Dua mata cokelat, nampak terbuka sang pemilik mata cokelat itu mengerjapkan matanya sejenak untuk sedikit beradaptasi dengan keadaan sekitar. Setelah dapat menyesuaikan dengan keadaan sekitar pemilik bola mata cokelat itu pun hendak berajak dari tidurnya.
Namun ia terpaksa mengurungkan niatnya saat mendapati sebuah lengannya yang tergeletak di atas perutnya, melirik seorang gadis yang tengah tertidur pulas di sebelahnya. Rosè pun mengelus lembut punggung tangan milik seorang gadis yang memeluknya sambil tersenyum.
Tapi sialnya sang pemilik tangan tersebut nampak sedikit terganggu dan mulai terbangun dari tidurnya, rosè pun segera mengahlikan pandangan nya ke arah televisi yang menyangkut di dinding kamarnya. Sedangkan gadis yang memeluknya itu sudah terbangun dan duduk di sampingnya.
"Kenapa kau tidur di kamarku?" Nada serak milik rosé mulai menyapa gendang telinga jennie. Jennie memandang rosé dengan tatapan yang masih sayu.
"Kau lupa? Kau mabuk tadi malam!" Rosé hanya menangkat alisnya sebelah, lalu beranjak dari tidurnya.
Berjalan menuju kamar mandi, saat tangannya sudah menggenggam erat knop pintu kamar mandi tiba-tiba sebuah pikiran terlintas di kepalanya. Rosé pun membalikan tubuhnya menatap jennie yang sedang mengusap ke dua matanya.
"Saat aku mabuk pasti aku berbicara yang tidak-tidak. Jadi tolonglah tidak usah mendengar ucapan ku tadi malam!" Rosé segera berjalan masuk kamar mandi meninggalkan jennie yang masih terdiam di atas ranjang.
"Disaat kau mabuklah kau akan berkata jujur, chaeng-ah" Gumam jennie sambil menatap pintu kamar mandi yang sudah tertutup rapat.
10 menit kemudian pintu kamar mandi tersebut kembali terbuka, menampilkan sosok rosé yang sudah siap dengan seragam sekolahnya, berjalan menuju meja belajar dan mengambil tas nya. "MWO? kau masih di mari??" Jennie hanya menganggukkan kepala nya sambil tersenyum.
Rosé pun segera berjalan menuju jennie, menarik paksa jennie membawanya keluar kamar. Sedangkan jennie ia hanya berdiam tak memilih memberontak. Entah mengapa jennie merasa senang saat tangan rosé menyentuh pergelangan tangannya. "Kenapa kau tersenyum?" Jennie menggelengkan kepalanya dengan senyuman yang masih setia terukir di bibirnya.
"Aku akan tidur di kamar mu nanti malam" Ujar jennie, menepuk pelan pundak rosé dan segera berjalan meninggalkan rosé yang masih berdiam di ambang pintu kamarnya. Menatap kepergian jennie menuju kamarnya.
***
Semua sudah berkumpul rapih di meja makan panjang di mansion megah ini, kecuali rosé yang sudah meninggalkan kediaman taeyang. Semua menyantap sarapan mereka masing-masing dengan keheningan menyelimuti mereka.
Hingga saat nya jennie berhenti menyuapi roti ke dalam mulutnya, jennie pun meraih tas nya mengambil satu tabung obat penenang yang masih amat penuh. Semua mata tertuju pada jennie, sedikit menghela nafasnya jennie pun mulai membuka suaranya memecahkan keheningan yang menyelimuti sarapan mereka.
"Ada yang ingin kubicarakan ke kalian semua" Semua yang berada di meja makan memberhentikan sarapan mereka, semua mata itu pun akhirnya tertuju pada gadis bermata kucing dengan sebuah tabung obat yang ia pegangan di tangannya.
"Apa kalian tau jika chaeng mengkonsumsi obat ini?" Jennie meletakan tabung obat itu tepat di tengah-tengah meja makan ini.
Taeyang meraih tabung obat tersebut, membaca sebuah tulisan kecil yang terdapat pada sisi tengah tabung obat tersebut yang bertuliskan benzodiazepie mata taeyang nampak berubah kemerahan, mengenggam erat tabung obat tersebut lalu di di letakkan nya kembali ke atas meja makan dengan sedikit hentakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Affection✔
Fanfiction"Hey, aku disini. Kalian melihat ku??" Park Chaeyoung "Chaeng, kemarilah" Kim Jisoo "Chaeng, mianhae..." Jennie kim "Kumohon chaeng kembali, aku membutuhkan mu. Mianhae" Lalisa manoban. Dahlah gak pandai buat deskripsi yang bagus, tapi intinya kaya...