"Antar Jiyeon bertemu dengan kedua orang tuanya." ucap Jungkook pada Jiyong dan Namjoon, ia beranjak keluar dari rumah putih itu dengan perasaan kecewa.
Gila! Bagaimana tidak kecewa? Bayangkan saja bagaimana rasanya berjuang mati-matian, sudah jauh kalian berusaha mempertahankan. Dan pada akhirnya orang yang kalian perjuangkan sendiri yang mengaku menyesal bertemu denganmu.
Jungkook melangkahi setiap mayat yang sudah terkapar dilantai satu, sepertinya Namjoon dan Jiyong yang membunuh mereka semua. Dan kini Jungkook mulai berjalan memasuki salah satu helikopter yang sudah siap siaga di depan markas Yardies.
"Suruh mereka keluar, satu menit dari sekarang markas itu akan di hancurkan." Helikopter Jungkook lepas landas meninggalkan markas itu dengan pandangan kosong.
Sudah, semuanya sudah selesai. Mau ia berjuang mengejar pun kalau orang yang di perjuangkan terus berlari sampai kapanpun tidak akan pernah dapat.
Satu minggu berlalu.
"Meeting hari ini selesai, saya tunggu laporannya di meja saya selesai makan siang." Ujar Jungkook berlalu begitu saja, saat Jungkook keluar dari ruangan barulah semuanya bisa bernafas lega.
Jungkook kembali keruangannya dengan wajah datar, melewati setiap para karyawan yang sudah memasang senyum serta sapaan hangat. Namun, Jungkook mengabaikan mereka semua.
...
Di sisi lain Jiyeon tengah mondar mandir dengan perasaan berkecamuk, tangannya sudah menenteng sebuah rantang yang berisi makanan untuk Jungkook.
"Jiyeon, kenapa bolak-balik seperti itu? Tidak jadi ke kantor Jungkook?" Tanya Taehee, sosok wanita paruh baya yang sangat cantik tengah menuruni tangga.
'Apa Jungkook akan memaafkanku?' tanya Jiyeon dalam hatinya, dengan jantung yang berdegup kencang.
"Sebentar lagi jam makan siang, kamu mau berangkat jam berapa, hm?" Taehee duduk di sofa, memperhatikan putrinya yang masih terus mondar-mandir.
"Eomma, aku berangkat ya." pamit Jiyeon, ia berjalan dengan semangat penuh. Ia sangat yakin Jungkook tidak benar-benar melepaskannya. ia juga akan meminta maaf atas ucapannya.
"Ke kantor Jungkook ya, Ahjussi." Ujar Jiyeon pada supir pribadinya.
Di sepanjang jalan Jiyeon sengaja tidak ingin menghubungi Jungkook, lagipula ia akan meminta maaf secara langsung. Mungkin benar kata Jiyong dan Namjoon, jika di sini posisinya Jiyeon yang tidak tau diri, dan pasti Jungkook sangat sakit hati atas ucapannya satu minggu yang lalu, Jiyong dan Namjoon sudah menceritakan semuanya, bagaimana perjuangan Jungkook mencari dan mendapatkannya kembali.
Flashback on!
Helikopter landing dengan sempurna. Jiyeon, Jiyong dan Namjoon juga ikut turun untuk menghampiri Jiyeon.
"Hey, bocah! Kau sudah menyakiti Jungkook kecil kami!" Todong Namjoon dengan tangan yang bersedekap di dada, matanya menyorot tajam. Ia paling tidak suka melihat ekspresi Jungkook seperti tadi, padahal masih banyak gadis yang mau Namjoon kenalkan pada Jungkook.
"Seharusnya kau berterima kasih pada Jungkook, dulu sewaktu kau hilang tak berjejak, kami dan Jungkook mencarimu sampai ke ujung dunia. Jungkook hampir gila pada saat itu, ia berjanji pada dirinya sendiri akan menghancurkan siapapun yang menyakitimu. Aku fikir perasaan Jungkook pada saat remeja dulu akan hilang seperti kisah monyet kebanyakan, rupanya ia tidak benar-benar menyerah, pada saat itu Jungkook yakin bahwa kau akan bertemu."
Jiyeon menarik nafasnya dan menghembuskan secara perlahan, dadanya sesak mendengar bagaimana perjuangan Jungkook untuknya selama ini.
"Jungkook sudah kami anggap seperti anak sendiri, laki-laki tanggu yang tak mudah pantang menyerah. Ia melakukan segala cara untuk mendapatkanmu kembali, bertahun-tahun perasaan Jungkook tak pernah berubah. Di hatinya hanya tertulis satu nama, Park Jiyeon. Sudah banyak wanita psikopat yang kami kenalkan untuknya, namun Jungkook tetap pada pendiriannya untuk mencintaimu." Ujar Jiyong membuat Jiyeon diam membisu, bibirnya kelu untuk mengeluarkan sepatah dua kata.
"Biarkan saja, Jiyong. Nanti dia sendiri yang akan merasakan rasanya di campakan oleh seseorang yang dulunya pernah di perhatikan." Timpal Namjoon yang begitu menyakitkan sekali, seperti ada belati yang menembus hingga ke hati Jiyeon.
Flasback off!
"Sudah sampai, Nona."
Jiyeon mengangguk, ia turun dari mobil dan mulai berjalan memasuki perusahaan yang menjulang tinggi.
"Jungkook'nya ada?" Tanya Jiyeon pada seorang resepsionis.
Sang resepsionis pun mengangguk dengan senyum hangat. " Ada Nona, ingin diantar?"
Jiyeon mengeleng cepat," Tidak perlu, saya bisa sendiri." Resepsionis itu pun mengangguk mempersilakan.
Jiyeon menaiki lift, ia tersenyum semangat menatap rantang yang berada di genggamannya. Tak lama kemudian dentingan lift terbuka membuat seorang sekertaris mengalihkan pandangannya.
"Selamat pagi, Nona."
"Pagi, Jungkook ada didalam?" Tanya Jiyeon sambil tersenyum.
"Ada, silakan masuk."
Jiyeon mengangguk lalu mengucapkan terima kasih, lalu ia membuka pintu kaca ruangan Jungkook, tiba-tiba perasaan Jiyeon jadi gelisah.
"Hai, aku membawakan kamu makan." Ujar Jiyeon memperlihatan rantang berwarna putih di tangannya.
Jungkook tak berkutik, ia masih diam dengan pandangan tajam. Menatap laptop di depannya dengan wajah datar.
"Emm, Jungkook aku..."
"Untuk apa kau kemari?!"
Deg..
"A..aku.."
"Pintu keluar ada disana." Jungkook menatap Jiyeon tajam, tangannya terulur menunjuk sebuah pintu untuk Jiyeon keluar.
"Jungkook, aku minta maaf. iya aku tau aku salah, tapi kamu tidak bisa seperti ini." Jiyeon meneteskan air matanya, sudah cukup pertahanannya untuk berupaya tegar di hadapan Jungkook.
Jungkook memejamkan matanya tak kuasa melihat air mata itu, pilihannya untuk melepaskan bisa berubah jika Jiyeon menangis karena.
![](https://img.wattpad.com/cover/219444664-288-k882395.jpg)