Dua pasang kaki nampak berjalan menuju halaman sebuah mansion yang amat megah, dengan dua bibir yang saling mengukir senyum manis. Berjalan dengan keadaan yang cukup berantakan, dan juga basah kuyup. Memegang erat knop pintu dan segera di bukanya.
Berjalan masuk dengan langkah kaki yang amat perlahan, melihat setiap sisi mansion tidak ada orang. "Bagaimana bisa kalian tidak menemukan Lisa di sekolahnya?, ya tuhan bagaimana ini! Cobalah cari di setiap sisi kota seoul!" Suara itu, suara yang sangat Lisa dan Rosé kenali. Siapa lagi jika bukan Min Hyo-rin, wanita paruh baya yang kerap mereka sapa Eomma.
Min hyo-rin, nampak sedang berbicara dengan serius dengan para pekerja di rumah nya ini. Berbicara tentang hilangnya Lisa dari sekolahnya, membuat min hyo-rin sangat ketakutan bahkan cemas. Dengan jari yang mulai bergemetaran mengenggam ponsel genggamnya dan juga raut wajah yang menampilkan ekspresi khawatir.
"N-nee, kami akan mencari nona Lisa. Permisi" Lisa menarik lengan Rosé membawanya berjalan menuju sebuah ruangan yang dimana letak sumber suara yang mereka dengar tadi.
Melihat Min hyo-rin yang sudah terduduk lemas di sofa, membuat lisa sedikit mempercepat langkah kakinya menuju sang eomma. "Eomma~" Min hyo-rin mendongak menatap wajah Lisa yang sedikit pucat akibat kedinginan.
Min hyo-rin segera bangkit dari duduknya, di raihnya tubuh Lisa di bawanya ke dalam dekapan. Setelah cukup puas memeluk putri bungsu nya itu, ia segera menempelkan kedua tangannya di pipi Lisa. Berbicara dengan amat serius terhadap gadis berponi ini. "Darimana saja eoh? Kenapa ponsel mu tidak aktif?" Pertanyaan demi pertanyaan terlontar dari mulut min hyo-rin, yang membuat Lisa bingung harus memulai dari mana.
"Eomma, gwaenchanha. Aku baik-baik saja" Min hyo-rin nampak memutar bola matanya malas, lalu di tatapanya kembali Lisa. Hingga tatapannya mulai sedikit terahli kepada Rosé yang tak jauh dari keberadaan Lisa dan min hyo-rin.
"Aish!, pasti kau kan yang mengajak lisa bermain tanpa pamit?. Benar begitu Chaeng?" Rosé terkejut, menatap tajam mata sang eomma dengan mata yang sudah memerah.
"A--" Belum sempat melanjutkan kalimatnya, Min hyo-rin dengan cepat menyela ucapan Rosé.
"Eomma, sudah pernah bilang dengan mu. Jika ingin pergi bermain sehabis sekolah pergilah sendiri jangan mengajak lisa" Lisa melirik Rosé yang hanya berdiam diri, menatap dingin raut wajah Min hyo-rin membuat Lisa tak enak hati.
"Eomma--"
"Ini sudah yang kedua kalinya, Chaeng. Apa kau tak menyayangi kembaranmu? Eoh?" Tak kuat menahan perihnya hati saat di tuduh oleh Min hyo-rin, Rosé pun segera membuka suara.
"K-kau menyalahkan ku??" Tanya Rosé dengan nada sedikit gemetar.
"Dengar! Aku tak pernah membawa Lisa maupun mengajak nya untuk ikut dengan ku!. Dialah yang selalu membuntuti ku, dan kau dengar eomma. Jika saja di tidak bertemu dengan ku, kurasa anak mu itu sudah mati ketakutan" Setelah selesai menjelaskan semuanya Rosé segera pergi berjalan meninggalkan ruangan tersebut.
"Non, ingin teh hangat?" Saat menginjakkan kakinya di anak tangga, Rosé terpaksa harus berhenti membelikan tubuhnya menatap seorang wanita paruh baya dengan pakaian khusus.
"Gomawwo atas tawarannya. Tapi tidak perlu" Ujar Rosé lalu segera berjalan menuju kamarnya.
"Eomma, berhentilah menyalahkan chaeng. Dia tidak bersalah sama sekali" Lirih Lisa. Min hyo-rin memegang pundak lisa.
"Dia bersalah--"
"Berhentilah menyalahkan nya!" Ujar lisa sedikit tegas, lalu ia pun ikut menyusul kepergian Rosé menuju kamarnya. Dan meninggalkan Min hyo-rin yang terdiam mematung di tempat nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Affection✔
Fanfiction"Hey, aku disini. Kalian melihat ku??" Park Chaeyoung "Chaeng, kemarilah" Kim Jisoo "Chaeng, mianhae..." Jennie kim "Kumohon chaeng kembali, aku membutuhkan mu. Mianhae" Lalisa manoban. Dahlah gak pandai buat deskripsi yang bagus, tapi intinya kaya...