10. Different Affection

2.5K 320 17
                                    

Seharian penuh ini nampak sangat kelelahan, hingga membuat gadis itu tertidur nyenyak di sofa empuk sebuah apartemen milik irene. Ya saat rosé di parkiran rumah sakit ia berjumpa dengan irene yang juga hendak pulang, tapi dengan melihat raut wajah rosé yang sedikit pucat.

Irene pun mengurungkan niatnya, irene hendak mengajak rosé menuju kediaman keluarga nya. Namun rosé tidak mau entah apa alasannya irene tidak tau, dengan terpaksa irene harus mengajak rosé ke apartemen miliknya.

Setelah selesai sampai di apartemen irene, rosé pun segera merebahkan dirinya di sofa ruang tengah di dalam apartemen ini. Sedangkan irene ia berjalan menuju dapur untuk mengambil gelas, tapi sesampainya irene di ruang tengah. Ia cukup terkejut saat mendapat rosé yang sudah tidur dalam keadaan duduk.

Setelah memperbaiki posisi tidur rosé, irene pun segera berjalan menuju dapur untuk menyiapkan beberapa hidangan. Namun putri ketiga dong young-be itu masih setia tertidur hingga melewatkan makan siangnya, irene hendak membangunkan rosé. Namun saat di tatapnya raut wajah rosé yang nampak sangat kelelahan, irene pun terpaksa mengurungkan niatnya.

Waktu terus berjalan hingga tak terasa jarum jam sudah menunjukan pukul 16:25 KST. Rosé yang sudah cukup puas dengan tidurnya itupun terbangun. Menatap sekelilingnya, dan mendapatkan sosok irene yang tengah tertidur dalam keadaan duduk tak jauh dari dirinya.

Rosé segera berjalan menghampiri irene, di tepuknya pelan pundak irene untuk membangunkan sang kakak sepupu dengan amat lembut. "E-eonnie~" Irene yang mulai sedikit terganggu pun mulai membuka kedua matanya secara perlahan.

"Kenapa kau tidur dalam keadaan duduk? Tubuh mu bisa sakit. Pindahlah ke kamar unnie " Irene menghela nafasnya sejenak, lalu bangkit dari duduknya menarik lengan rosé menuju dapur.

Mendudukkan secara paksa sang adik sepupu di kursi, lalu memberikan beberapa hidangan di hadapannya. Rosé hendak membuka suaranya kembali tapi irene dengan gerak cepat menyuapkan sesendok nasi di mulut rosé, membuat gadis itu harus berdiam dan mengunyah makanannya.

"Aku lapar, jadi berhentilah berbicara" Irene memang sangat dingin, tapi ia sangat perhatian dengan keluarganya maupun orang di sekitarnya walaupun ia tidak menampilkan jelas perhatian nya itu.

Rosé sedikit tersenyum kikuk, lalu mengikuti gerakan irene yang mulai menyantap makanannya. Beberapa menit berlalu keduanya nampak telah selesai menyantap makan siang mereka, ah lebih tepatnya makan sore mereka. "Mian, telah merepotkan mu unnie" Irene hanya menatap rosé dengan tatapan dinginnya.

"Aku sangat membenci jika seseorang mengeluarkan kalimat itu, terlebih keluarga sendiri" Rosé terdiam, ia lebih memilih untuk diam lalu kembali fokus pada ponselnya, sebelum irene mengajaknya berbicara.

"Kau sakit chaeng?" Rosé menatap irene dengan gugup, apakah irene tau tentang apa yang ia lakukan tadi siang di rumah sakit?. Rosé pun menghela nafasnya sejenak berusaha tenang agar rahasianya dapat tertutup sempurna.

"Ani, wae?"

"Kau terlihat sangat pucat dan kurusan" Rosé sedikit tersenyum, seolah-olah tidak terjadi apapun pada dirinya.

"Tubuh ku memang seperti ini, dan bibir ku kering karena aku lupa memakai pelembab" Irene menatap tajam kedua mata rosé, yang lagi dan lagi membuat rosé semakin gugup.

"Lalu kenapa kau tadi ke rumah sakit, eoh?" Rosé terdiam, berusaha agar tetap tenang sambil berusaha keras memikirkan alasan apa lagi yang harus ia ambil.

"A-aku... aku habis menjenguk teman ku" Dengan nada sedikit terjeda beberapa detik, irene nampak menganggukkan kepalanya tanpa rasa curiga sedikit pun.

***

Mengecek ponsel genggamnya sembari tadi sambil terus menatap halaman mansion dari balkon kamar, itulah yang aktifitas yang sedang jisoo lakukan sekarang. Terus menenrus menghubungi rosé namun tidak ada balasan apapun semakin membuat jisoo gusar.

Tanpa ia sadari jika seorang gadis nampak berjalan menuju dirinya, menepuk pelan bahu jisoo dan membuatnya amat sangat terkejut. Jisoo hanya menatap sekilas wajah gadis yang kini sudah berdiri di sampingnya, sambil tersenyum.

"Kau sedang menunggu sesuatu, unnie?" Jisoo menatap jennie di sampingnya, sedikit menghela nafasnya kasar.

"Aku menunggu chaeng, apa kau melihatnya?" Jennie menggelengkan kepalanya, terdiam sejenak lalu kembali mengeluarkan suaranya.

"Ada apa? Tumben sekali kau mencarinya" Entah ini hanya perasaan jennie atau bukan, yang jelas kini jisoo nampak sangat khawatir bahkan matanya mulai berkaca-kaca krmerahan.

"A-aku... aku tadi siang melihat seorang gadis menggunakan hoodie berwarna merah yang sangat mirip dengan punya chaeyoung keluar dari ruang penyakit dalam. A-aku takut jika itu benar-benar chaeyoung" Jennie terdiam, jantungnya kini berdetak 2× lebih cepat. Tapi jennie masih berusaha untuk berfikir positif.

Sambil menatap jisoo yang terus menempelkan benda persegi di telinganya, kini perasaan jennie seketika berubah. Sedikit mengatur nafasnya agar dirinya sedikit tenang, lagian hoodie berwarna merah tidak hanya satu bukan di dunia ini?.

"Yang memiliki hoodie berwarna merah bukan hanya chaeyoung, dan jika benar itu dirinya pasti dia akan menceritakan apa yang ia alami bukan" Jisoo menggelengkan kepalanya pelan, menatap sendu mata kucing jennie.

"Tidak... kau tau sendiri bukan jika chaeyoung orang yang sangat tertutup. Ia mana mungkin mencerita hal yang menyangkut dirinya terhadap kita, dan entah mengapa firasat ku tidak enak saat melihat gadis itu" Jennie terdiam.

Yang di ucapkan jisoo itu benar, chaeyoung atau rosé adik mereka merupakan orang yang sangat tertutup. Memilih untuk memendam sendiri masalahnya di bandingkan bercerita dengan saudaranya. Terlebih sifat rosé yang telah berubah saat usianya menginjak 12 tahun.

Jennie pun mulai mengikuti aktivitas jisoo, yang mengirim pesan singkat dan juga menelfon rosé. Namun hasilnya nihil gadis yang mereka hubungi tidak menjawab pesan mereka maupun sambungan telfon dari salah satunya.

"Heish! Kenapa nomornya tidak aktif!" Jisoo hanya menatap halaman mansion, sambil berdo'a dalam hati agar sesuatu yang tidak di inginkan tidak terjadi pada rosé maupun keluarga nya.

"Dimana lisa?" Tanya jisoo, yang langusng di tatap oleh jennie.

"Ada ia lagi bersama eomma" Jisoo menganggukkan kepalanya. Berjalan masuk meninggalkan jennie sendirian di balkon kamarnya.

"Ya tuhan tolong lindungi chaeyoung" Do'a jennie di dalam hatinya. Lalu menyusul kepergian jisoo.

Jambi, 07 februari 2021

Different Affection✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang