9. Different Affection

2.4K 329 18
                                    

Hari ini merupakan hari minggu, hari yang sangat di nanti-nantikan oleh rosé sebab ia akan mengikuti suatu perlombaan yang cukup menarik perhatian nya. Pagi-pagi sekali rosé telah meninggalkan kediaman keluarganya, entah kemana ia pergi.

Keluaga taeyang nampak berkumpul menikmati sarapan paginya, itu merupakan kegiatan rutin yang selalu mereka lakukan. Membiarkan begitu saja keheningan menyelimuti keluarga ini, tidak ada satu pun yang berniat untuk mengeluarkan percakapan di antaranya.

Hingga taeyang yang sudah nampak jenuh, akhirnya membuka suaranya memecahkan keheningan ini. "Ingin jalan-jalan?" Jisoo, jennie dan lisa memandang taeyang.

"Kajja! Sudah lama tidak jalan-jalan" Lisa gadis itu sangat antusias menjawab ucapan sang ayah.

"Setelah sarapan segeralah bersiap" Semua kembali ke sarapan masing-masing.

"Sepertinya aku tidak bisa ikut, karena ada seorang pasien yang harus ku tangani" Jisoo bangkit dari duduknya, meraih jas putih yang terletak di sampingnya.

Membungkuk hormat pada kedua orang tuanya, lalu mengucap salam perpisahan. Lalu segera meninggalkan tempat tersebut. Semua yang berada di meja makan hanya memberi senyuman manis pada jisoo.

***

Setelah selesai mengurus semua yang ia perlukan, rosé pun segera melajukan mobilnya walaupun ia tak tau harus ke mana sekarang. Rosé cukup merasa beruntung masih memiliki keluarga yang peduli dengan dirinya.

Saat tengah tenang dalam menyetir nya, tiba-tiba rasa sakit yang sempat ia alami tempo hari kembali menyerang dirinya, dengan terpaksa rosé harus meminggirkan kendaraannya meraih tas kecil yang ia bawa.

Namun rosé melempar tas tersebut dengan amat keras sebab benda yang ia cari tidak ada di dalam sana. Meremas kuat setir mobil sambil berteriak, tiba-tiba kepalanya berdenyut membuat rosé semakin tersiksa.

Dengan sekuat tenaga rosé pun kembali melajukan mobilnya menuju rumah sakit yang tak jauh dari tempatnya, semampainya di halaman rumah sakit rosé nampak mengenakan masker, topi hitam dan juga hoodie berwarna merah.

"Kuharap jisoo maupun irene eonnie tidak ada dimari" Lirih rosé dengan berjalan sedikit sempoyongan.

Setelah cukup lama rosé menunggu, akhirnya namanya segera di panggil. Rosé pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan yang seluruh dindingnya berwarna putih, dan tak adil jika bau obat-obatan tidak terdapat di dalam ruangan ini.

"Silahkan duduk, apa keluhan anda nona?" Rosé pun segera menceritakan semua yang ia rasakan, namun dokter yang berada di hadapannya ini tidak dapat mendengar jelas ucapannya yang di sebabkan karena rosé berbicara tanpa membuka masker yang menutupi setengah wajahnya.

"Heis! Ingin sekali aku membunuhmu!" Ucap rosé menahan rasa sakitnya, sedangkan dokter yang di hadapannya nampak terdiam menatap rosé dengan tatapan heran. Baru kali ini dia menemukan pasien tidak sabaran seperti rosé.

Rosé pun melepaskan maskernya, dan kembali menceritakan keluhannya. Dokter tersebut sedikit membulatkan matanya saat melihat jelas wajah pasien nya. "K-kau? Anak tuan dong young-be?" Rosé sedikit terkejut namun ia tak menampilkan jelas ekspresi nya karena rasa sakit yang menyelimuti dirinya.

"Bisakah kau memberi tau penyakit apa yang menyerang ku?!" Dokter tersebut segera bangkit dari duduknya, berjalan menuju sebuah ranjang. Rosé pun segera di persilakan untuk berbaring di atasnya.

Different Affection✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang