Chapter 22

1.7K 142 14
                                    

Rain tak kuasa menatap putrinya itu, ada urusan yang perlu dia selsaikan saat ini." Aku percayakan putri kecil Appa padamu."

Setelah mengucapkan kata itu pada Jungkook, Rain dan Taehee meraih kopernya, mereka membalikan tubuhnya dan berjalan menuju mobil yang akan mengantar mereka ke bandara.

Jiyeon menumpahkan air matanya, ia sudah berkali-kali menelpon ibunya dan ayahnya agar mengajaknya pergi bersama. Namun ibunya dan ayahnya tidak mengizinkan karena ada yang seseorang yang terluka lagi dalam situasi itu.

Jungkook mendekap tubuh mungil Jiyeon kedalam pelukannya, ia mengelus puncak kepala Jiyeon dengan lembut mencoba menenangkan kekasihnya yang tengah menangis sesegukan.


__________________________________________________________




Di sisi lain, di tengah gelapnya malam, di tengah ribuan pohon yang berjajar rapi di sepanjang perjalanan, di bawah bulan bersinar terang, sepasang suami istri tengah berada di dalam mobil Aston Martin One-77 yang melintas dengan kecepatan sedang di jalan nan sepi itu.

"Sayang, bagaimana kalau dia kecewa?" ujar seorang wanita cantik yang tengah bergulat dengan segala pemikiran negatifnya.

"Semua akan baik-baik saja." balas sang suami yang tak lain adalah Rain.

Namun, tetap saja ada rasa pemikiran negatif yang selalu menggelayut di relung hatinya, ada rasa takut bahwa apa yang ia lakukan ini tidal akan baik-baik saja, ia takut putrinya kecewa, ia takut semua berjalan yang tidak pada semestinya.

"Percayakan padanya." Rain mengelus puncak kepala Taehee dengan sayang.

Sejujurnya , ia pun tak kalah khawatir, tak kalah gelisah dan ia sangat takut putri kecilnya kecewa atas keputusannya. Namun, jika memang ini yang terbaik ia akan mengikuti setiap alurnya. Semoga memang ini pilihan yang terbaik.



Di malam hari yang gelap gulita, Bintang berhamburan menghiasi keindahan langit malam ini, bulan pun ikut serta di dalamnya.

Sosok gadis cantik tengah mengamati bintang di langit, ia berdiri di pinggir balkon dengan hembusan angin malam yang menerpa tubuhnya, rambutnya yang tergerai berterbangan mengikuti arah hembusan angin.

Jiyeon tersenyum kecut." Padahal belum ada sehari Appa, Eomma pergi, tapi rasanya sudah seperti di tinggal satu tahun saja." ujar Jiyeon lirih.

Jungkook berdiri tepat di ambang pintu, mendengar keluhan Jiyeon dari belakang. Kakinya melangkah mendekat hingga ia berdiri tepat di belakang Jiyeon yang sepertinya tidak mengetahui keberadaanya.

Jungkook mendekap tubuh Jiyeon dari belakang, wajahnya ia taruh di pundak Jiyeon. Jiyeon tersentak namun saat ia tahu siapa pelaku di belakangnya ia kembali merilekskan dirinya.

"Belum tidur?" tanya Jungkook sambil menghirup aroma Vanila dalam tubuh Jiyeon, aroma yang sangat memabukan.

"Aku tidak bisa tidur."

"Kangen Eomma, Appa?" tanya Jungkook yang sudah tahu pasti penyebab kenapa kekasihnya tidak bisa tidur.

Jiyeon menganggukan kepalanya, memang dasarnya Jiyeon yang rindu kehadiran orang tuanya di dalam hidupnya, beberapa tahun ia di pisahkan hingga di saat sudah bertemu ia kembali di pisahkan dengan alasan perjalanan bisnis.

Jungkook memejamkan matanya, ia membalikan tubuh Jiyeon agar Jiyeon menghadapnya," Tidurlah, udara malam tida baik untukmu."

Jiyeon menatap sendu Jungkook, ada rasa rindu karena orang tuanya lebih memilih perjalanan bisnis daripada dirinya dan ada rasa rindu yang sedari tadi menjalar di relung hatinya.

obsessisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang