28. Different Affection

2.2K 290 37
                                    

Semua media kini tengah hebo memberitakan penyakit yang kini bersarang di tubuh seorang park Chaeyoung, penyanyi solo wanita yang tengah naik daun.

Walupun kini hidup Rosé memiliki banyak larangang, dan ketergantungan. Tapi hal itu tak membuat Rosé patah semangat untuk mempersiapkan comeback yang hanya beberapa bulan lagi.

Kini dirinya tengah sibuk menulis sebuah lirik lagu yang sudah ia persiapkan, tapi kali ini berbeda. Jika dulu ia akan menyiapkan semuanya di ruang studio perekaman agensinya, kali ini ia menyiapkan semuanya di penthouse nya.

Semuanya terlihat baik-baik saja, hingga kepalanya kembali merasakan pusing yang begitu besar hingga membuat nya harus menghentikan aktivitas nya dalam menulis lirik lagu.

"Gwaenchana?"

Rosé hampir saja lupa jika kini dirinya tengah di temani oleh kakak sulungnya, yang sudah datang amat pagi untuk menemani seluruh aktivitas yang Rosé lakukan.

"Hanya sedikit pusing"

Jisoo menghela nafas sejenak, mulai bangkit dari duduknya dan berjalan menuju dapur. Tak lama Jisoo kembali dengan secangkir teh hangat dan memberikannya ke hadapan Rosé.

"Gomawwo"

Setelah menyeruput beberapa tegukan teh hangat itu, Jisoo mulai membantu Rosé untuk berdiri menuntutnya menuju kamarnya. "Tidurlah, unnie akan menjaga mu" Menarik selimut tebal itu hingga sebatas leher.

Ia sebenarnya ngantuk akibat elusan lembut yang kakaknya biarkan itu, tapi karena pusing yang sedang melanda ia jadi tak dapat memejamkan matanya. "Apakah begitu pusing??" Rosé hanya menganggukkan kepalanya pelan.

"Apa ini efek samping dari cuci darah yang kau bilang?" Rosé mendongak menatap wajah cantik kakaknya itu dengan tatapan penuh tanya.

"Hm, gwaenchana. Itu akan terasa beberapa saat saja, tidurlah eonnie akan menjaga mu" Rosé menghela nafasnya lembut, menikmati setiap sentuhan lembut yang kakaknya berikan pada puncak kepalanya.

Hingga rasa kantuk mulai menyelimuti Rosé, membuat gadis itu akhirnya terlelap. Walaupun tidak terlalu nyenyak, tapi setidaknya ia hanya merasakan setengah rasa pusing yang menyerangnya.

***

Tangan kekar dengan ponsel di genggam itu perlahan turun dengan amat frustasi. Kedua pasang bola mata itu hanya termenung lesu menatap lebar kaca tembus pandang pada ruang kerjanya itu.

Pikirannya seketika berantakan, saat mengetahui kondisi sang anak yang sudah semakin memburuk. Tidak ada jalan lagi selain melakukan transplantasi ginjal, mengantikan ginjal sang anak dengan ginjal yang baru.

Sungguh ia sama sekali tidak keberatan, soal biaya? Jangan tanyakan seharga 5 mansion megah pun ia sanggup membayarnya. Kini yang sedang ia pikirkan bagaimana caranya agar mendapatkan ginjal yang sama dengan anaknya itu.

Taeyang kembali meraih ponselnya, mencoba menghubungi nomor seseorang di layar ponsel nya itu. "Kita perlu berbicara" Setelah mengatakan kalimat itu, ia dengan segera mematikan sambungan telfon itu dan berjalan meninggalkan ruangan ini.

Mungkin ini cara satu-satunya agar anak nya itu bisa kembali menjalkan hidup normal seperti dulu. Namun di sisi lain ia juga tak yakin jika pikiran yang terlintas di otaknya itu akan berjalan sempurna.

***

Aroma masakan yang begitu enak mulai tercium oleh seorang gadis yang tengah berbaring di atas ranjang nya, mengusap lembut kedua bola matanya lalu mulai berjalan menuju aroma masakan yang begitu enak ini.

Different Affection✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang