bad people aren't just murderers. A double-faced person is also very evil, because he is able to destroy even a strong country
SELAMAT MEMBACA!
"Penjaga!!" teriak Jiyong di dalam ruangannya. Ia tengah berkutat dengan hologram di tengah ruangan.
"Siap Tuan, ada yang bisa saya bantu??" tanya penjaga membungkuk hormat, melihat Jiyong yang tengah menggeram marah.
"Panggil Jungwan sekarang!!" titah Jiyong terdengar seperti bentakan. Penjaga itu tercekat melihat Jiyong marah besar, ia pun membungkuk hormat sebelum mengundurkan diri dari ruangan Jiyong.
Jiyong menatap hologram di hadapannya dengan tangan terkepal, rahangnya mengeras serta sisi kejamnya keluar.
Tak lama kemudian, pintu terbuka menampakan Jungwan tengah terengah-engah seperti habis berlari.
Jungwan membungkuk," Ada apa Tuan memanggil saya?" Jungwan terkejut saat Jiyong membalikan tubuhnya dengan wajah yang terbilang tidak bersahabat.
Jiyong berjalan mendekat dengan tatapan murka, selama ini Jiyong tidak pernah marah dengan anggotanya, karena mereka selalu menjalankan tugas dengan baik dan benar. Namun jika kali ini Jiyong memasang wajah marah terhadap Jungwan, tanyakan sendiri apa yang sudah pria itu perbuat hingga Jiyong bisa marah seperti itu.
Bugh!!
Jiyong meninju rahang Jungwan membuat sang empu tergeletak di lantai, pukulannya biasa namun berefek besar pada rahangnya.
Jiyong menginjak lengan Jungwan, menekannya dengan kuat hingga pria itu meringis kesakitan.
"Saya, Kwon Jiyong tidak mentolerir seorang pengkhianat di dalam kelompok." Ujar Jiyong sontak membuat Jungwan melotot tak percaya.
"Kenapa? Kaget?" Jiyong tersenyum remeh menatap anak ingusan di bawahnya yang tengah memasang raut wajah takut."B...bagaimana bisa?" tanya Jungwan tak percaya, membuat Jiyong tertawa berbahak-bahak.
Jiyong menginjak lengan Jungwan lebih kuat, membuat suara retakan tulang terdengar di dalam ruangan kedap suara.
"Kau pikir kau sedang bermain-main dengan siapa, huh?"
Jungwan meringis saat merasakan tulang tangannya retak, terbelah menjadi dua, hingga Jiyong mungkin akan membuat keadaannya lebih parah hari ini.
"Jadi bagaimana Tuan Jungwan, apa rencanamu selanjutnya?" Jiyong mengeluarkan smirknya saat Jungwan tidak menjawab apapun. Kakinya ia tekan lebih kuat membuat lengan Jungwan akan patah.
"Aku tidak sejahat apa yang kau pikirkan!" ujar Jungwan bergema di sepenjuru ruangan, membuat Jiyong ingin sekali memasukan pria itu kedalam kandang hiu agar dagingnya di makan tak tersisa.
"Pengkhianat memang pintar merangkai kata, dan kau salah satunya!!" Jiyong memandang layar monitor yang terpasang di dinding.
"Kau lihat, Zico tertangkap di ruang bawah tanah!!" Jiyong berjongkok menyatarakan wajahnya dengan Jungwan yang terbaring lemah.
"Hyung-mu." bisik Jiyong menyeringai.
Bugh!!
Jiyong menendang perut Jungwan membuat wajah pria itu merah menahan sakit. Jungwan memperhatikan monitor Jiyong, di mana ia menemukan sesuatu yang ganjal.
"Layar itu dimanipulasi!!" teriak Jungwan hendak bangkit, namun Jiyong lebih dulu menendang perutnya membuat sang empu kembali meringis.
"Yang kalian tangkap bukan Hyung-ku, melainkan orang lain." ujar Jungwan membuat Jiyong kembali menatap layar monitornya. Ia menyerngit, kakinya berjalan mendekat menuju minitor dimana ia menemukan sesuatu yang mengganjal, ternyata monitor itu menunjukan video lama yang di putar ulang! Rekaman asli terlihat dimana Zico tengah berjalan menuju hutan kematian!
"Sialan!" umpat Jiyong menatap layar monitor tak percaya, Jungkook mengatakan Zico sudah berada di ruang bawah tanah. Lalu ini?
"Jungkook telah di bodohi oleh tangan kanannya." ujar Jungwan,ia terbatuk dengan dada yang sesak seperti di tekan secara paksa.
"Maksudmu?" Jiyong menatap Jungwan tak percaya, ia tahu apa yang di maksud pria itu.
Jungwan mengangguk membenarkan apa yang Jiyong pikirkan." I...iya, Leo pengkhianat. Bukan hanya itu, uhuuk!"
"HANYA APA?!!" teriak Jiyong tak sabar.
Jungwan memegang dadanya, jantungnya kambuh." D....dia." Jungwan nampak sesak saat ia berucap. Perlahan mulutnya memutahkan darah.
"D...dia pemimpin Yardies yang sebenarnya." hingga Jungwan benar-benar menutup mata dengan perlahan. Jantungnya tak berdetak dan nafasnya perlahan menipis, setidaknya ia tidak benar-benar menjadi seorang pengkhianat.
"Penjaga!!" Jiyong berteriak hingga dua penjaga yang tengah berdiri di depan pintu masuk dengan terburu-buru.
"Suntikan nyawa untuk anak itu, biarkan ia beristirahat."
Dua penjaga itu mengangguk sebelum menggotong tubuh Jungwan dari ruangan Jiyong.