Jungkooo menatap seorang sekertaris dan 2 security yang kini menundukan wajahnya,,kaki mereka bergetar serta mereka terus mengucapkan doa-doa agar nyawanya tidak bernasib sama dengan orang-orang yang berakhir ditangan seorang Jeon Jungkook.
Jungkook berlalu meninggalkan seorang sekertaris dan 2 security itu,,mereka nampak terkejut,,mereka mengira akan dibunuh secara sadis oleh bos-nya..mereka bernafas lega ,degupan jantungnya seolah kembali normal..
Namun siapa sangka kini Jungkook miliki cara tersendiri untuk memusnahkan musuhnya,,biarkan mereka bernafas hingga nanti malam adalah puncaknya kekesalan Jungkook yang akan ia pendam saat ini.
Jungkook menghampiri Jiyeon yang kini tengah duduk disofa, Jungkook mendudukan dirinya disebelah Jiyeon.
"Ka...kau tidak ngapain-ngapain mereka bukan?" tanya Jiyeon khawatir.
Jungkook mengerutkan keningnya dengan senyum dibibirnya.
"Memangnya aku ngapain mereka?" tanya Jungkook sambil mengusap puncak kepala Jiyeon dengan lembut.
"A...aku takut kau akan membunuh lagi, ingat! Aku tidak suka kau membunuh orang."
Jungkook terdiam, tubuhnya membeku seketika matanya tak beralih dari iris mata milik Jiyeon,,jantungnya berdegup kencang.
"Jika misalnya aku membunuh orang bagaimana?" tanya Jungkook mencoba menetralisir raut wajahnya.
Jiyeon bersedekap dada," Aku bakalan pergi dari hidupmu."
Jungkook menegang, apa itu artinya dirinya tak akan bisa memiliki Jiyeon sepenuhnya? Bagaimana caranya menghilangkan rasa ingin membunuh saat Jungkook mengetahui gadisnya terluka? Bagaimana caranya mencegah rasa ingin menghabisi seorang hingga terkulai lemas? Apa Ia benar-benar harus menghilangkan sifatnya ini dan memilih Jiyeon? Atau ia menjalankan perannya secara diam-diam.
Jungkook menatap lengan Jiyeon yang sedari tadi menjadi pusat perhatiannya,"Tanganmu kenapa?"
Jiyeon menatap lengannya,,seolah tersadar menutupi lengannya menggunakan tangan satunya lagi.
"Ti...tidak apa-apa."
Jungkook menaikan sebelah alianya,,tangannya terulur untuk menarik tangan Jiyeon, Ia membelalakan matanya saat Jiyeon meringis.
"Akhhh."
"Ini kenapa?" Jungkook menunjuk tangan Jiyeon,,sebenarnya ia tahu jika ini pasti perbuatan security sialan itu, tapi ia akan membiarkan Jiyeon yang menjelaskannya.
"I....ini."Jiyeon tengah berpikir untuk mencari alasan yang jelas mengingat yang bertanya dihadapannya adalah bukan orang yang sembarangan.
"Security itu "Jungkook menaikan sebelah alisnya.
Jiyeon menganggukkan kepalanya
"I...iya."Balas Jiyeon sambil menundukan wajahnya,,matanya tidak berani menatap kekasihnya.
Jungkook mengangkat dagu Jiyeon agar menatapnya," Tatap aku."
Dengan ragu Jiyeon pun menatap wajah Jungkook
"Apa ini sakit?" tanya Jungkook pada Jiyeon, Jiyeon menggelengkan kepalanya dengan cepat.Jungkook tersenyum miring,,bahkan saat dirinya menarik tangan Jiyeon tadi ringisan kekasihnya terdengar ditelinganya,"Jinjja?"
"Awwhhhh."
Jiyeon memekik ngilu saat tangannya ditekan oleh Jungkook tidak kencang namun Jungkook menekan tepat pada bagian luka yang membuat Jiyeon hampir menangis dibuatnya.
"Oh shit!" guman Jungkook dalam hati.
Seorang pria berpakaian formal melangkah dengan ketukan sepatunya yang menggema diruang bawah tanah,,ruangan tempat ia akan bersenang-senang..namun kali ini ia melakukannya sedikit takut,,takut ada hati yang harus dijaga atas segala konsekuensinya yang ia lakukan saat ini .
Pintu ruang bawah tanah terbuka,,mata tajamnya langsung menatap 3 orang yang kini tengah terikat
Jungkook berjalan menuju salah satu security yang duduk dibangku paling ujung. Sean membuka kain penutup kepala berwarna hitam yang selalu mangsanya gunakan ketika ia dibawah menuju ruang bawah tanah. Tujuannya agar mereka bisa merasakan takut.
"Sa....sajangnim?"security itu sangat kaget saat melihat bos-nya yang berada dihadapannya sekarang,,tangannya gemetar dengan kaki yang terus bergetar pula.