Jiyong menghela nafasnya," Ku dengar Zico menemuimu, benarkah?"
Jungkook mengerutkan keningnya," Kau yang perintah?" Tuduh Jungkook.
"Tidak!" Balas Jiyong dengan cepat.
"Anak itu sudah kubuang dari Yakuza bulan lalu." lanjut Jiyong.
Jungkook merasa tertarik dengan pembahasan ini," Kenapa? Bukankah dia orang kepercayaan-mu dulu?" Tanya Jungkook.
"Ya, itu dulu sebelum dia berkhianat dengan kelompok ini, dia bekerja sama dengan Yardies dan membocorkab kode etik tentang Yakuza." jelas Jiyong.
Kelompok Yardies terkenal dengan keterlibatan mereka dalam kejahatan senjata dan perdagangan obat-obatan terlarang, terutama ganja dan crack kokain di Inggris.
Pada tahun 2006 kelompok Yardies terbentuk secara diam-diam, dengan tujuan menghancurkan Yakuza dengan cara liciknya. Kelompok itu kini masih beroperasi, namun sayang keinginan untuk menghancurkan Yakuza sampai saat ini belom tercapai.
Pemimpin dari Yakuza adalah Kwon Jiyong masih memantau pergerakan dari musuh bebuyutannya. Namun, lagi-lagi Yakuza masih belum bisa mengetahui siapa pemimpin di balik kelompok bernama Yardies itu.
Jungkook tersenyum miring," So? Apa tujuanmu menghubungiku?"
Jiyong menepuk jidatnya pelan,"Aku terlalu banyak basa-basi. Baiklah, dia menginginkan gadis kecilmu." ujar Jiyong mengingatkan.Jungkook menatap lurus dengan tatapan tajam, ponsel di tangannya yang ia genggam dengan erat.
"Dimana Zico?" tanya Jungkook.
Jiyong menatap layar monitornya, dimana pelacak lokasi menampilkan Zico tengah berada di Inggris. Kalian ingat persayaratan jika ingin bergabung dalam kelompok Yakuza? Mengucap sumpah setia serta di berikan tanda tatto di bagian belakang lehernya.
Mengapa di beri tanda? Karena Jiyong meracik tinta tatto itu dengan alat pelacak. Tinta tatto itu akan terserap dan mengalir bersamaan dengan darah di tubuh masing-masing pemakainya, dalam hitungan 10 menit tatto itu menjadi alat pelacak bagi para anggota Yakuza.
"Inggris bagian Timur." ujar Jiyong.
Jungkook menganggukan kepalanya." Baiklah"
Tut!
Jungkook beralih membuka kontak Leo dan panggilan pun tersambung.
"Hal..."
"Zico berada di Inggris, saat ia mendarat di Seoul tangkap dan bawah dia keruang bawah tanah secepatnya."
"Baik Tuan."
Emosi Jungkook kini sudah sampai puncaknya. Kini pria itu membiarkan amarah yang mengambil alih, Jungkook kini sudah sepenuhnya menjadi sosok psikopat berdarah dingin, sosok lama yang kini kembali menguasai tubuhnya. Namun bedanya kali ini emosi serta amarah turut memegang kendali, seolah memangsanya kali ini tak akan lepas.
Sekejam apa Jungkook menurut kalian? Sejahat apa Jungkook menurut kalian? Sesadis apa Jungkook saat membunuh targetnya menurut kalian? Hanya memotong tubuh dengan barang-barang yang berada di meja bundar bukan? Dengan alat-alat yang sudah Jungkook sediakan di ruang bawah tanah, namun bagaimana jika kali ini Jungkook memperlakukan targetbya secara brutal?
Biarlah Zico merasakan penjar kematian itu, biarkan pula Jungkook membiarkan sisi kejamnya yang selama ini terlelap kini terbangun dengan erangan yang sangat kencang.
Membunuh tanpa menyentuh, baiklah Jungkook akan menunggu masa itu. Kembalinya Zico ke Seoul akan di sambut oleh malaikat yang kini sudab siap mencabut nyawa seseorang.
....
Malam ini di dalam bangunan tua dengan nuansa hitam, kini Kwon Jiyong tengah berkutat dengan keyboard dan sesuatu di dalam komputer itu. Mata tajamnya terus memantau pergerakan dari Yardies, salah satu musuh bebuyutannya yang sampai saat ini belum diketahui pemimpinnya.
Tok! Tok! Tok
Ceklekk..
Jiyong membuka salah satu pintu yang terbuat dari kayu itu, seseorang menyambutnya dari dalam. Tak ada yang berani membuka pintu coklat itu selain Jiyong. Pintu terlarang yang hanya boleh di masuki Jiyong sang pemimpin dan Kim Jungwan.
"Selamat malan Tuan, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Jungwan, orang kepercayaan Yakuza setelah Jiyong mendepak Zico dari kelompoknya.
"Jungkook sedang dalam masalah, Zico mengincar kekasihnya. Menurutku tidak mungkin Zico bertindak tanpa seizin dari pemimpinnya."
Jungwan menghela nafasnya, akhir-akhir ini ia masih bekerja keras untuk mencari tahu siapa pemimpin dari Yardies, namun ia sama sekali tak menemukan setitik tanda-tanda kecurigaan.
"Saya yakin Yardies akan menutup rapat-rapat identitas tuan mereka."
Jiyong menganggukan kepalanya, membenarkan pernyataan Jungwan.
"Ya, sekelompok pecundang itu bermain sangat rapih."
Jungwan menatap layar monitornya, dimana suatu yang sedang berputar loading telah selesai.
"Kau sedang mengerjakan apa?" tanya Jiyong ikut menatap layar monitor itu.
"T...tidak apa-apa, Tuan." Jungwan mengendalikan monitornya menggunakan layar sentuh, ia mengatur sesuatu di monitor itu lalu mengembalikan semuanya seperti awal.
Jiyong mengerutkan keningnya," Lalu itu?" Jiyong menunjuk layar monitor Jungwan.
"Hanya penyelidikan dari Los Zetas mencari anggotanya yang di tahan." jelas Jungwan.
Jiyong menganggukan kepalanya," Cari tahu siapa pemimpin dari Yardies, jika ada perkembangan temui aku."
Jungwan menunduk sebagai penghormatan saat Jiyong keluar dari ruangannya.
Setelah peninggalan Jiyong, Jungwan kembali menatap layar monitornya, jemarinya dengan cepat mengetikan sesuatu hingga data diri seseorang terlihat di layar monitor. Wajah orang itu tak begitu terlihat, karena mungkin para anggota Yardies menyamarkannta. Namun data diri di dalam sana tidak bisa di bohongi. Sebelumnya, ia tak pernah mengenal pria itu, tapi ia yakin jika dalang di balik semua permasalahan ini adalaha....
Drrrtttt... Drrrttt
Ponsel milik Jungwan berdering, membuat Jungwab mengangkatnya.
"JUNGWAN!!" Bentak seseorang do sebrang sana.
Jungwan tersentak saat mengetahui siapa yang menelponnya, sungguh ini tidak bisa di prediksi bahwa semuanya terasa kian nyata.
"Mengapa kau meretas data pemimpinan?!" bentak seseorang.
Tut.
Jungwan mematikan panggilan itu secara sepihak, lalu mencopot kartu teleponnya dan membuangnya ke tempat sampah.