Duduk rapih di kursi kerjanya, dengan keadaan ruangan yang gelap dan hanya sebuah cahaya dari pantulan leptop. Jari-jemari yang sangat aktif bergerak mengetik setiap tombol di leptop tersebut.
Melihat berapa banyak data pasien yang ia tangani seharian penuh, itulah yang sedang di lakukan oleh Irene, dan bahkan sudah menjadi makanan sehari-harinya saat ia mulai terjun ke dunia dokter.
Saat sedang sibuk memeriksa data pasien, tiba-tiba saja ponselnya yang terletak tak jauh dari laptopnya bergetar. Menampilkan sebuah nama seseorang di sana.
Park chaeyoung.
Sedikit menaikan alisnya sebelah, sambil berbicara pelan. "Eoh? Chaeng? Tumben ada apa?" Irene segera mengangkat sambungan telfon tersebut.
"Yeoboseyo, Chaeng-aah"
"Wendy-ahh, bisakah aku meminta tolong padamu?"
"Mian, tapi Chaeng kau tidak sedang berbicara pada Wendy" Irene sedikit bingun dengan Rosé yang tiba-tiba memanggilnya dengan nama sang adik
"Heis!, berhentilah mengelak. T-tolong belikan aku obat"
"O-obat? Hm, baiklah obat apa eoh?"
"Terserah obat apa saja yang bisa menghilangkan rasa sakit di kepalaku"
"Obat penghilang rasa sakit kepala ada banyak macam, Chaeng."
"Belikan saja, dan kau langsung saja membawa obatnya ke kamar ku. Jangan sampai keluarga ini mengetahuinya!"
"T-tapi--"
Sambungan terputus, Irene nampak termenung sejenak. Lalu ia mulai bangkit dari duduknya, berjalan menuju stop kontak untuk menghidupkan lampu di ruang kerja yang berada di rumahnya.
Membuka satu persatu sebuah pintu lemari yang terdapat banyak berbagai obat disana, di raihnya beberapa bungkus obat penghilang rasa sakit kepala. "Kenapa dia tak meminta kepada kakaknya? Bukankah lebih praktis?" Lirih Irene sambil berjalan keluar ruangannya.
Sesampainya di kediaman sang paman, Irene langsung menekan bell rumah. Tak butuh waktu yang lama pintu rumah ini nampak terbuka, dengan seorang maid di belakangnya.
"Annyeong bibi, aku kemari hanya ingin bertemu Chaeng" Irene sedikit membungkuk kan tubuhnya, salam hormat.
"Silahkan masuk non" Irene pun segera berjalan masuk, saat sudah di persilahkan masuk oleh maid tersebut. Berjalan sambil menatap betapa sepinya rumah megah ini.
Sesampainya Irene di kamar Rosé, ia segera mengetuk pintu kamar Rosé. Tapi tak kunjung di bukan, dengan sedikit tak enak Irene pun mulai membuka pintu kamar ini. Dapat ia lihat keadaan kamar yang sangat gelap gulita. Berjalan perlahan menuju dalam kamar yang langsung di sambut oleh aroma parfum yang sangat lembut nan soft.
Menyalakan lampu kamar ini agar sedikit terang, setelahnya Irene langsung tertuju pada Rosé yang terbaring di ranjang dengan baju serangam sekolah yang basah. Irene pun berjalan medekati ranjang dan segera duduk di sisi ranjang.
"Chaeyoung-ahh~" Panggil irene berhati-hati, Rosé membuka kedua matanya menatap irene yang berada di sampingnya, membuat Rosé terkejut bukan main.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Affection✔
Fanfiction"Hey, aku disini. Kalian melihat ku??" Park Chaeyoung "Chaeng, kemarilah" Kim Jisoo "Chaeng, mianhae..." Jennie kim "Kumohon chaeng kembali, aku membutuhkan mu. Mianhae" Lalisa manoban. Dahlah gak pandai buat deskripsi yang bagus, tapi intinya kaya...