Rosé sudah terbaring di atas meja bulat yang berada di dalam kamar irene, sedangkan irene ia sedang duduk di hadapan rosé, menatap sang sepupu yang sudah mulai cegukkan akibat permainan irene yang begitu curang.
Irene menuangkan botol yang berisi bir ke dalam gelas kecil, lalu memberinya ke hadapan rosé yang sudah nampak tumbang tak berdaya. "Ayo minum, kau kalah lagi" Rosé menggelengkan kepalanya, mengisyaratkan jika ia sudah tak mau meminum alkohol itu.
Irene berpindah hingga duduk tepat di samping rosé, mengulurkan tangannya menyingkirkan beberapa helai anak rambut yang menghalangi wajah rosé. Di elusnya lembut pipi merah yang sudah membengkak itu. "Kau baru meminum 3 gelas, tapi kenapa kau sudah mabuk berat?" Lirih irene lalu menenguk habis bir yang ia berikan ke rosé tadi.
Rosé menatap sayu mata irene, sambil memegang kepalanya yang terasa sakit nan berat. "K-kau.. curang dan sudut bibirku terasa amat perih" Ujar rosé sambil menahan kepalanya dengan satu lengannya. Sedangkan irene hanya tersenyum.
"Masih tidak mau mengaku?" Rosé menganggukkan kepala nya pelan, irene sedikit memijit pelipisnya pelan. Ia sudah kehabisan akal untuk membuat rosé berkata jujur, padahal ia tau jika rosé tengah mabuk berat ia akan berkata jujur. Tapi tidak kali ini, irene mulai sedikit jengah dan mulai menyenderkan kepalanya di sofa.
"Apa aku salah satu orang yang tak berguna di dunia ini? Hik.." Irene segera menoleh ke arah rosé yang baru saja berbicara dengan cegukkan. Irene tersenyum lalu segera ia mengeluarkan ponselnya meletakan tepat di sisi rosé.
"Lanjutka chaeyoung-ah" Ujar batin irene, sambil menatap antusias wajah mabuk dari rosé.
"Aku harus bagaimana lagi agar dapat di pandang baik oleh mereka? Hik.. mereka benar aku hanya hama yang tak di butuhkan. Jika begitu hik... akan ku buat mereka yang membutuhkan ku" Irene terdiam, apakah keluarga rosé lah yang sudah berbicara seperti itu. Tapi jika memang benar irene sungguh tak menyangka.
"A-apakah appa mu yang mengatakan hal itu?" Lirih irene dengan nada yang sudah bergetar. Rosé mendongak menatap sayu irene, menyungingkan senyuman hambar nya lalu menganggukkan kepala nya pelan.
"Menurut mu siapa lagi, hik.. kau lihat muka ku ini? Hik... itu semua perbuatannya" Air mata menetes di sudut mata irene, baru kali ini irene meneteskan air matanya hanya mendengar cerita seseorang.
Irene pun berjalan menuju rosé, lalu memeluknya erat. Mengelus lembut puncak kepala itu sambil membayangkan betapa sakitnya batin dan fisik rosé saat ini. Irene pun mulai membawa tubuh rosé ke ranjangnya. Membaringkan tubuh jenjang itu, irene masih tak bisa tidur akibat kalimat-kalimat yang rosé lontarkan masih menghantui pikirannya.
Irene melirik rosé yang sudah tertidur pulas, sebelum pandangannya terahli pada ponsel genggam yang menyala di atas meja nakas. Irene meraih ponsel itu, lalu membukanya. Membuka ikon pesan lalu melihat beberapa pesan disana.
Kali ini irene kembali di buat kaget oleh rosé, bagaimana tidak disana hanya ada enam pesan yang tersimpan. Di bawah sekali terdapat wendy, joy, jaehyun,hanbin, irene dan yang paling atas terdapat username park chanyeol.
Irene mengangkat alisnya sebelah, lalu mulai membuka sebuah pesan yang baru masuk kedalam ponsel milik rosé. Membaca dengan sangat teliti setiap kosa kata yang tercatat di sana.
Park chanyeol
Bagaimana keadaanmu?
-20.12.20 16:30 KST.Hm, aku baik-baik saja
-20.12.20 16:55 KSTPark chanyeol
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Affection✔
Fanfiction"Hey, aku disini. Kalian melihat ku??" Park Chaeyoung "Chaeng, kemarilah" Kim Jisoo "Chaeng, mianhae..." Jennie kim "Kumohon chaeng kembali, aku membutuhkan mu. Mianhae" Lalisa manoban. Dahlah gak pandai buat deskripsi yang bagus, tapi intinya kaya...