Chapter 26

1K 112 10
                                    

SELAMAT MEMBACA

Masih di malam hari, tepatnya di tengah malam. Jungkook menatap sosok Leo yang baru memasuki ruang kerjanya.

"Permisi Tuan," Leo menundukan bokongnya di kursi.

Jungkook meremas kertas berada di genggamannya, melemparkannya secara asal, lalu menggeram mengerikan.

Jungkook meremas kertas berada di genggamannya, melemparkannya secara asal, lalu menggeram mengerikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bagaimana soal pemimpin Yardies?" tanya Jungkook kesal. Amarahnya memuncak kali ini.

Leo menghembuskan nafasnya panjang," Belum ada tanda apapun, Tuan."

"Mengapa kau tidak becus?! Apapun yang kau kerjakan tak pernah beres!!" bentak Jungkook. Untung saja ruang kerja pria itu jauh dari kamar Jiyeon, membuat wanita itu tidak akan terganggu tidurnya.

Sedangkan Leo, hanya menundukan kepalanya," Saya sudah berusaha semampu saya, Tuan."

Prangg!

Jungkook membanting vas bunga yang berada di atas mejanya.

"DASAR TIDAK BERGUN! Keluar!!"

Tak ingin melihat tuannya bertambah marah, Leo memilih untuk keluar dengan cepat menyelamatkan nyawanya.

Jungkook mengusap wajahnya gusar, ada hal yang ia takuti selama ini, kedua orang tua Jiyeon sudah berhasil Jungkook sembunyikan, kini Jungkook harus berfokus pada kekasihnya, Jiyeon gadis kecilnya agar tetap aman.

"Bahaya jika Jiyeon mengetahui keinginanku untuk membunuh Zico dan juga anak buahnya." guman Jungkook dalam hati.

Lalu Jungkook beranjak dari ruang kerjanya, berjalan menghampiri kamar Jiyeon, ia melihat kekasihnya tengah tertidur nyenyak dengan baju tidur kebesaran yang menelan tubuh kecilnya. Jungkook menatap wajah Jiyeon dari dekat, ada ketakutan yang ia rasakan sampai sekarang, mengingat ia tak ingin apa yang ada di pikirannya terjadi.

Bagaimana pun caranya, apapun alasannya, kekasihnya harus berada di sisinya. Ia akan melakukan segala cara untuk melindungi kekasihnya, tam menutup kemungkinan, Jungkook cemas saat ini. Wajah tenang Jiyeon saat tertidur membuatnya tersenyum.

"Selamat tidur, Little princess."

Cup.

Jungkooo keluar dari kamar Jiyeon setelah mengecup kening kekasihnya, ia berlalu ke kamarnya, merebahkan tubuhnya. Jungkook akui pemimpin Yardies benar-benar licik, begitu pun dengan anggota Yardies, mereka bisa menyembunyikan data diri pemimpinannya dengan sangat amat tertutup.

Baru saja Jungkook ingin memejamkan matanya, seseorang menelponnya membuat pria itu menggeram kesal.

"Ada apa?"

"Calm down bro," ujar Jiyong terkekeh.

"Kau menggangu tidurku, brengsek! Ada apa?"

"Rupanya Cookie kecilku sudah tumbuh dewasa."

Jungkook memutar kedua bola matanya malas," To the point, ada apa?" tanya Jungkook jengah.

"Zico akan kembali ke Seoul besok siang."

Jungkook mengeratkan pegangan tangannya pada ponsel, baiklah ia sudah siap atas konsekuensi saat Jiyeon marah nanti, sebisa mungkim wanita itu tidak boleh tau niatnya.

"Baiklah, terima kasih."

Baru saja Jungkook hendak mematikan sambungannya, Jiyong lebih dulu berteriak.

"JANGAN DI MATIKAN!"

Jungkook menjauhkan ponselnya dari telinganya, sialan! Pemimpin dari Yakuza sepertinya habis memakan speaker.

"Bisakah kau tidak berteriak?!" ujar Jungkook jengah. Malas rasanya ingin menanggapi Jiyong, namun ini ada sangkut pautnya dengan dirinya, membuat Jungkook harus mengalah.

"Aku dan anak buahku akan menghampirimu besok."

Jungkooo mengerutkan keningnya,x untuk?"

Jiyong memutar bola matanya malas," Aku akan ikut membunuh si sialan itu."

"Tidak perlu,biarkan aku yang mengurusnya."

Tut.

Jungkook membuang ponselnya ke sembarang arah, ia memejamkan matanya , lalu mulai terlelap dalam mimpi.


🔥 🔥 🔥

Pukul 8 pagi, Jungkook sudah siap dengan baju hitam, celana levis dan sepatu hitamnya. Terlihat sangat tampan.

"Dimana Jiyeon?" tanya Jungkook saat sampai di ujung tangga. Menatap salah satu maid yang tengah menunduk hormat.

"Nona sedang di taman belakang, Tuan."

Jungkook mengangguk, kakinya melangkah menyusuri bangunan rumahnya, ia melihat Jiyeon tengah menatap harimau peliharaannya yang ia letakan di sudut taman.

Jungkook berjalan mendekat, memeluk tubuh ramping Jiyeon dari belakang, meletakan kepalanya di bahu Jiyeon.

"Namanya Pitrus, baru genap 10 tahun."

Jiyeon tersentak, saat tau di belakangnya Jungkook.

"Kau memelihar Harimau? Kok aku tidak tau?" tanya Jiyeon, masih menatap Harimau bernama Pitrus di depannya yang sedang meraung-raung lapar.

"Dia itu jinak, tapi kalau dengan orang yang dia benci, dia bisa mencabik-cabik tubuh manusia dengan mudah"ujar Jungkook, membuat Jiyeon bergidik ngeri.

"Mau aku membukakan kandangnya?" Jungkook memajukan langkahnya hendak membuka gembok yang menghubungkan ruang kandang itu.

Sedangkan Jiyeon yang melihat itu, hanya bisa melotot tak percaya," Yak! Jangan, tidak perlu terima kasih." Jantung Jiyeon berdegup kencang. Apa Jungkook sedang bermain-main dengan nyawa?

Jungkook terkekeh." Hahaha, kau takut?"

Sial pakai tanya lagi. Gerutu Jiyeon dalam hati.

obsessisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang