Mobil seharga 113,6 milyar itu terpakir tak beraturan di basement sebuah gedung yang menjulang tinggi itu. Dengan seorang gadis yang sudah berlari meninggalkan kendaraannya dan menuju lift yang hendak membawanya menuju suatu tempat.
Dengan tangan yang sudah bergetar hebat, bahkan beberapa cairan merah yang sudah mengering itu menekan cepat angka 405 di lift itu. Matanya sudah sembab membekak, tak peduli dengan beberapa pasang mata yang sudah memandanginya dengan tatapan bingung.
Sesampainya di sebuah pintu penthaous dengan nomor 45, ia pun dengan segera memasukan password penthouse itu. Tak butuh waktu yang lama pintu itu berbunyi dan terbuka, seketika saat kaki gadis itu menginjak lantai penthouse ini lampu di sekitar menjadi hidup otomatis.
"Chaeyoung-aah!"
Suara itu nampak bergema di setiap sisi penthouse ini, membuka satu persatu setiap ruangan yang ada di mari. Hingga akhirnya ia masuk ke sebuah bilik kamar, yang langsung di sambut oleh seorang gadis yang tengah tertidur dengan keringat yang mengalir di dahinya.
Memandang pilu gadis itu, hingga beberapa tabung obat dan bungus obat mampu mengahlikan pandangannya. Meraihnya dengan tangan yang sudah bergetar ia pun membaca setiap kalimat yang tertera di setiap tabung dan bungkus obat itu.
Dengan seketika tubuhnya menjadi amat lemas, membuatnya tubuhnya tumbang begitu saja di atas ranjang ini. Sontak gadis yang tertidur itu terbangun, dengan memegang sedikit kepalanya yang begitu nyeri dan pusing.
"J-jisoo-ya, apa yang kau--"
Plakkk~
Kepala Rosé dengan begitu saja terhanyut ke arah kanan, ia baru saja membuka kedua matanya tapi Jisoo dengan seenaknya ia memberi sebuah tamparan yang begitu keras kepadanya.
Rosé meremas erat rambutnya saat kepalanya semakin di landa rasa pusing dan nyeri yang amat menyiksa, tidak hanya itu bahkan perutnya kini terasa amat mual. Nafasnya mulai memburu, sedangkan Jisoo ia memandang penuh kekhawatiran wajah sang adik.
"Chaeyoung-ah--"
Rosé segera berlari menuju kamar mandi yang terletak di dalam kamar ini, memuntahkan seluruh cairan berwarna kuning pekat yang memaksakan hendak keluar.
Huek...huek...
"Chaeng-ah, mian. Eonnie tidak bermaksud--"
Lagi dan lagi ucapan Jisoo harus terhenti saat melihat Rosé, tubuh jenjang sang adik dengan begitu saja terbaring tak berdaya di lantai kamar mandi ini. Jisoo dengan segera menompang kepala Rosé ke atas pahanya, menyentuh lembut dahi Rosé yang begitu panas.
"Ah... ah chaeng-ah. Jeongmal, mianhae eonnie tak bermaksud membuatmu seperti ini" Air mata itu kembali pecah, hingga menetes menyentuh permukaan wajah Rosé.
Jisoo pun segera merogoh ponselnya yang terletak di dalam saku celananya, mencari nomor seseorang di sana lalu menghubungi nya.
"Ahjusi, bisakah kau kemari? Kumohon cepat!!!" Menatikan sambungan telfon itu, lalu kembali merangkul kepala sang adik membawanya kedalam dekapan nya.
"Bertahanlah, Jebal"
***
Sepasang kaki itu berlari dengan amat cepat, menerobos setiap orang yang berada di hadapan jalannya. Perasaannya kini sudah bercampur tak karuan, hingga akhirnya ia sampai di sebuah pintu ruangan yang terdapat beberapa orang yang sudah berdiri menunggu.
"Eonnie, lihatlah akibat dari perbuatan mu!!"
Teriakan itu sudah terdengar jelas di telinga gadis berpipi mandu itu, berjalan perlahan menuju beberapa orang itu sambari menatap bingung dengan apa yang baru saja matanya pandang saat sampai di pintu ruang yang bertuliskan IGD itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Affection✔
Fanfiction"Hey, aku disini. Kalian melihat ku??" Park Chaeyoung "Chaeng, kemarilah" Kim Jisoo "Chaeng, mianhae..." Jennie kim "Kumohon chaeng kembali, aku membutuhkan mu. Mianhae" Lalisa manoban. Dahlah gak pandai buat deskripsi yang bagus, tapi intinya kaya...