"Bakar dia." perintah Jungkook pada anak buahnya.
"B...baik tuan." dua anak buah Jungkook langsung menggotong masing-masing setengah tubuh Zain,,mereka merasakan mual saat melihat darah terus mengalir membasahi lantai.
Drrttt... Drrttt
Panggilan masuk dari seorang gadis yang sangat Jungkook cintai, Jiyeon.
"Hallo Jungkook, kau sedang apa?" tanya Jiyeon.
" lagi bekerja." balas Jungkook
' bekerja membunuh ' guman Jungkook dalam hatinya.
"Bisakah kau datang kerumahku? Aku bosan sendirian " ujar Jiyeon.
Jungkook berani sumpah jika kekasihnya tengah mengerucutkan bibirnya membuatnya gemas.
"Baiklah aku akan datang"
"Yeahh! Bye Jungkook."
Jungkook tersenyum saat mengetahui kekasihnya merindukannya.
"Teruslah seperti ini dan jangan pernah tinggalkan aku,"guman Jungkook dalam hatinya.
Jungkook mempersiapkan dirinya,, kini ia hanya memakai pakaian santainya yang tak luput dari style seorang Jeon Jungkook.
Jungkook memasuki mobilnya yang akan membawanya membela jalanan kota seoul yang ramai.Sampailah Jungkook dimansion calon istrinya.
Beberapa penjaga membungkuk hotmat saat mobil Jungkook memasuki perkarangan mansion Jiyeon, Jiyeon yang berada didalam kamarnya pun memekik senang saat mendengar suara mobil masuk.
"Jungkook!!"Jiyeon memeluk Jungkook sangat erat bahkan pelukannya tak kunjung lepas.
"Waeyo?"tanya Jungkook mengerutkan sebelah alisnya.
"Tidak apa-apa aku hanya merindukanmu."balas Jiyeon malu-malu,,kini pipinya bersemu merah membuat Jungkook mencubit pipinya.
"Bahkan kemarin kita sudah bertemu dan kau merindukanku?"tanya Jungkook yang berhasil membuat Jiyeon membeku.
"Hahaha. Tidak perlu memasang ekspresi seperti itu,,itu terlihat sangat menggemaskan."lanjut Jungkook.
Jiyeon mendengus kesal.
"Bahkan saat aku marah kau masih mengatakan menggemaskan!" Jiyeon melangkah menuju ruang tamu dan mendaratkan bokongnya disofa.Jungkook mengikuti Jiyeon dari belakang," Memang aku berkata seperti itu ya?"tanya Jungkook menggaruk dagunya seperti tengah berpikir.
"Entahlah aku tidak mendengar aku pakai kaca mata " Jiyeon membuang wajahnya memasang ekspresi ngambek.
Jungkook tertawa.
"Hahaha sudah-sudah, mau ngapain kita hari ini?" tanya Jungkook sambil mengacak-acak rambut Jiyeon gemas.
"Bagaimana kalau kit menonton sebuah film." saran Jungkook.
Jiyeon mengangguk.
"Aku ingin film kartun!" pekik Jiyeon.
Jungkook menggelengkan kepalanya pelan," Tidak bisa kau harus menonton ini." Jungkook memutar film bertema pembunuhan.
Jiyeon mengerutkan keningnya.
"film apa?"
"Nanti kau akan tahu." Jungkook tersenyum dengan cekatan memutar film itu, ia akan mengajari Jiyeon bagaimana cara membunuh mengsanya agar terlihat sangat menyakitkan.
Di tengah-tengah film Jiyeon baru menyadari film apa yang Jungkook putar.
"Jungkook-ahh!!" Jiyeon menutup wajahnya tak sanggup melihat film yang kini tengah membunuh seorang wanita tak berdaya.
Jungkook mematikan film itu.
"Hehehe,,mianhe."ujar Jungkook mengelus puncak kepala Jiyeon.
"Kau masih suka membunuh ya?"tuduh Jiyeon.
Jungkooo membeku seketika,,lalu detik kemudian ia menetralisir ekspresinya," Aniyo."
Jiyeon menganggukan kepalanya.
"Baiklah ,ayo kita makan aku laper." kini Jiyeon melangkah meninggalkan Jungkook.
Jungkook mengubah ekspresinya menjadi datar.
'Tak semudah itu aku melepaskan sifat yang sudah benar-benar melakat pada tubuhku." Guman Jungkook dalam hatinya.