''Pergi. Dan jangan pernah kembali."
Selesai, sudah cukup kisah pedihnya sampai disini. Dan pada akhirnya mereka benar-benar saling meninggalkan, tidak ada yang mempertahankan, karena mereka sudah dihancurkan oleh keadaan. Semesta sedang tidak bersahabat, sehingga dua orang yang saling menyayangi harus berpisah dengan luka dalam.
Kenapa bisa mencintai sebahagia itu, masih bersamanya, belum berpisah. Dan semuanya masih baik-baik saja.
Jiyeon mengusap air matanya yang mengalir di pipinya. " Baiklah, aku tidak akan memaksa seseorang untuk tetap bersamaku. Maaf jika kehadiranku membuatmu terluka."
Jiyeon membalikan tubuhnya, ia mencoba tersenyum dengan sisa air mata yang membasahi pipinya. Munafik jika Jiyeon bilang ia baik-baik saja, karena jauh di hatinya paling dalam, sesuatu sudah menghancurkan sebegitu kerasnya membuat tangis Jiyeon tak lagi terdengar.
Jiyeon meletakan rantang yang ia bawa di meja. " Ternyata itu makanan terakhir yang aku buatin untuk kamu." Lirih Jiyeon tersenyum kecut. Biarlah, dunia mungkin sedang tertawa, atau mungkin ini balasan karena Jiyeon sudah lebih menyakiti hati Jungkook saat itu.
Jiyeon menatap Jungkook lagi. Tidak, Jiyeon tidak bisa pergi jika Jungkook masih berada di sekitarnya. itu akan menumbuhkan luka dalam yang seharusnya Jiyeon kubur mulai saat ini.
"Aku minta maaf untuk waktu itu, dan mulai sekarang aku berjanji untuk tidak menemuimu lagi." Jiyeon beranjak meninggalkan ruangan Jungkook yang kini tersisa kesunyian.
Sedangkan Jungkook hanya bisa memandang punggung mungil Jiyeon yang berjalan menjauh. Pasti gadis itu terluka, tapi mau bagaimana lagi. Jika dua hati yang saling mencintai justru saling melukai?
Jiyeon berjalan dengan senyum yang dipaksakan, tapi matanya terus mengeluarkan buliran air mata. Lagi dan lagi Jiyeon mengusap air mata yang jatuh tanpa aba-aba. Jadi, cuman sampai di sini saja kisah cintanya dengan Jungkook? Tidak ada kisah bahagia didalamnya? hanya ada kisah pilu yang perlu Jiyeon buang jauh-jauh.
Aku tidak akan pernah kembali pada hati yang sudah menyuruhku pergi.
Mobil yang dinaiki Jiyeon mulai berjalan menjauh dari kantor Jungkook. Jiyeon memutuskan untuk mmenghapus semuanya dan mengawali hidup baru tanpa Jungkook di sisinya.
Menit pun berjalan dengan singkat, mobil terparkir sempurna, dengan cepat Jiyeon berjalan menghampiri sang ibu yang sedang duduk di sofa dengan segelas teh diatas meja.
"Eomma.." lirih Jiyeon yang langsung berhambur di pelukan sang ibu.
"Hey, kenapa dengan putri Eomma?" Tanya Taehee mengelus puncak kepala Jiyeon dengan lembut.
"Hiks... Eomma, aku salah apa. Aku seharusnya tidak bersikap gegabah wkatu itu, aku seharusnya lebih bisa mengendalikan diri... Dia pergi, Eomma. Orang yang selama ini berjuang mati-matian buat aku tapi dengan bodohnya aku menghancurkan hatinya. Pasti dia terluka, tapi aku juga terluka. Apa ini hukuman untukku?" Jiyeon menangis dipelukan sang ibu, hatinya berdarah dan nafasnya sesak.
"Sayang, apa maksud..."
"Eomma, kita pindah ke London besok, aku ingin ikut kalian!" ujar Jiyeon menatap ibunya dengan mata sembab.
"Sayang, coba katakan ada masalah apa?"
"Aku tidak apa-apa Eomma, aku hanya ingin tinggal bersama kalian. Kita sudah terpisah waktu itu."
....
"Sayang, apakah kamu yakin? Bukankah kamu benci London?" Tanya Taehee sambil mengusap puncak kepala Jiyeon yang tengah tertidur dipangkuannya. Saat ini mereka berada di dalam mobil menuju ke bandara.