32. Different Affection

1.9K 273 59
                                    

Sebuah mobil mewah berwarna putih terpakir rapih di basement apartemen yang menjulang tinggi. Akhirnya setelah 1 minggu lamanya ia terkurung di gedung rumah sakit, dan sekarang ia dapat kembali menghirup udara segera ini.

Wajah itu terlihat amat bercahaya, bahkan senyuman manis itu nampak tak kunjung luntur dari bibir yang masih terlihat pucat. Tak butuh waktu lama pintu penthouse itu terbuka.

Lihatlah beberapa dekorasi yang di buat oleh kedua orang tuanya, padahal ia baru saja keluar dari rumah sakit tapi melihat betapa mewah dekorasi dan kalimat sambutan itu, terlihat seperti kini sedang merayakan sebuah pesta besar. 

Rosé hanya tersenyum, tak lama tubuhnya di tarik dan di dekap hangat oleh kedua orang tuanya. Dan di susul ketiga saudarinya, yang tentu tak mau kalah.

"Berhenti tersenyum seperti itu!"

Semua orang yang berada di penthouse ini memandang Jennie bingung. Jika mereka sangat senang melihat senyuman manis milik Rosé, namun sepertinya tidak untuk Jennie yang sudah memandang dingin wajah Rosé.

"Waeyo? Apakah kau takut kalah saing dengan kecantikan ku?"

Semua terkekeh, tapi tidak dengan Jennie yang hanya memutarkan bola matanya jengah dan diiringi decakan kesalnya. "Kau tau, senyuman mu sangat aneh. Bahkan aku tak tau apa arti dari senyuman mu" Ujar Jennie sambil merebahkan kasar tubuhnya ke sofa ruangan ini.

"Itu karena kau bukan seorang psikolog"

Setelah mengatakan kalimat itu, Rosé sedikit menghindar dari keluarga. Meremas kuat perut bagian bawahnya yang kembali menimbulkan rasa sakit berserta nyeri yang menusuk-nusuk hingga ke punggungnya.

"Chaeyoung-ah, gwaenchana?"

Hampir saja Rosé ketahuan dengan lisa, namun dengan sigap ia mengerakan kedua tangannya seolah-olah ia sedang meluruskan otot-ototnya yang pegal itu. "Gwaenchana, hanya sedikit terasa kencang. Akibat lama terbaring di rumah sakit"

Semua menanggukan kepala mereka, Rosé pun mulai berjalan menuju sofa dimana kini keluarganya sedang duduk. Namun langkah nya terhenti saat melihat seorang wanita yang kini berjalan masuk menuju ruangan dimana ia berada.

"A-ahjumma?"

Rosé bingung, bagaimana bisa wanita yang ia panggil ahjumma itu mengetahui password Penthouse nya. Semua mata pun tertuju pada wanita yang kini sudah berada di satu ruangan dengan Rosé dan juga keluarganya.

"Ahjumma! Tolong mengertilah adikku baru saja keluar dari rumah sakit. Tolong pikirkan kondisinya, jangan terus kau pikirkan saham perusahaan mu!" Amarah Jennie sudah pecah, ia sudah tak tahan lagi dengan sikap lancang direktur utama agensi yang menaungi adiknya itu.

"Bukakah tidak sopan, masuk tanpa izin dan aku minta maaf. Tapi kau begitu lancang masuk dan merusak waktu kebersamaan kami!" Jisoo ikut bersuara.

Namun Lee Jiah tak peduli dengan berbagai kalimat yang cukup pedas itu. Ia memajukan tubuhnya mendekat ke arah Rosé, memandang sejenak gadis yang sudah menatap dirinya penuh dengan tanya.

"Ada yang ingin ku bicarakan padamu" Tangan Rosé tertarik cukup kuat.

Plak~

Satu tamparan yang begitu kuat itu mendarat mulus di pipi wanita yang berumur 42 tahun itu. Jennie sudah cukup muak dengan semua sikap Lee Jiah. Semua terdiam memandang Jennie, begitupun dengan Rosé yang tak menyangka jika jennie akan bersikap di luar batas.

"Aku sudah muak dengan sikap mu, ahjumma!" Lee jiah, hanya mengelus lembut pipi yang sudah memerah itu. Dan hanya sebuah senyuman remehlah yang ia tampilkan.

"Hm? Sama aku juga muak dengan sikap keluarga mu, terlebih Pria yang berstatus Ayah mu itu"

Semua memandang Taeyang penuh tanya, sedangkan taeyang ia sama sekali tak tau apa yang di maksud Lee Jiah. "Rosé-ya, ada hal yang jauh lebih penting yang harus ku beri tau pada mu" Untuk kedua kalinya tubuh Rosé terbawa saat Lee Jiah berjalan dengan lengan yang menggenggam erat pergelangan tangannya.

