4. Different Affection

2.9K 348 10
                                    

Termenung sembari memikirkan sebuah ucapan yang terlontar dari mulut sang adik membuat jennie tidak fokus dalam belajarnya. Gadis itu hanya menatap kosong arah sebuah papan tulis yang dimana terdapat seorang dosen yang sedang mengajar di depannya.

"Aku tidak pernah berubah, kalian lah yang berubah!"

Ucapan itu, kalimat itu sangat menghantui pikiran jennie saat ini. Ia berusaha untuk tidak mempedulikan ucapan Rosé pada malam itu, tapi semua sia-sia. "Baiklah, cukup sampai di sini pertemuan kita. Bertemu lagi minggu depan, dan ingat kuis nya. Saya permisi" Semua orang yang berada di dalam kelas itu pun segera berjalan keluar.

Tapi tidak dengan Jennie yang masih berdiam diri di kursinya. "Jennie-ya! Ayo ke kantin aku sangat lapar" Jennie nampak sangat terkejut, menatap sedikit kesal seorang gadis yang berada di sampingnya itu.

"Ingin sekali aku membunuh mu, seulgi-ahh" Ujar Jennie membuat seulgi sedikit meringis.

"Hal yang sangat ku benci dari dirimu ialah, ketika kau sedang datang bulan dan mood mu yang buruk" Jennie tak menghiraukan seulgi, ia memilih untuk segera bangkit dari duduknya berjalan meninggalkan kelas.

"Heis! Anak itu!"

Seulgi sedikit mempercepat langkah kakinya, hingga ia dapat menyusul Jennie yang berjalan cukup cepat di depannya. Dengan nafas yang memburu seulgi terus saja mengajak jennie berbicara, padahal ia tau jika gadis berpipi mandu itu hanya diam tak membalas ucapannya.

Hingga di tepat di koridor yang cukup sepi, Jennie memberhentikan langkahnya. Menatap Seulgi yang kini sudah sangat lelah akibat ulah nya, sedikit menarik nafasnya lalu menghela nya jennie pun mulai membuka obrolan.

"Seulgi-ahh, apakah aku berubah?" Seketika Seulgi membulatkan matanya, ia benar-benar terkejut dengan ucapan Jennie.

"MWO??, siapa yang berbicara seperti itu?" Tanya seulgi dengan sedikit bingung nan terkejut.

"Chaeyoung" Seulgi segera merangkul pundak Jennie membawanya duduk ke kursi yang terdapat di koridor itu. Sedikit mengeluskan pundak gadis kucing ini.

"Kurasa chaeyoung hanya bercanda, agar kau tak memarahinya atau pun mengocehin nya" Jennie menatap seulgi, mengangkat alisnya sebelah pertanda bingung.

"Darimana kau tau, hm??"

"Tentu aku tau, kau selalu bersikap seperti itu jika seseorang sedang membuat kesalahan. Dan tidak jauh-jauh contoh nya saja aku yang selalu mendapatkan amarahmu walaupun aku tak tau letak kesalahan ku" Seulgi sedikit tertawa. Sedangkan Jennie ia memutarkan bola matanya malas.

"Geure, aku lapar. Kajja!" Seulgi pun menarik lengan jennie membawanya berjalan menuju kantin kampus untuk mengisi bahan bakar pada tubuh mereka.

"Kuharap apa yang di katakan seulgi itu benar" Lirih batin Jennie dengan tatapan kembali kosong.

***

Pelajaran telah usai, semua siswa maupun siswi berbondong-bondong untuk pulang ke rumah merka masing-masing. Termasuk juga Park chaeyoung gadis yang cukup tinggi, berwajah angkuh nan dingin. Serta rambut yang berwarna bolnde menjadi ciri khas tersendiri.

Walaupun memiliki kembaran, Chaeyoung lebih memilih pulang dan pergi ke sekolah sendiri. Berbeda dengan sang kembaran yang salalu di antar dan di jemput oleh supir pribadi maupun salah satu kakaknya.

Berjalan sendiri di tengah lapangan, sedikit melihat ke langit yang sudah menghitam karena akan segera hujan. Rosé pun sedikit bergegas berjalan menuju halte bus untuk menunggu bus yang biasa ia naikin.

Different Affection✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang