Jungkook membuk matanya,indra pendengaranya mendengar sesuatu yang tidak asing. Jiyeon memegangi perutnya,itu suara perut Jiyeon karena lapar!
"Hehehe," Jiyeon terkekeh sambil memegangi perutnya, Sedangkan Jungkook menggelengkan kepalanya dengan senyuman merka dibibirnya.
Jungkook mengambil ponselnya,menelpon seseorang dan tersambunglah dengan sosok Leo,tangan kanannya.
"Selamat pagi, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?"
"Pesankan Pizza dua loyang,bawah keruangan saya, 10 menit."
Tut.
Jungkook memutuskan sambunga teleponnya secara sepihak,matanya kembali menatap iris mata Jiyeon yang tidak berkedip menatapnya.
Huft
Jiyeon mengerjapkan matanya,berkali-kali saat matanya ditiup oleh sang kekasih.
"Jangan melamun."ujar Jungkook.
Jiyeon menggeleng," Aku tidak melamu.,hanya saja membayangkan bagaimana bisa memesan pizza dalam waktu 10 menit? Mengantri belum, proses pembuatannya belum terus jug...."
"Ssstttt.... Itu mudah untukku,jangan berlebihan oke?"
Jungkook kembali kekursi kebanggaanya,matanya menelusuri setiap inci wajah Jiyeon dari jarak tidak sedekat tadi. Senyum tipis terpatri diwajah Jungkook, ada hal yang harus ia perhatikan selanjutnya,yaitu bagaimana caranya ia mengontrol emosi, saat seseorang mengusik miliknya,bagaimana caranya ia harus terhindar dari sosok tikus-tikus yang mungkin akan datang setiap harinya.
Tidak, ia tidak benar-benar berhenti menjadi seorang psychopath,ia kan menyerahkan tugasnya sementra pada Leo,hanya sementara jika gadisnya sudah berhasip ia taklukan, ia akan mengajari pula ada gadisnya,bagaimana cara membunuh seseorang dengan tepat, Namun memiliki kadar kesakitan diatas rata-rata.
*****
Pria tampa dengan mata tajamnya,tengah menatap pantulan dirinya dicermin,senyum tipis terukir dibibirnya mengingat mulai saat imi ia harus mengontrol emosinya disaat sisi psychopathnya menggeram.
Dengan kaki panjangnya, pria itu melangkah menuju kamar kekasihnya,yang selama ini berada di bawah tanggung jawabnya.
Tok.... Tok... Tok
Clek.
Jungkook menatap intens penampilan Jiyeon mulai,dari baju putih berlengan pendek, rok levis sebatas paha dan rambut yang ia biarkan tergerai,sempurna tanpa polesan make up yang berlebihan.
"Sudah siap?"tanya Jungkooo menatap kekasih kecilnya tengah mengangguk.
Jungkook mengulurkan tangannya untuk menggandeng tangan mugil Jiyeon, kakinya melangkah meninggalkan mansion kebanggaanya.
Jungkook membukakan pintu samping untuk Jiyeon," Silakan masuk tuan putri."
Jungkook memutari mobilnya dan menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang cuaca kali ini tengah tidak menentu. Hujan yang tiba-tiba deras dan kadang tak heran jika tiba-tiba panas.
Jiyeon menatap Jungkook yang sedang asyik menyetir, tujuan kali ini adalah kediaman ibunya.
"Eomma sama Appa berangkat jam berapa?" tanya Jungkook yang masih fokus menyetir.
Jiyeon menatap ponselnya yang baru Jungkook berikan untuknya," Masih 1 jam lagi."
Jungkook menganggukan kepalanya.
Hari ini ibu Jiyeon dan ayahnya akan berangkat ke London,untuk perjalanan bisnis dengan kurung waktu seminggu.
Mobil Lamborghini Aventador,memasuki sebuah mansion mewah bergaya eropa,beberapa satpam yang menjaga turut menunduk kala Jungkook dan Jiyeon datang.
Jungkook dan Jiyeon turun dari mobil, pria itu langsung melingkarkan tangannta dipinggang Jiyeon,membuat siapapun yang melihatnya akan iri,menatap pasangam itu seperti tengah kasmaran.
Pintu utama terbuka lebar dengan beberapa maid berjajar rapi,menyambut kedatangan dua pasangan itu.
"Eomma!" pekik Jiyeon yang langsung berhambur kedalam pelukan sang ibu, Jiyeon memejamkan matanya seolah menyalurkan rasa rindu yang selama ini sempat tertahan.
"Appa," Jungkook menyalami ayah Jiyeon dengan sopan.
"Appa!" Jiyeon beralih menuju pria paruh baya yang terlihat masih sangat tampan.
"Eomma," Jungkook beralih mencium kedua pipi Taehee,dan Taeheee mengelus puncak kepala sang kekasih dari anaknya.
"Hanya seminggukan,janji?" Jiyeon menatap kedua orang tuanya secara bergantian seolah mencari jawaban yang akan terlontar.
Rain dan Taehee menggangukan kepalanya bersamaan," Iya sayang."Taehee mengelus puncak kepala putrinya dengan sayang.
Rain menatap jam tangannya,"Eomma sama Appa harus berangkat sekarang."
Jiyeon dan Jungkook menggangukan kepalanya. pasangan kekasih itu tidak ikut mengantarkan kedua orang tua Jiyeon ke bandara,karena Taehee dan Rain tidak mengizinkan. Jadi, Jungkook dan Jiyeon hanya bisa melepas kepergian orang tuanya sampai depan pintu.
"Jaga putriku,jangan sampai kau melukai hatinya." peringat Rain menepuk bahu Jungkook.
Jungkook menganggukan kepalanya,,," Pasti!" balas Jungkook dengan sungguh-sungguh.
Taehee menatap Jungkook," Je, tidak suka dengan ruangan gelap dan sempit, dia suka menangis dimalam hari, jika itu terjadi peluk dan hapus air matanya,bisa?"
Jungkook menggangukan kepalanya,bibirnya menyunggingkan senyum yang membuat Taehee menyakinkan akan senyuman tulus dibibir itu.
"Hati-hati Eomma, appa,''
Jiyeon meneteskan air matanya,ia bahkan baru bertemu dengan kedua orang tuanya,beberapa hari yang lalu, dan sekarang ibu dan ayahnya harus pergi ke london untuk perjalanan bisnis.
"Jangan menangis, ada Jungkook yang akan menjagamu." Taehee mencoba menahan dirinya saat melihat mata sendu putrinya.
Rain tak kuasa menatap putrinya,ada urusan yang perlu ia selsaikan saat ini," Appa percayakan putri kecil appa padamu."
Setelah mengucapkan itu pada Jungkook, Rain dan Taehee meraih kopernya,mereka membalikan tubuhnya dan berjalan menuju mobil yang akan mengantar mereka ke bandara.