"Pintu keluar ada disana." Jungkook menatap Jiyeon tajam, tangannya terulur menunjuk sebuah pintu untuk Jiyeon keluar.
"Jungkook, aku minta maaf. Iya aku tahu aku salah, tapi kamu tidak bisa seperti ini." Jiyeon meneteskan air matanya, sudah cukup pertahannya untuk berupaya tegar di hadapan Jungkook, ia lemah.
Jungkook memejamkan matanya tak kuasa melihat air mata itu, pilihannya untuk melepas bisa berubah jika Jiyeon menangis karenanya..
"Bisakah kita kembali seperti dulu lagi? Aku muak melupakanmu! Aku benci untuk berpura-pura tidak peduli! Dan aku terluka ketika harus berpura-pura untuk tidak mencintaimu lagi. Aku butuh kamu!" Jiyeon menangis histeris, ia hancur. Entah kenapa saat ia memikirkan Jungkook sudah tidak lagi disisinya, membuat Jiyeon seperti kehilangan sesuatu yang berharga dalam dirinya sendiri.
Sedangkan Jungkook tak kuasa, ia memilih untuk menyampingkan kepalanya. Isakan tangis yang bersenandung diruangannya, membuatnya ingin mendekap tubuh mungil itu, dan mengatakan bahwa ia tidak akan meninggalkannya.
Tak ada pergerakan dari Jungkook, Jiyeon sesengukan. Ia mulai menjatuhkan tubuhnya dihadapan Jungkook dan berlutut.
"Maafkan aku... hiks... Kupikir tidak sesakit ini saat jauh. Setelah kehilanganmu, aku barulah mengakui telah kehilangan semua. AKU YANG MELUKAIMU TAPI HATI AKU YANG PALING SENGSARA!" Jiyeon menangis kencang, ia hanya ingin Jungkook kembali bersamanya, seminggu ini Jiyeon larut dengan segala macam pemikirannya.
'Jangan menangis bodoh, melihatmu memendam pedih maka aku yang akan sedih.' guman Jungkook dalam hati menjerit.
Jiyeon berdiri dari posisi berlututnya, ia mengusap sisa air mata yang membasahi pipi dengan nafas sesegukan.
"Jungkook.."
"Kita sudah tidak ada hubungan apa-apa, aku pikir kamu bisa meninggalkan ruangan ini sebelum aku memanggilkan satpam untuk menyeretmu keluar." Ujar Jungkook. Katakanlah ia jahat, tapi ia sungguh dibuat mati rasa saat melihat tetesan air mata yang jatuh dipipi Jiyeon karena menangisi dirinya.
Bertahun-tahun Jungkook berusaha agar Jiyeon selalu bahagia, bertahun-tahun Jungkook berupaya agar Jiyeon tidak menitikan air mata berharganya itu. Tapi hari ini, Jungkook sendiri yang membuat Jiyeon menangis tak berdaya.
"Jungkook aku minta maaf, kamu boleh menghukum aku, tapi jangan tinggalkan aku." isakan tangis Jiyeon mulai terdengar lagi, ia sudah tidak tahan lagi mendengar kata perpisahan dari bibir Jungkook. Kata itu seperti pisau yang menusuk tepat di jantungnya.
Jungkook menghembuskan nafas panjangnya ," Pergilah, jika bertahan denganku selama ini justru menghancurkan dirimu sendiri." Jungkook berusaha menyakinkan dirinya sendiri bahwa keadaan akan tetap baik-baik saja meskipun bersamaan dengan tangisan Jiyeon.
Jiyeon menggeleng lemah," Apakah sudah tidak ada lagi harapan? Apa hanya ada pilihan meninggalkan? Aku tidak apa-apa jika harus bertahan.. aku mohon kasih kesempatan lagi " tubuh Jiyeon lemas, tak kuasa menompang dirinya sendiri disaat semesta menghancurkan hatinya tak tanggung-tanggung.
"Pergilah, waktumu sudah habis. Pintu keluar disebelah sana."
"Kalau kamu memang ingin mengakhiri ini semua, kamu tatap mata aku Jungkook! Suruh aku pergi dan katakan jangan kembali. Jangan buat aku buta karena cinta sampai tidak bisa membedakan mana yang benar-benar tulus mencintai dan mana yang hanya bermain-main dengan hati!!" nafas Jiyeon memburu, ia menggengam erat rantang yang tadinya disiapkan untuk Jungkook.
Jungkook mulai berdiri, jantung Jiyeon berdetak kencang. Jungkook melangkahkan kakinya menghampiro Jiyeon yang hanya diam membeku.
Jiyeon menegang. 'Kumohon jangan katakan, jangan menyuruhku untuk pergi. Aku masih bisa bertahan sampai kamu benar-benar bosan.
"Kamu mau aku berkata seperti apa yang kamu mau bukan?"
Jiyeon menggeleng cepat. Ia tidak ingin Jungkook benar-benar mengatakannya. Jika benar, maka Jiyeon yang harus pergi menjauh.
"Pergilah."
Deg!
'Kumohon jangan katakan lagi, telingaku bermasalah, aku ingin mendengar kata manis yang keluar dari mulutmu." Guman Jiyeon dalam hati.
Jiyeon memejamkan matanya, setetes air mata turun membasahi pipinya. Ia tidak ingin menatap Jungkook lagi, Jiyeon tak bisa, dunianya hancur.
"Buka matamu, akan aku katakan sekali lagi." Jungkook masih berdiri dengan kedua tangan di dalam saku.
"Waktumu sudah habis. Buka matamu." Ujar Jungkook lagi.
Perlahan Jiyeon membuka matanya. Kini matanya dengan air mata menatap Jungkook dengan perasaan sesak. Ia mengigit bibir bawahnya agar tidak mengeluarkan isak tangis.
"Pergi. Dan jangan pernah kembali lagi.