Chapter 31

889 113 11
                                    

Rescue


Jungkook berjalan memasuki gerbang utama Yardies yang dibikin menyeruai tembok besar yang terbuat dari batu bata, terlihat dua orang tengah berjaga. Dengan angkuh Jungkook berjalan mendekat, padahal dari sebrang sana, dua orang penjaga nampak menodongkan pisau kedepan, namun itu tidak akan membuat Jungkook takut.

Jungkook meraih pistol dari saku jas yang ia kenakan.

Dor!

Dor!

Pisau di kedua penjaga itu terlepas saat Jungkook melumpuhkan tangan mereka menggunakan pistol, Jungkook berjalan mendekat dengan wajah datarnya.

"Akkhhh!" mereka meringis kesakitan saat Jungkook menancapkan kedua pisau tepat di atas kepala penjaga Yardies, sedangkan Jungkook tersenyum miringnya.

Jungkook menarik pisau yang masih menancap di atas kepala mereka, Jungkook membungkuk menyetarakan wajahnya agar bisa melihat musuhnya yang sudah lumph tak berdaya.

"Tersenyumlah." Ujar Jungkook dengan menyeringai seram.

Dua penjaga itu enggan tersenyum, mereka bahkan ingin mengumpat, namun sayang balutan peluru yang sudah bersatu dengan darah didalam kulit tangan mereka sudah menyebar, membuat saraf mati tak bisa digunakan.

Jungkook mendengus sebal, ia tidak suka apa yang ia bunuh akan mati dengan ringisan atau tangisan, ia ingin mereka berdua mati dengan tersenyum.

Jungkook beralih pada satu penjaga yang menatapnya dengan tajam, ia langsung menghampiri penjaga itu dan menusukan dua pisau ke dalam mulut salah satu penjaga.

"Bawah dia ke tengah laut, jadikan umpan ikan hiu." Jungkook memperintahkan salah satu anak Yakuza yang berada di dekatnya.

Dengan langkah pasti, Jungkook berjalan menuju pintu dengan nuansa dark blue.

Brak!!

Jungkook menendang pintu itu dengan menggunakan kakinya, dan langsung terbuka.

Jungkook berjalan masuk hingga ia melihat sosok gadis yang tengah terisak di sudut ruangan. Itu Jiyeon

Sedangkan Jiyeon yang melihat kedatangan Jungkook, menggelengkan kepalanya untuk memberikan isyarat, Jungkook yang mengerti langsung menghindar saat sebuah balok kayu hampir mengenai punggungnya.

Dor!

Jungkook menembak anak buah Yardies hingga tersungkur lemas.

"Kau duduk di sana dulu, anak kecil tidak boleh ikutan main!!" ujar Jungkook dengan senyuman lebar hingga matanya menyipit.

Saat hendak berjalan mendekat, Jungkook menghentikan langkahnya, menengok ke arah Jiyeon lalu berucap.

"Tutup matamu!" perintah Jungkook.

Jungkook kembali melanjutkan aksinya, yang pertama ia lakukan adalah aksi membedah perut, merobek dari pusar sampai leher, membuat garis lurus dengan sangat rapih, dan terakhir Jungkook meraih usus dengan kedua tangannya.

Sedangkan Jiyeon memberontak dari arah Bangku, Jungkook menaikan kedua alisnya binggung.

"Tidak bisa, bukan seperti itu cara bermainnya. Masuk tanpa izin keluar tanpa kepala!" ucap Jungkook pada Jiyeon.

Jiyeon memperhatikan Jungkook yang kini mulai mengiris menjadi bagian demi bagian setiap usus dua belas jari sang priaa yang kini sudah terkapar tak bernyawa, perutnya sudah Jungkook acak-acakan sedemikian rupa. Jantung, usus, ginjal, sudah tercampur aduk tak beraturan.

"Kau telah melanggar janji!!" Ujar Jiyeon dengan nafas memburu, menatap Jungkook kecewa dengan sesekali melirik seseorang yang sudah terkapar dengan organ tubuh yang sudah tak jelas bentuknya.

"Dia sudah bikin kau celaka dan kau pikir aku akan diam saja?!" ucap Jungkook tak kalah kencang. Ia hanya tidak ingin kekasihnya terluka.

"TAPI BUKAN MEMBUNUH!!" Jiyeon berteriak membuat suasana sunyi sesaat,sedangkan Jungkook menatap Jiyeon lekat.

"Lalu kau menyuruh aku untuk memaafkan mereka, begitu?" Tanya Jungkook sambil mengangkat dagunya, meminta Jiyeon agar menjelaskan dengan terperinci apa yang kekasihnya inginkan.

"Iya! Apa yang ada dipikiran kau hanya membunuh, membunuh dan membunuh saja? Hah!!"

"Bagaimana bisa, Jiyeon?!" Jungkook mendekatkan tubuhnya pada Jiyeon.

"Karena menurut kami, kalah berarti mati!!'' bisik Jungkook tepat ditelinga Jiyeon membuat gadis itu seketika bergidik merinding.

"Mau sampai kapan kau akan terus-menerus membunuh orang, hm!" tanya Jiyeon dengan tangan bersedekap, menatap Jungkook dengan senyum miring.

"Nanti juga lama-lama aku yang akan kau bunuh!!" lanjut Jiyeon jengah.

Jungkook menatap Jiyeon tak percaya, bagaimana bisa gadis itu mempunyai pikiran sejauh itu? Ia bahkan sangat menjaga gadis itu mati-matian agar tidak terluka! Lalu untuk apa dia sendiri yang akan melukai gadisnya?

"Seyakin itu ucapanmu, hm?" tanya Jungkook.

"Iya! Karena seorang pembunuh tidak akan pernah berubah sampai kapan pun!!" teriak Jiyeon yang benar-benar diluar kendali, otaknya terus berputar  dimana bayangan Jungkook mencabik-cabik mangsanya.

"Kau tau? Kalau aku tau dari awal kau seorang pembunuh, lebih baik kita tidak akan pernah bertemu malam itu!!"

Deg..

"JUNGKOOK! JIYEON!"

Pintu terbuka lebar menampilkan Jiyong dan Namjoon yang kini tengah berdiri di ambang pintu, menatap kedua remaja yang kini berdiri berhadapan satu sama lain, sedangkan Jungkook yang mendengar suara itu sama sekali tidak terusik akan kedatangan Jiyong dan Namjoon. Ia masih menatap Jiyeon dengan tatapan kecewa.

"Jadi selama ini kau menyesal?" tanya Jungkook akhirnya.

Jiyeon terdiam, berpikir sejenak. Apa ia salah meluapkan sesuatu yang selama ini bersarang di hatinya?

"Mulai sekarang aku akan melepaskanmu." Ujar Jungkook final.

Jantung Jiyeon berdegup kencang, ia ingin menangis mendengar atas keputusan yang keluar dari bibir Jungkook.

"Antarkan Jiyeon bertemu dengan kedua orang tuanya " ucap Jungkook pada Jiyong dan Namjoon, ia beranjak keluar dari rumah putih itu dengan perasaan kecewa.








obsessisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang