Hari sudah amat larut, tapi seorang gadis dengan jubah berwana putih nampak masih setia berada di gedung berbau obat-obatan ini. Dengan sebuah senter ponsel yang menjadi penerangan nya, berjalan dengan amat pelan di koridor yang gelap.
Jujur saja bulu kuduk nya sudah berdiri tegak sendari tadi, namun ia harus bisa memecahkan rasa penasarannya. Meraih sebuah kunci dari saku jubah nya lalu membuka perlahan pintu ruang yang sudah 1 tahun lebih tidak berpenghuni ini.
Mencari sebuah tombol lampu untuk menghidupkan nya, dan tak lama lampu ruangan ini menyala walaupun tidak terlalu terang tapi setidaknya mampu membantunya untuk melihat. Meraih sebuah berkas dengan sampul berwana biru yang tertera rapih di atas meja itu.
"Daftar kunjungan pasien" Gumam nya saat membaca sebuah tulisan yang tertera di berkas itu.
Dengan segera ia membuka nya, membaca setiap kalimat yang tertera di sana dengan amat teliti dan cepat. Namun saat ia sudah mencapai sebuah nomor 54 di daftar buku ini, tiba-tiba sebuah suara orang tengah mengobrol menyapa gendang telinganya.
Dapat ia pastikan jika itu merupakan petugas jaga malam di rumah sakit ini, gadis itupun dengan segera kembali mematika lampu ruangan ini. Memilih untuk bersembunyi di bawah meja kerja.
Cukup lama berdiam di sana ia pun kembali bangkit lalu, meraih laptop yang tertup rapat itu. Dengan segera ia mengotak atik laptop itu, dan tak lama sebuah video yang di duga hasil dari rekaman CCTV ini terputar.
Memperhatikan dengan amat tekun seorang gadis yang tengah mengobrol dengan seorang dokter, tak lama saat gadis itu menampakkan wajahnya dengan spontan berkas yang ia pegang sendari tadi terjatuh.
Tangannya sudah bergetar amat hebat, meraih sebuah flashdisk lalu menempelkannya ke sisi leptop. Tak lama pintu ruangan itu terbuka, menampilkan dua orang lelaki paruh baya yang sudah berdiri di ambang pintu dengan sebuah senter menerangi wajahnya.
"Apa kalian ingin ku bunuh hidup-hidup?!" Salah satu dari pria itu menyalakan lampu di ruangan ini.
Dan tak lama keduanya nampak membungkuk hormat dan meminta maaf saat mengetahui seorang wakil direktur rumah sakit yang sedang terduduk di kursi kerja ruangan ini.
"M-mianhae, dokter Irene. Kami tidak tau jika itu kau, Mianhae" Gadis bernama irene itu segera bangkit dari duduk nya.
Mencabut flashdisk itu dan meraih buku hasil pemeriksa yang tak sengaja ia jatuhkan tadi, sedikit memperbaiki penampilannya ia pun berjalan menuju dua lelaki paruh baya itu.
"Apa kalian ingin kehilangan pekerjaan kalian dengan sekejap mata??"
Nada itu amat terdengar dingin, bahkan raut wajah Irene kini sudah berubah menjadi amat datar. Dengan gerak cepat keduanya menggelengkan kepala mereka cepat, sambil terus memohon. "Ani, aku tidak tau lagi harus mencari pekerjaan di mana lagi. Mianhae dokter Irene--"
"Aku tidak punya banyak waktu untuk mendengar curhatan kalian!" Menerobos begitu saja dua orang pria itu.
Dan saat melihat betapa jauh nya tempat parkir di rumah sakit ini, irene dengan seketika menghentikan langkah kakinya. "Apa kalian ingin berdiam di situ?!" Seakan mengerti dengan ucapan Irene. Kedua pria itu dengan segera berjalan menuju Irene yang kembali melangkahkan kakinya.
***
Makanan enak sudah tersaji rapih di meja makan kayu ini, namun ini membuat Rosé sedikit tak nyaman terlebih saat seseorang yang baru saja ia kenali menumpang di tempatnya.
Memilih untuk termenung menatap beberapa makanan yang sudah mampu membuatnya lapar, tak lama sebuah sendok yang berisi nasi dan lauk pauk menghampiri bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Affection✔
Hayran Kurgu"Hey, aku disini. Kalian melihat ku??" Park Chaeyoung "Chaeng, kemarilah" Kim Jisoo "Chaeng, mianhae..." Jennie kim "Kumohon chaeng kembali, aku membutuhkan mu. Mianhae" Lalisa manoban. Dahlah gak pandai buat deskripsi yang bagus, tapi intinya kaya...