Pagi kembali menyapa, rosé pun dengan segera membuka kedua matanya mengelus lembut muka nya lalu bangkit dari tidurnya. Melirik jarum jam yang baru menunjukkan angka 06:30 lalu rosé pun melirik ke arah pintu balkon kamar.
"Bukankah aku tidak menutupnya tadi malam?" Lirih rosé sambil membuka pintu balkon lalu berjalan menuju balkon kamarnya.
Memgenggam erat pagar pembatas sambil menghela nafasnya, menatap beberapa maid yang tengah sibuk menyiram taneman di taman belakang mansion. "Bibi lee hwaiting" Teriak rosé sembari mengangkat salah satu tangannya memberi semangat.
Salah satu maid itu pun mendongak menatap rosé yang tersenyum ke arah dirinya, dan di balas pula senyuman manis itu. "Gomawwo" Setelah mendengar ucapan itu rosé pun beranjak masuk kedalam.
Berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, setelah beberapa menit di dalam kamar mandi rosé pun keluar dengan style baju seragam sekolahnya. Meraih tasnya lalu berjalan keluar kamar, dan mengunci pintu kamarnya agar tidak bisa di masukkan oleh orang.
"Tumben sekali tidak ada yang sarapan?" Batin rosé.
Ia pun berjalan menuju meja makan meraih selembar roti dan juga sekotak susu coklat dari kulkas. Membawanya menjauh dari ruang makan, saat dirinya telah berada di teras mansion tiba-tiba seseorang memanggilnya dari belakang.
Rosé nampak tak menghiraukannya dan memilih untuk terus berjalan, namun dengan terpaksa ia harus berhenti akibat sebuah tangan mengenggam erat pergelangannya. Rosé membalikkan tubuhnya menatap seorang gadis yang sedikit pendek dari dirinya.
"Wae? Kau tak lihat jika aku ingin pergi ke sekolah?" Jennie gadis itu hanya menatap mata rosé dengan nafas yang masih memburu.
Rosé melepaskan paksa tangan yang mengenggam erat pergelangan tangan nya, lalu mengelusnya pergelangan tangan nya yang sedikit memerah itu. "Ada sesuatu yang ingin ku bicarakan" Rosé mengerjapkan matanya.
"Mwo?" Rosé melirik tangan mungil milik jennie yang mengeluarkan suatu benda dari saku belakang celananya.
Rosé sedikit terkejut menatap tabung obat yang sangat ia tau jika itu miliknya, bagaimana bisa ia seceroboh ini melupakan obat yang selalu ia komsumsi tergeletak begitu saja. Rosé nampak merutuki dirinya yang benar-benar ceroboh.
"Kenapa obat ini ada di kamar mu?" Rosé terdiam bibirnya seketika berubah menjadi pucat, sedikit melembabkan bibirnya menggunakan lidah rosé pun segera menjawab ucapan jennie dengan raut wajah yang amat datar.
"Kenapa kau masuk ke dalam kamarku?!"
"MWO? Jawab dulu ucapan ku!" Ucap jennie sedikit gelanggang.
Rosé melangkahkan kakinya menuju jennie, sedangkan jennie melangkah mundur kakinya sembari berusaha payah menelan salivanya. "Kenapa kau masuk ke kamar ku tanpa izin, eoh?" Jennie menatap bergantian kedua mata rosé.
"Aku ini kakakmu jadi--"
"Kau pikir jika kau kakakku kau bisa seenaknya keluar masuk kamarku? Kamarku merupakan privasi ku! Jadi siapapu yang masuk ke kamar ku harus meminta izin terhadap ku, termasuk dirimu!" Rosé meraih tabung obat yang berada di genggaman jennie lalu meninggalkan jennie yang masih setia berdiri di tempatnya.
"APA YANG KAU SEMBUNYIKAN DARI KAMI CHAEYOUNG-AHH!!" Rosé menutup matanya sejenak lalu terus melangkahkan kakinya meninggalkan mansion megah ini. Tanpa mempedulikan jennie sedikit pun.
"Heis! Bodoh sekali kau ini!" Guntur rosé terhadap dirinya sendiri.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Affection✔
Fanfiction"Hey, aku disini. Kalian melihat ku??" Park Chaeyoung "Chaeng, kemarilah" Kim Jisoo "Chaeng, mianhae..." Jennie kim "Kumohon chaeng kembali, aku membutuhkan mu. Mianhae" Lalisa manoban. Dahlah gak pandai buat deskripsi yang bagus, tapi intinya kaya...