Jiyeon menatap punggung Jungkook saat pria itu meninggalkan meja makan,,pasti ada yang tidak beres.
"Ekhem....mom,,dad. Aku susul Jungkook dulu ya?" ujar Jiyeon seraya bangkit dari tempat duduknya dan berlari menyusul Jungkook.
"Selamat siang tuan, seseorang bernama Kim Zain mencob mengakses data-data keuangan diperusahan,,di duga ia ingin mencuri kode brangkas perusahan tuan "
Rahang Jungkook menggeras. Sial! Masih ada tikus-tikus yang perlu dibasmi.
"Biarkan dia menjadi urusanku,,seret dia keruang bawah tanah." balas Jungkook mutlak.
"Arraso tuan."
Jungkook memutuskan panggilannya secera sepihak,,pria itu mengeratkan gumpalan tangan ,,matanya tersulut tajam.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jungkook melemparkan tatapan lembutnya pada Jiyeon.
"Ada apa? Kenapa kau menyusul aku? Kasian mom, dad, sarapan tidak ada kau."kata Jungkook sambil mengacak-acak rambut Jiyeon.
Jiyeon menatap Jungkook dengan serius," Berhenti menjadi seorang pembunuh,,bisa?" pinta Jiyeon bersungguh-sungguh dengan mata menatap sendu sosok pria yang kini telah banyak melakukan perannya untuk hidupnya.
Jungkook membeku ditempat, namun detik kemudian ia merubah ekspresinya menjadi tersenyum.
"Kenapa memangnya?"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aku tidak menyukai darah,,aku tidak suka sama kekerasan,,untuk apa otak diciptakan jika ototlah yang dipertaruhkan."
Jiyeon pernah merasakan rasanya disiksa hingga tak bisa berjalan dan tak bisa tidur nyenyak. Ia pun merasakan bagaimana rasanya ditendang dan diperlakukan tidak adil oleh seseorang. Untuk itulah Jiyeon tidak ingin korban Jungkook merasakan rasanya disiksa. Mungkin bisa memaafkab lebih baik ketimbang nyawa yabg dipermainkan.
"Tapi aku tidak bi...."
"Jebal demi aku." Jiyeon menyatukan kedua tangannya dengan wajah menunduk.
Jungkook menghela nafasnya pasrah.
"Apapun itu akan aku lakukan untukmu."balas Jungkook.
Jungkook mencium kening Jiyeon,,gadis itu senang bukan main dan tersenyum lalu memeluk Jungkook sangat erat.
"Kamsahamida." ujar Jiyeon dari balik punggung Jungkook.
Semoga kita bisa ditakdirkan untuk terus bersama,,meskipun aku berbohong padamu. Guman Jungkook dalam hati.
-----------------
Seorang gadis tengah menatap luar jendela dengan senyuman mengembang dibibirnya,,semuanya kembali normal,,tidak ada kekerasan dalam hidupnya,,tidak ada pembunuhan dan tidak kekerasan. Jiyeon hidup dengan ketentraman bersama keluarganya yang selama ini hilang.
"Jungkook,,kamsahamida untuk semuanya,,aku percaya kau tidak akan pernah mengecewakanku,,kamsahamida,, saranghae."ujar Jiyeon menatap bulan yang menerangi terangnya malam.
Disisi lain,, Jungkook tengah berada dibalkon kamarnya. Wajahnya nampak gusar dengan satu kancing kemeja yang ia gunakan dibiarkan terbuka sambil menatap langit malam.
"Kumohon jangan membenciku saat kau mengetahui semuanya."guman Jungkook.
"Arghhhhh!!" Jungkook mengacak-acak rambutnya frustasi,,penampilannya sekarang kini benar-benar lusuh.
Drrrrtttt..... Drrrtttttt
Jungkook menatap ponselnya yang kini tertera nama Jinwan,,tangan kanannya.
"Ya ada apa?" ujar Jungkook penuh penekanan.
"Kim Zain sudah kami bawah diruang bawah tanah,,tuan."
"Arraso,,aku akan segera kesana."
Klik.
Panggilan terputus oleh jungkook,, Jungkook kembali menatap langit.
"Kumohon, jangan pernah meninggalkanku."
Jungkook berlalu meninggalkan kamarnya yang kini melangkah menuju ruang bawah tanah.
Emosi Jungkook naik pitam saat melihat Zain yang kini tangannya teringat,,rahangnya mengeras menandakan bahwa kali ini mangsanya tidak akan mati secara cepat.
Jungkook mengambil tongkat bass ball yang yang ujungnya terdapat berbagai macam paku yang menempel.
BUGH!
"ARGHHHH!!" jerit Zain saat wajahnya seperti terkoyak.
Jungkook menghajar wajah Zain menggunakan bass ballnya yang terlapisi paku, paku itu menusuk tepat dibeberapa bagian wajah Zain.
Jungkook menekan tongkat itu hingga darah diwajah Zain mencuat keluar menetes melapisi ujung tongkat bass ballnya.
"LEPASKAN BRENGSEK!" teriak Zain wajah tampannya sungguh tidak terbentuk sekarang.
"Tck! Tidak semudah itu."Jungkook tersenyum miring,,kinu ia beralih ke-mejanya menatap alat-alat yang siap untuk dimainkan.
Jungkook mengambil jarum jahit serta benang yang bertengger di mejanya,,lalu menatap Zain remeh.
"Mau ngapain brengsek!" wajah Zain kini terus mengeluarkan darah,matanya sudah terkoyak namun masih belum sepenuhnya terlepas.
"Menjahit,mulutmu terlalu berisik "
Jungkook melayangkan jarumnya pada bibir Zain dan mulai menjahit dengan terampil meski dibilang jahitannya tidak sepenuhnya sempurna.
Jungkook berdiri menepuk kedua tangannya.
"Huft! Ternyata aku berbakat menjahit selain membunuh," Jungkook merasa puas saat melihat hasil karyanya. Sedangkan Zain kini meneteskan air matanya yang terasa sakit disekujur wajahnya.
Jungkook berjalan menuju mejanya mengambil alat selanjutnya,,yaitu gerhaji mesin. Lalu menyalahkan alat itu dan melangkah menuju Zain yang kini tengah menggelengkan kepalanya.
TRAK!!
Zain menjerit saat merasa kakinya terpotong,,sial bukan hanya kakinya melainkan gergaji itu menuju....pada tubuhnya.
Zain terus menggelengkan kepalanya pertanda sakit menjalar diseluruh tubuhnya,,sedangkan Jungkook tanggannya tanpa terampil membunuh mangsanya yang akan ia belah menjadi dua.
Hingga tidak ada lagi suara, Zain sudah sepenuhnya mati membuat Jungkook tersenyum puas.
"Bakar dia." perintah Jungkook pada anak buahnya.
"B...baik tuan." kedua anak buah Jungkook langsung membawa masing masing setengah tubuh Zain,,mereka merasakan mual saat melihat darah terus mengalir membasahi lantai.