"AHJUMMA!!" Teriakan itu begitu menyaring. Nafas Jisoo mulai tak teratur.

"Semuanya tolong tenanglah, dan kau ahjumma jika ada hal penting. Katakan saja, segera" Suara itu terdengar begitu lemah.

"Ini... ini soal ibu kandung mu"

"Mwo? Apa yang kau katakan! Akulah ibu kandungnya!" Min hyo ri yang sendari tadi hanya berdiam, akhirnya membuka suaranya tak terima. Bagaimana tidak anak yang ia lahirkan kini sedang di landa kebingungan saat lee jiah mengucapkan kalimat Ibu kandung.

"Ahjumma, aku tau kau pasti sedang sangat merindukan anak mu. Tapi tolong jangan mengadu domba aku dan keluarga ku, Ibu kandung ku--"

"Anyia! Ibu kandungmu bukan Min Hyo Ri. Ibu kandung mu--"

Plak~

"HENTIKAN OMONG KOSONG MU ITU! DASAR WANITA GILA!" Ini yang kedua kalinya Lee Jiah mendapati perlakuan kasar dari keluarga ini.

Tak lama seorang perempuan masuk, dengan pakaian yang begitu elegan. Tapi mereka yang berada di sini sama sekali tak mengenali wanita itu, bahkan seumur hidup mereka tinggal di korea tak pernah mendapatkan sosok wanita itu.

Lama semuanya berdiam, dan wanita itu melepaskan kacamata hitam yang menghalangi pemandangannya itu. Lalu memeluk erat tubuh Rosé sambil menangis pecah. Semua semakin di buat bingung terlebih Rosé.

Hendak melepaskan paksa pelukan ini, mengingat betapa tak senangnya Rosé saat seseorang menyentuh tubuhnya dengan amat lancang. "C-chaeyoung-ahh~" Nada itu sudah bergetar hebat.

Dan entah mengapa kini Rosé ingin sekali meneteskan air matanya, walaupun ia tak tau apa penyebab dirinya yang ikut bersedih ini. "I-ini, eomma nak. Eomma, chaeyoung-ah putri eomma"

"Dasar wanita gila!"

Pelukan itu telepas saat Min Hyo Ri memisahkan keduanya, ia sangat tak terima saat wanita ini mengakui jika dirinya merupakan Ibu kandung Rosé, padahal sudah jelas jika dialah yang ibu kandung Rosé.

"Drama apa yang sedang kalian buat?!" Wanita itu tersenyum sejenak.

Hingga kini ia berdiri sejajar dengan Min Hyo Ri. "Perkenalan aku, Park Min Young. Ibu kandung Chaeyoung yang sesungguhnya, dan seorang wanita yang di bodohi oleh lelaki brengsek itu"

"Kalian masih tak mengerti dengan ucapan ku??" Park Min Young mulai mengelurkan ponsel genggamnya, menampilkan beberapa bukti di sana sambil berusaha keras menjelaskan semua yang ia alami beberapa tahun silam.

Semuanya pun tertuju pada taeyang, sedangkan ia hanya terdiam di tempat. Sambil pasrah, dan kini nampaknya semua rahasia yang ia tutup rapat berujung terbongkar. "Taeyang-ssi!"

Raut wajah Jennie nampak terlihat begitu kecewa, Min Hyo Ri pun pergi keluar dari ruang ini dalam keadaan menangis. "Aku menyesal mempunyai Ayah seperti mu!" Jennie pun juga ikut berlari keluar.

Di susul Jisoo dan Lisa, dan tak lama taeyang ikut menyusul kepergian anak dan istrinya itu. "Chaeyoung-ah" Rosé memundurkan tubuhnya saat Park Min Young hendak memeluk dirinya.

"T-tolong tinggalkan aku sendiri!" Park Min Young terdiam saat putri kandungnya itu membentak dirinya.

"Chaeng--"

"Keluar!!"

Lee jiah pun mulai membawa Park Min Young berjalan keluar, Rosé dengan segera mengunci pintu penthouse nya. Ia tak tau lagi harus berbuat apa, kini ia benar-benar stress memikirkan semuanya yang begitu tiba-tiba.

"Tuhan, apakah ini cara mu membalas semua do'a ku? Aku hanya ingin bahagia" Lirih Rosé sambil menangis bersenderan di pintu penthouse nya sambil menahan kuat seseak nafas yang mulai bersinggah kembali ke tubuhnya.

Jambi, 29 april 2021

Gimana? Yang nebak lee jiah kemarin? Siap-siap part 33:).

Kalo rame bakal double up:)

Different Affection✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang