11. Different Affection

2.3K 335 39
                                    

Duduk di tengah keramaian sebenarnya itu hal yang sangat ia benci, tapi bagaimana pun juga irene tak mau mengecewakan sang adik sepupu. Ia berusaha untuk tetap tenang dan menikmati semua pertunjukan di mari.

Hingga akhirnya yang ia tunggu-tunggukan menampakan diri di atas panggung dengan style pakaian yang amat sederhana, sebuah hoodie berwarna merah, yang berpadu dengan celana jeans hitam yang terdapat robek di ke dua lutut rosé.

Dan tak lupa sepatu sneakers berwarna putih dan topi berwarna hitam yang sedikit menutupi wajahnya. Irene mulai membuka ponsel genggam miliknya, membuka ikon kamera dan nampak mulai merekam gadis yang sedang bersiap untuk menyanyi itu.

Sedikit menghela nafasnya dan sebuah suara yang amat merdu pun mulai menyapa kedua telinga irene, dan para penonton lainnya.

Ji jo jin jo ngit jo nga ge da
Ma nen na ye jin shi me
Son myong be jyo
Somethin' bout you

Yeah na rul men hi
Dul man dut da run
Non hok shi na wa
Ga tul ka ji gum
Gwen nan gi de tul he

Ha ru han dal
Il nyon jam dwen yon
So ro da run il sang ul
Sa ra ga

Na nun a niya
Swib ji a nul got ga ta (i ya)
Yo jon ha ge do non
Ne ha ru ha ru rul chan ago

A ji gun ani ya
Ba bo cho rom
Dwen we nun na
Ip gi e mem do nan
Ma rul sam kil su op so
It's not fine
Ah ah ah it's not fine

It's not fine~
Ah ah ah it's not fine oh
Ah ah ah it's not fine.

Semua bersorak, di iringi tepukan tangan yang meriah dari para penonton, entah mengapa irene merasa jika lagu yang berjudul fine itu seolah-olah mengungkapkan sebuah rasa yang di pendam oleh rosé.

Irene juga dapat melihat saat rosé membawakan lagu tersebut dengan eomsi yang cukup kuat, dan juga setetes air mata yang mengalir dari sudut matanya. Irene menghetikan rekamannya saat rosé berjalan meninggalkan panggung.

Irene nampak membuka ikon bertulisan WhatsApp mencari username seseorang di sana lalu mengirimkan vidio yang baru saja ia rekam tadi. Mengirimnya begitu saja tanpa kata-kata.

Sedangkan di sisi lain rosé nampak sedikit mengatur nafasnya, mencoba agar tidak terlihat terpuruk dan sedih di hadapan semua orang. Memandang pantulan wajahnya di kaca sambil sedikit mengukir senyuman tipis nan singkat di bibir nya.

"Yah, kau pintar bisa membawakan dengan eomsi yang bagus. Park chaeyoung" Gumam rosé sambil tersenyum bangga pada dirinya sendiri.

***

Hari semakin larut malam, tapi jisoo terus gusar akibat salah satu adiknya belum kunjung pulang. Sehingga ponsel genggam itu tidak lepas dari jisoo. Disaat semua keluarga nya makan malam di meja panjang ini, tapi jisoo ia masih memilih terus menghubungi adiknya rosé.

Walaupun ia tau jika ponsel milik rosè tidak aktif, taeyang yang nampak sedikit terganggu melihat jisoo yang terus menerus bermain dengan ponselnya itu pun akhirnya meletakan sendok dan garpu nya dengan amat kuat.

Membuat orang yang berada di meja makan ini terkejut bukan main, telebih jisoo yang hampir saja menjatuhkan ponselnya. "Kau tau bukan jika kita sedang makan?" Jisoo hanya menganggukkan kepalanya pelan.

"Jadi tolong berhentilah bermain ponsel mu di saat sedang makan. Apa perlu aku menghancurkan nya terlebih dahulu?" Jisoo terdiam, ia benar-benar tau bagaimana nekat sang ayah jika sedang marah.

Dan lagian taeyang pun tidak masalah jika menghancurkan ponsel milik putri sulung nya itu, lagian itu hanya sebuah ponsel yang dapat ia beli 10 ponsel dengan uang nya. Tapi bagi jisoo ponselnya itu sangat berarti semua kenangan dan berbagai berkas dan dokumen penting tersimpan di ponsel nya.

Itu sebabnya jisoo memilih mengalah dari pada ponselnya kena imbas amukan sang ayah. Jisoo mulai melahap makanannya sambil sesekali melirik ponsel yang berada di sampingnya.

"Siapa yang kau tunggu?" Suara itu lagi dan lagi membuat jisoo terkejut. Sedikit mendongakkan kepalanya menatap sang sumber suara.

"C-chaeng"

"Ada apa dengannya?" Ucap taeyang dengan sedikit menghela nafasnya.

"Dia sendari tadi pagi belum kunjung pulang, aku khawatir dengannya terlebih saat aku--" Belum selesai menyelesaikan kalimatnya, dengan tiba-tiba taeyang memotong ucapan jisoo.

"Untuk apa khawatir dengannya? Bukankah itu hal biasa? Dia selalu pergi pagi dan pulang sangat larut" Jisoo menatap sang ayah dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Kau tidak khawatir dengannya? Dia anak mu appa" Jelang beberapa detik saat jisoo ngomong tiba-tiba sebuah notifikasi masuk di ponselnya.

Irene eonnie
Send a video

Jisoo meraih ponselnya, membuka notifikasi tersebut. Lalu memutar video yang baru beberapa menit di kirim oleh irene. Melihat seorang gadis yang tengah bernyayi di atas panggung, dengan amat merdu.

Entah mengapa jisoo merasa sesak saat mendengar sebuah nada yang bergema it's not fine. Dan juga jisoo dapat melihat jelas setetes air mata yang mengalir dari sudut mata gadis tersebut. Jisoo sangat fokus dan ia nampak sama sekali tak menghiraukan orang yang berada di dekatnya.

Tak lama pintu mansion megah ini nampak terbuka, menampilkan sosok yang jisoo tunggu-tunggukan sendari tadi. Saat kaki gadis itu hendak berjalan melewati ruang makan, terdengarlah suara lelaki paru baya yang mengema di telinganya.

"Itu dia, kau menunggunya bukan?" Rosè berhenti sejenak, sedikit menghela nafasnya dan saat kakinya hendak melangkah kembali tiba-tiba suara tersebut kembali menyapa.

"Heish! Apa yang kau tunggukan dari anak itu jisoo-ya?. Padahal kau disini sudah sangat beruntung memiliki jennie dan lisa yang begitu pintar" Rosè memejamkan matanya, berusaha tidak terpancing emosi bagaimana pun juga rosè tidak ingin menjadi anak durhaka.

"Appa!" Teriak jisoo sambil bangkit dari duduknya.

Rosè membalikan tubuhnya menatap bergantian orang yang sedang menyantap makanan itu. "Apa aku menganggu waktu kalian? Jika ia aku minta maaf" Rosé sedikit membungkukkan tubuhnya.

"Kau benar-benar menganggu, dan kau lihatlah bahkan kakak mu terus-menerus bermain ponsel nya hanya untuk mengetahui keadaan mu" Rosè melirik jisoo yang sudah berdiri di seberang sana.

"Aku tidak ada menyuruhnya untuk melakukan itu, jadi untuk mu berhentilah menganggu hidupku" Tak terasa kini air mata sudah membasahi pipi mulusnya, berlari menuju kamarnya dan membating pintu kamar dengan begitu saja.

"Tak seharusnya kau berbicara seperti itu appa, ingatlah chaeyoung juga anak mu!"

"Terserah kau! Apa kau kurang puas dengan ucapan yang selalu menyakiti hati mu?!" Jisoo hanya diam, lalu berjalan meninggalkan meja makan untuk menyusul sang adik.

Jambi, 09 februari 2021

Tadi mau nulis hangul nya, tapi agak ribet. Karena author orang nya gk mau ribet jadi nulis roman nya aja. Btw itu lagu taeyon fine, anggap aja rosè nya lagi nanyi lagu itu.

Different Affection✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang