Berjalan dengan langkah kaki yang cukup cepat, segera membuka pintu kamar dengan gerak yang terburu-buru. Berusaha agar terhindar dari jisoo yang mengejarnya, namun apa dayanya ia kalah cepat.
Jisoo menarik lengan rosé, mata mereka saling menatap tajam satu sama lain. Tatapan mata ini, tatapan yang sangat ia rindukan, namun mengapa seketika jisoo merasa sesak saat menatap mata yang sudah memerah dan berkaca-kaca itu.
Seakaan tak mampu menatap mata sang kakak, rosé pun segera memanfaatkan kesempatan ini. Melepaskan genggam sang kakak dengan amat kasar lalu segera berjalan masuk ke dalam kamar. Jisoo terlonjak kaget, dan juga langsung segera menyusul rosé.
"Chaeyoung-ahh!" Berjalan masuk lalu menutup pintu kamar dengan lembut, menatap punggung rosé dan berjalan perlahan menuju tubuh tinggi tersebut.
"Chaeng--"
"Waeyo?!" Jisoo terdiam, menghentikan langkah kakinya mentap mata rosé yang sudah penuh dengan tampungan air mata yang siap meluncur.
"Wae?? Kumohon jangan menganggu ku lagi, kumohon apa perlu aku berlutut di kakimu agar kau berhenti menganggu ku??" Tak sanggup menahan air mata yang sudah tertampung rapih di kelopak matanya, rosé pun akhirnya meneteskannya.
Terduduk dengan kedua kaki yang bertumpu di bawah, mendongak menatap wajah jisoo dengan tatapan sendu dan juga bibir bawah yang sudah bergemetaran hebat. "Kumohon, jangan menganggu hidupku" Jisoo menatap rosé yang memohon di bawahnya.
Berjongkok menyamakan posisi rosé, memperbaiki beberapa rambut yang menghalangi pemandangannya dengan air mata yang sudah mengalir. Menghapus lembut bekas air mata yang mengalir di pipi chipmunk milik rosé dengan ibu jarinya.
"Chaeng-aah, tolong jangan menghindar dari eonnie" Meraih tubuh rosé lalu memeluknya begitu erat, dengan air mata yang sudah pecah.
Rosé memejamkan kedua matanya, menikmati pelukan hangat ini pelukan yang sangat ia rindukan dari sang kakak. Namun dengan keegoisan nya rosé pun melepaskan paksa pelukan tersebut, dan segera bangkit menjauh dari jisoo.
"Wae? Kenapa kau mencariku?" Tanya rosé to the point. Jisoo bangkit membiarkan begitu saja pipi nya yang basah akibat air matanya.
"Aku khawatir dengan mu!" Rosé terdiam, namun tak berapa lama ia menampilkan senyuman hambarnya.
"Eoh? Khawatir? Aku tidak salah mendengar bukan??. Untuk apa kau mengkhawatirkan ku? Tidak biasanya" Jisoo menelan saliva nya susah payah, hendak berjalan lebih dekat dengan posisi rosé, namun rosé mengajukan tangannya mengisyaratkan untuk tidak mendekat.
"Aku melihatmu keluar dari ruang penyakit dalam tadi siang saat aku hendak mencari minum!" Deg, rosé terdiam berusaha untuk tetap tenang.
Namun rosé nampak nya tidak bisa melakukannya, terlebih mata sang kakak menatapnya dengan amat tajam. Membuatnya tidak bisa berfikir, dan membuat pikirannya semakin hancur.
"Apa benar itu kau?" Rosé gelagapan tidak tau harus berbicara apa, terhadap sang kakak. Terlebih ia yang lupa untuk menganti pakainya, apakah jika ia berbohong kakaknya ini mau percaya dengannya.
"Chaeng! Jawab aku!" Rosé mengedipkan matanya, membasahi bibir nya lalu mulai melontarkan kalimatnya.
"Aku? Cih! Untuk apa aku berkunjung ke rumah sakit. Kau tak lihat jika aku baik-baik saja? Kurasa matamu perlu di periksa. Sekarang keluarlah dari kamar ku, aku mengusirmu!" Biasanya jisoo maupun ke dua saudaranya jika rosé sudah mengucapkan kalimat mengusir.
Mereka akan pergi keluar dari kamar rosé, tapi kali ini tidak jisoo nampak tidak mempedulikan ucapan rosé ia masih setia berdiri dihadapan rosé. Sedikit menghela nafasnya, menarik lengan hoodie tersebut sampai siku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Affection✔
Fanfiction"Hey, aku disini. Kalian melihat ku??" Park Chaeyoung "Chaeng, kemarilah" Kim Jisoo "Chaeng, mianhae..." Jennie kim "Kumohon chaeng kembali, aku membutuhkan mu. Mianhae" Lalisa manoban. Dahlah gak pandai buat deskripsi yang bagus, tapi intinya kaya...