkan yang terbaik untuk adiknya. Bahkan Alvaro sudah berjanji tidak akan membiarkan Zeya untuk masuk ke rumah sakit lagi.
"huft, kakak," rengeknya lagi.
Zeya sudah tidak betah di rumah sakit ini, ingin segera pulang ke rumahnya. Tentu saja Zeya akan pulang ke mansion Alvaro itu, bukan apartemen Arsa lagi. Entah kenapa semakin kesini, hatinya menolak kehadiran Arsa dihidupnya.
"Mau gak mau Caca, lo harus nurut sama kakak," tegas Alvaro. Zeya mengpoutkan bibirnya, hal itu membuat Alvaro gemas.
Pria itu mencubit pipi chubby Zeya. " Caca bahagia ketemu Valo?" tanya Alvaro. Zeya mengangguk senang.
Alvaro mengacak rambut panjang Zeya, menunggu ekspresi Zeya yang akan berubah menjadi garang.
"Acak-acakan tau," gerutu Zeya dengan wajah masamnya. Tetapi sang pelaku hanya terkekeh kecil.
"Kak, gamau pulang dulu? Itu bajunya udah bau asem, matanya udah kayak panda hehe, mendingan abang pulang dulu, Visya sama temen-temen bentar lagi datang kok," ujar Zeya.
"Beneran gapapa?"
"Iya kakakku tercinta," ucap Zeya.
"Yaudah deh, lagian kakak gak mandi beberapa hari, udah kayak tarzan," ujar Alvaro dengan tawanya.
"Makasih ya, udah jagain Zeya," cicit Zeya.
"Udah tugas gue," balasnya.
"Yaudah gue pulang dulu Ca." Zeya mengangguk.
Sebelum pergi Alvaro memeluk Zeya terlebih dahulu, mengusap rambut Zeya lembut, lalu mengecup puncak kepalanya singkat.
Alvaro melepas pelukan mereka, lalu beranjak dari sana. "Gue datang lagi sore.
Kemudian, tidak lama setelah Alvaro pergi Visya datang bersama teman-temannya. Mereka datang sekitar 4 orang, Visya, Mika, Mia, dan Della.
"Aaaa Zeya, gue kangen," teriak Visya. Tida tahu tempat emang, dia pikir ini hutan.
"Stt, gausah teriak-teriak sukinem," ujar Mika menasehati.
"Malu-maluin aja lo!" cibir Della memutar bola matanya jengah.
"Ishh apaan sih, kan gue kangen sama Zeya," ucap Visya tak mau kalah.
Visya segera mendekati Zeya, memeluknya sebentar untuk menghilangkan kerinduannya.
"Makasih ya, udah mau kesini," ucap Zeya ramah.
"Santai aja sama kita mah," ucap Mia.
"Yoi," sahut Della.
KAMU SEDANG MEMBACA
She Is Zeya [Revisi]
Genç Kurgu[completed] Diharapkan Follow sebelum baca! "Gue sendiri, gue gak punya siapa-siapa--" _Ranting yang patah karena angin adalah perwakilan atas cerita Zeya. Zeya yang selalu sendiri, tenggelam atas sebuah luka. Sosok malaikat Zeya telah kalah dan ter...