Hari sudah larut, dan seperti biasanya rosé akan pulang menuju mansion milik keluarga nya. Dengan seragam sekolah yang sudah tidak beraturan, rosé menginjakkan kedua kakinya di lantai mansion megah ini.
Rosé berjalan menuju dapur, melirik beberapa maid di sana yang sangat sibuk menyiapkan makan malam. Menata rapih hidangan mewah di meja makan panjang ini. Rosé meraih sebuah apel dan segera memakannya, nampaklah seorang maid mendekati dirinya. "Ya, ampun non!! Buahnya belum bibi cuci" Rosé yang awalnya membulatkan matanya terkejut, berakhir memutarkan bola matanya malas.
"Heis! Kukira ada apa. Aku tidak akan mati jika memakan apel yang belum di cuci bi" Maid tersebut hanya tersenyum kikuk, sungguh anak majikannya ini sangat berbeda dengan kedua orang tuanya dan ketiga saudarinya.
Rosé membuka kulkas meraih sebotol susu, dan mulai meneguknya. Sambil menatap heran para maid yang sangat terburu-buru menyajikan hidangan di sana. "Kenapa terburu-buru? Apakah ada tamu yang akan datang?" Bibi lee jeamin yang cukup dekat dengan rosé pun mulai menghampiri rosé mengukir senyuman nya lalu menjawab pertanyaan rosé.
"Tuan jiyong, dan keluarganya akan makan malam bersama di mari dan juga beberapa kolega dari tuan teayang" Rosé hanya menganggukkan kepalanya.
"Dalam rangka?"
"Entahlah bibi tidak tau jelas, tapi sepertinya sedang merayakan sesuatu" Rosé pun kembali meraih satu buah jeruk dan membawa nya pergi dari dapur.
Berjalan menuju anak tangga yang selalu membawanya menuju kamarnya, tapi saat dirinya berada di tengah-tengah anak tangga tiba-tiba suara seseorang menyapa gendang telinganya. Membuat rosé terpaksa menghentikan langkah kakinya.
"Chaeng-aah!!" Rosé berhenti, membalikkan tubuhnya dan menatap seorang lelaki paru baya yang berada di ujungnya.
Rosé hendak membuka suaranya, namun dengan gerak cepat lelaki paru baya itu kembali mengeluarkan suara nya. "Teman-teman appa akan kemari dan makan bersama di mari. Appa mohon padamu untuk tetap berdiam diri di kamar" Rosé hanya mengangkat alisnya sebelah, lalu kembali melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Sambil melempar-lemparkan buah jeruk yang ia bawa.
***
Acara makan bersama telah selesai, semua para tamu nampak telah meninggalkan kediaman teayang, kecuali jiyong beserta keluarganya yang masih berada di rumah megah milik adiknya ini.
Jiyong tentu saja ingin pulang namun ia menahannya sebab ada beberapa pertanyaan yang harus ia tanyakan kepada adiknya ini. Di kiranya semua sudah selesai, jiyong langsung membuka obrolan di meja panjang ini. "Dimana chaeng?" Semua mata tertuju pada jiyong termasuk taeyang, sedikit memberi senyuman pada sang kakak.
"Dia ada di kamarnya, wae?" Jiyong menghapus lembut mulutnya menggunakan tisu, lalu menatap wajah taeyang dengan tatapan serius.
"Kau tak mengajak anak kandungmu dalam acara ini?" Keadaan mulai semakin serius, semua mata yang berada di sana hanya menatap pembicaraan kedua lelaki paru baya itu.
"Dia tidak terlalu pen--"
"Bagaimana bisa kau berbicara jika chaeng tidak penting? Di itu anak mu, darah daging mu!" Taeyang hanya menatap sang kakak.
"Hyung, kau tau. Jika chaeyoung ikut makan malam bersama, lantas fakta apa yang akan ku ucapkan pada rekan-rekan ku. Aku tidak mau berbohong" Jiyong tertawa hambar, sungguh tak di sangka jika sang adik bisa setegah itu terhadap anak nya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Affection✔
Fanfiction"Hey, aku disini. Kalian melihat ku??" Park Chaeyoung "Chaeng, kemarilah" Kim Jisoo "Chaeng, mianhae..." Jennie kim "Kumohon chaeng kembali, aku membutuhkan mu. Mianhae" Lalisa manoban. Dahlah gak pandai buat deskripsi yang bagus, tapi intinya kaya...