"Urusi saja urusanmu!" ujar Jungkook dengan tatapan meremehkan.
Zico merubah ekspresi wajahnya menjadi tegang, rahangnya mengeras serta gumpalan tangannya kini nampak memerah. Rupanya ucapan tidak dapat mengindahkan keinginan Jungkook untuk berhenti melakukan pembunuhan.
"Brengsek!!" teriak Zico dengan gigi yang mulai bergelatuk pertanda ia marah besar.
Jungkook bersedekap dada dengan angkuhnya." Well, seorang pecundang kini terlihat marah saat bujukannya tak berhasil merobohkan tembok besar."Tangan Zico bergerak meraba kantong celana di bagian belakang, yang terdapat pistol dengan bantuan peredam.
Dengan gerakan perlahan tapi pasti, Zico berhasil menodongkan pistol tepat di arah kepala Jungkook. Namun, bukan Jungkook jika ia dari awal tidak menyadari pergerakan itu, Jungkook pun menyimpan senjata api berupa pistol Revolver yang tak kalah canggih. Pistol terbaik di dunia yang berhasil ia dapatkan setelah melawan beberapa pesaing yang turut ingin mendapatkannya.
Zico terkaku saat melihat pistol dengan Merk Revolver tepat di depan matanya, jika Zico menekan Tringger mungkin isi kepala Jungkook akan hancur saat ini juga. Tetapi jika Jungkook menekan Tringger pada pistolny kemungkinan besar kematian tercepat dan tersakit adalah dirinya. Untuk itu Zico menarik kembali pistolnya dan menaruh kembali di saku belakang celananya.
Jungkook tersenyum, ia kembali menaruh pistolnya kedalam jubah hitam miliknya saat Zico menandakan menyerah.
"Jangan pernah macam-macam dengan Yakuza jika kau tidak ingin gadismu kenapa-napa." peringat Zico.
Jungkook mengambil ponselnya, ia menghubungi salah satu orang yang mungkin akan membantu dirinya menyelesaikan masalah ini. Bukan Jungkook tak mampu, hanya saja ia tidak ingin menggoreskan telapak tangannya untuk seorang sampah seperti Zico.
"Hallo Tuan?" ujar Leo dari sebrang telepon.
"Ada tugas untukmu," Jungkook melangkahkan kakinya keluar dari bangunan tua.
"Tugas apa , Tuan?"
"Bawah Zico ke ruang bawah tanah." perintah Jungkook dengan rahang mengeras.